Salam Damai Kristus,
Selasa, 25 Desember 2012
Uskup Agung Jakarta Kritik Sulitnya Izin Pendirian Gereja
"Karena tidak diberi izin mendirikan tempat ibadah, lalu beribadah di tempat seadanya. Tetapi, itu juga dilarang. Kita tidak mengerti lagi mau berkata bagaimana lagi," ujar Suharyo di Gereja Katedral, Jakarta Pusat, Selasa (25/12/2012).
Ia mengatakan, seharusnya setiap umat beragama bisa menjalankan ibadahnya dan tak ada yang bersikap individualistis. "Rumah ibadah (gereja) yang diberi izin di Karawaci itu menunggu izinnya saja bukan main, butuh 24 tahun menunggu," kata Suharyo.
Oleh karena itu, ia berharap, persoalan perizinan pendirian rumah ibadah tidak semakin meluas. Pemerintah, tegasnya, wajib menyelesaikan masalah itu dengan mengambil langkah strategis. Akan tetapi, ia menilai, hingga saat ini, belum ada langkah pemerintah untuk menyelesaikannya.
(Kompas.com 25 Des 2012)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Jumat, 21 Desember 2012
Sri Sultan: Kini Sukar Mendapat Tokoh Nasional Katolik
"Bahkan, nyaris tidak ada aktivitas orang muda Katolik yang mengarahkan mereka pada peran dan tanggung jawab dalam politik. Hal ini berbeda dengan pada masa-masa awal kemerdekaan, dimana kala itu, banyak sekali tokoh-tokoh Katolik yang mengambil peran sentral," katanya saat memberi keynote speech dalam acara Dies Natalis ke-67 Pemuda Katolik di Kampus Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Minggu, (16/12).
Menurut Sultan, saat ini tidak ada pendidikan yang mumpuni bagi kader-kade Katolik sehingga tidak muncul tokoh seperti IJ Kasimo, tokoh politik pejuang kemerdekaan yang dianugerahi gelar pahlawan tahun ini dan Mgr Soegijapranata SJ, uskup pribumi pertama yang turut berperan mengusir penjajah Belanda dan terkenal dengan semboyannya, 'menjadi 100% Katolik, 100% Indonesia' serta sejumlah tokoh lain selama era pemerintahan Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto.
"Jika dahulu ada Kasimo, Soegijapranata dan kawan-kawan, maka kini, bangsa ini merindukan munculnya tokoh-tokoh Katolik di tingkat nasional yang sekaliber mereka", kata Sultan.
Ia menambahkan, pernyataan bahwa 'generasi muda adalah masa depan, harapan dan tulang punggung Gereja' hanya sebatas wacana.
"Belum banyak tindakan konkret oleh orang muda dan usaha dari orang muda Katolik sendiri untuk berbuat sesuatu yang didukung oleh para tokoh senior politisi Katolik dan Gereja".
Ia menjelaskan, sebuah keniscayaan bila Gereja Katolik mampu mencetak pemimpin-pemimpin yang bekerja karena menjadi panggilan hatinya, menjadi pemimpin yang tegas, tidak otoriter, mampu menjamin terbangunnya iklim demokrasi yang kuat dan merawat keberagaman yang menjadi ciri Indonesia.
Ketua Umum Pemuda Katolik Agustinus Tamo Mbapa, mengakui memang pendidikan kader-kader Katolik masih belum ditata dengan baik.
"Selain itu, ada semacam keterputusan atau tidak ada regenerasi pendidikan kader dari generasi tua ke generasi muda", ungkapnya.
Mbapo juga melihat peran Gereja yang cukup intens pada zaman dahulu dalam mendampingi kader-kader Katolik.
"Orang-orang muda Katolik betul-betul diperhatikan oleh Gereja, berbeda dengan situasi beberapa tahun terakhir".
Namun, ia menjelaskan, saat ini Pemuda Katolik sedang terus memperluas jaringan kerja sama dengan pihak hirarki Gereja dan juga dengan lembaga-lembaga lain.
Sementara itu, Ketua Komisi Kerasulan Awam Konferensi Waligerja Indonesia (KWI), Mgr Yustinus Harjosusanto MSF mengatakan, saat ini Gereja memang tidak memiliki lembaga khusus untuk mendidik kader-kader Katolik, tetapi menyerahkan hal itu pada organisasi-organisasi dan partai politik.
"Meski demikian, tentu saja Gereja tetap memperhatikan umatnya yang menjadi politikus", katanya kepada ucanews.com ketika ditemui di sela-sela acara.
Uskup Tanjung Selor ini mengakui memang banyak orang Katolik yang menjadi politikus, namun hanya sedikit yang menjiwai semangat kekatolikan.
"Semangat kekatolikan itu kan mengedapankan nilai-nilai kebenaran, keadilan, kejujuran dan juga keberpihakan pada orang-orang kecil. Namun, sekarang hal itu belum menjadi spirit dari orang-orang Katolik yang menjadi politikus", tegasnya.
Ia menjelaskan, selama ini Komisi Kerawam memang berupaya memfasilitasi pertemuan politisi-politisi Katolik, yang biasa diadakan setiap bulan untuk meningatkan mereka akan jati diri sebagai orang Katolik.
"Kalau orang-orang Katolik hasil didikan organisasi dan yang menyebar di partai-partai politik menghayati nilai-nilai kekatolikan dalam menjalankan profesi mereka, maka tentu gelar sebagai tokoh nasional akan datang dengan sendirinya. Hanya saja, ini masih menjadi persoalan Gereja saat ini, yang mesti disikapi secara serius", tegasnya.
Ryan Dagur, Yogyakarta
http://indonesia.ucanews.com/2012/12/18/sri-sultan-kini-sukar-mendapat-tokoh-nasional-katolik
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Sabtu, 08 Desember 2012
Bagaimana sikap kita org katolik kalau diundang dalam perayaan natal (ekumene) sebelum hari natal?
Shalom, Sahabat sepelayanan, Tadi siang komisi liturgi keuskupan agung jakarta mengadakan seminar tentang Adven dan Natal. Bertempat di gereja St.Yakobus, paroki kelapa gading. Ada hal menarik yg ditanyakan dan dijawab oleh romo Bosco Da Cunha O Carm.
Saya ingin merangkumnya sbb: Pertanyaan: Bagaimana sikap kita org katolik kalau diundang dalam perayaan natal(ekumene) sebelum hari natal?
Sebelum menjelaskan, saya ingin menjelaskan sedikit mengenai masih Adven. Masa Adven membuka Tahun Liturgi yang baru, dan bagi umat Katolik mempunyai arti khusus, yaitu sebagai masa untuk mempersiapkan diri menyambut kedatangan Tuhan Kita Yesus Kristus. Umat diajak untuk membuat dirinya semakin pantas dan layak, agar siap menyambut kedatangan Tuhan. Dan sesudah persiapan batin selama 4 (empat) Minggu masa Adven, pada hari Natal secara istimewa umat merayakan dan menyambut kedatangan Tuhan Yesus.
Seruan Yohanes Pembaptis mengajak kita agar bertobat. Pertobatan ini membuat pengampunan Allah sungguh menjadi keselamatan bagi manusia. Jalan yang bengkok perlu diluruskan, yang berlembah ditimbun, yang berbukit diratakan.
Dalam mempersiapkan diri untuk menyambut perayaan Natal, umat diajak untuk menerima Sakraman Pertobatan atau Pengakuan Dosa. Demikianlah masa Adven terlebih mengajak kita untuk persiapan batin dan pertobatan, dalam rangka menyambut hari Natal. Karena itu sebelum tanggal 25 Desember atau malam 24 Desember, kita belum merayakan Natal tetapi baru mempersiapkannya.
Baiklah kita menerangkan hal ini kepada saudara-saudari Kristen dari Gereja-gereja lain. Dan dalam lingkungan kita sendiri baiklah kita menjalani masa Adven dengan sebaik-baiknya, dengan pelbagai acara dalam paroki yang jelas-jelas menunjukkan bahwa kita sedang mempersiapkan diri. Misalnya : renungan-renungan masa Adven, rekoleksi, triduum, novena natal, pertobatan, ulah tapa, perbuatan amal kasih dan perhatian kepada orang yang susah dan menderita.
Kita dapat juga mengembangkan suatu tradisi yang bagus sekitar "korona Adven". Yaitu suatu lingkaran dari daun-daun hijau dan ada 4 batang lilin yang diletakkan pada lingkaran itu. Pada Minggu Adven I dinyalakan satu lilin, pada Minggu Adven II dinyalakan 2 lilin dan seterusnya. Demikianlah dilambangkan tahap demi tahap, makin hari makin dekat, kita menantikan dengan rindu kedatangan Kristus. Sampai akhirnya tibalah kegenapan waktu pada hari Natal, dan semua lilin itupun dinyalakan. Warna hijau menunjukkan pengharapan akan Kristus, dengan pita ungu menunjukkan pertobatan dan penantian.
Lilin yang dinyalakan satu per satu melambangkan kedatangan Yesus Kristus, Cahaya Dunia yang menerangi hidup kita di dunia ini. Kiranya perlambangan sekitar Krans Adven itu dapat membantu kita untuk menghayati arti masa Adven.
Bagaimana sikap kita kalau diundang untuk menghadiri Perayaan Natal sebelum hari Natal ?
1. Pertama kita perlu menjelaskan bagaimana umat Katolik mempersiapkan diri untuk menyambut Hari Natal sepanjang masa Adven.
2. Kalau kita menimbang perlu, dalam rangka kebersamaan dalam hidup bermasyarakat, baiklah kita terima undangan untuk ikut hadir pada Perayaan Natal yang sudah disiapkan.
3. Kita ikut hadir sebagai penghargaan atas undangan yang diberikan, tetapi tidak ikut aktif menyelenggarakannya.
4. Seandainya toh kita diminta untuk ambil bagian dalam menyumbangkan nyanyian atau memberi renungan, hendaknya kita menyanyikan lagu masa adven yang bernada penantian; begitupun renungan yang kita berikan.
5. Dalam segala hal kita berpegang teguh pada ajaran Gereja Katolik, dengan sikap yang bijaksana dan terbuka dalam pergaulan dan dialog di tengah masyarakat
Semoga bermanfaat
(Werner Goana)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Minggu, 02 Desember 2012
PESAN NATAL BERSAMA PGI - KWI: ALLAH TELAH MENGASIHI KITA (bdk. 1 Yoh 4:19)
PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI)
KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI)
TAHUN 2012
ALLAH TELAH MENGASIHI KITA
(bdk. 1 Yoh 4:19)
Saudara-saudari terkasih,
Setiap merayakan Natal, pandangan kita selalu terarah kepada bayi yang lahir dalam kesederhanaan, namun menyimpan misteri kasih yang tak terhingga. Allah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Inilah perayaan penuh sukacita atas kedatangan Tuhan. Dialah Sang Juruselamat yang menjadi manusia lemah dan miskin, agar kita yang miskin ini dapat ambil bagian dalam kekayaan keallahan-Nya. Maka pada perayaan kelahiran Yesus Kristus ini, baiklah kita merenungkan kasih Allah itu dan menegaskan apa yang harus kita lakukan untuk hidup sebagai orang-orang yang percaya kepada-Nya.
Kasih Allah Bagi Semua Manusia
Allah mengasihi semua manusia. Kasih-Nya yang besar kepada manusia itu diwujudkan dengan mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dunia. Anak itu dikandung oleh seorang perawan, bernama Maria. Kelahiran-Nya membawa sukacita bagi banyak orang. Warta gembira itu diserukan oleh malaikat Allah: "sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud" (Luk 2:10-11). Tanda sukacita itu nyata dalam diri seorang bayi yang dibungkus dengan lampin dan dibaringkan dalam palungan sebagai wujud kesederhanaan dan kesahajaan.
Kasih Allah itu disambut dengan gembira oleh para gembala yang bergegas pergi ke Betlehem untuk menjumpai bayi itu seperti diwartakan oleh malaikat Allah. Hal yang sama juga dilakukan oleh orang-orang majus dari Timur. Mereka mencari kanak-kanak Yesus dengan mengikuti bimbingan bintang. Setelah menemukan tempat yang dicarinya, "masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia" (Mat 2:11a).
Begitulah bayi kudus itu semakin menjadi besar dalam didikan kasih kedua orangtua-Nya. Dia "makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia" (Luk 2:52).
Kasih Allah Tanpa Syarat
Allah adalah kasih (bdk. 1 Yoh 4:8.16b). Seluruh aktivitas Allah adalah tindakan kasih. Ia menyatakan diri dalam kasih kepada manusia. Ia mengasihi manusia tanpa membedakan. Ia tidak menuntut syarat apa pun dari manusia sebelum menyatakan kasih-Nya. Ia mengasihi orang benar maupun orang jahat dan semuanya tidak pernah lepas dari kasih-Nya. Demikianlah, Allah Bapa di surga, "menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar" (Mat 5:45).
Semua orang telah berdosa dan dosa membuat manusia terpisah dari Allah. Akibatnya, manusia kehilangan kemuliaannya sebagai anak Allah (Rm 3:23) dan tidak layak untuk tinggal bersama Allah. Hukuman yang harus diterima oleh orang berdosa adalah terpisah dari Allah, "sebab upah dosa adalah maut" (Rm 6:23).
Tetapi, Yesus rela menanggung penderitaan agar kita dibebaskan dari maut tersebut dan kita dianggap benar oleh Allah. Yesus pun rela menanggung semua itu karena Ia mengasihi manusia dan melihat semua manusia sebagai sahabat. Yesus menunjukkan kasih-Nya dengan memberikan nyawa-Nya sendiri untuk para sahabat-Nya. Sabda-Nya, "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabatsahabatnya" (Yoh 15:13). Demikianlah Allah "telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" dan Ia telah "mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia" (Yoh 3:16-17).
Jelas bahwa "bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita" (1Yoh 4:10). Allah tidak menunggu manusia mengasihi diri-Nya dan baru kemudian Ia mau mengasihi mereka. Ia mengasihi manusia walaupun manusia berdosa dan Kristus sendiri mati ketika manusia masih berdosa (Rm 5:8). Yesus datang ke dalam dunia dan hidup di tengah manusia bukan karena manusia itu baik. Sebaliknya, Ia rela meninggalkan kemuliaan surgawi dan mengurbankan diri-Nya justru karena manusia berdosa dan tidak sanggup melepaskan diri dari ikatan dosa. Semua ini dilakukan-Nya semata-mata karena Ia menghendaki kebaikan dan kebahagiaan manusia. Allah menghendaki manusia hidup bahagia dalam kemuliaan abadi bersama Dia.
Mengasihi seperti Allah
Kehadiran Kristus sebagai manusia di dalam dunia ini mengajak kita untuk mengasihi seperti Allah. Sabda menjadi manusia untuk menjadi teladan kita dalam mengasihi. Seperti Allah yang menyatakan kasih-Nya dalam diri Kristus, kita diingatkan untuk mengasihi sesama semata-mata karena kita menginginkan orang lain bahagia. Hal ini juga berarti bahwa kita diajak untuk mengasihi sesama tanpa membuat pembedaan, walaupun mereka tidak berlaku seperti yang kita harapkan. Jika demikian, kita berlaku seperti Allah dan menjadi anak-anak Allah.
Hanya orang yang membuka hati dan menyadari kasih Allah akan dapat mengasihi Allah dan sesama. Jika orang mengatakan bahwa ia mengasihi Allah tetapi membenci saudaranya, ia berdusta karena tidak mungkin mencintai Allah yang tidak kelihatan tanpa mencintai sesama yang kelihatan. Siapa yang mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya (bdk. 1Yoh 4:20-21). Dasar untuk saling mengasihi ini adalah kasih Allah. Dengan kasih seperti itulah orang diajak untuk mengasihi sesamanya.
Dalam terang kasih itu, kami mengajak Saudara-saudari untuk menanggapi kasih Allah dengan bertobat dan sungguh-sungguh mewujudkan kasih dengan memperhatikan beberapa hal penting berikut ini:
Pertama, Allah menciptakan alam semesta ini baik adanya dan menyerahkan pemeliharaan serta pemanfaatannya secara bertanggungjawab kepada manusia. Perilaku tidak bertanggungjawab terhadap alam ciptaan akan menyengsarakan bukan hanya kita yang hidup saat ini, tetapi terlebih generasi yang akan datang. Maka kita dipanggil untuk melestarikan dan menjaga keutuhan ciptaan-Nya dari perilaku sewenang-wenang dalam mengelola alam.
Kedua, melibatkan diri dalam berbagai usaha baik yang dilakukan untuk mengatasi persoalan-persoalan kemasyarakatan seperti konflik kemanusiaan, menguatnya sikap intoleran, dan perilaku serta tindakan yang menjauhkan semangat persaudaraan sebagai sesama warga bangsa.
Ketiga, melalui jabatan, pekerjaan dan tempat kita masing-masing dalam masyarakat, kita ikut sepenuhnya dalam semua usaha yang bertujuan memerangi kemiskinan jasmani maupun rohani. Demikian juga kita melibatkan diri dalam berbagai upaya untuk memberantas korupsi. Salah satu caranya adalah mengembangkan semangat hidup sederhana dan berlaku jujur.
Keempat, melibatkan diri dalam menjawab keprihatinan bersama terkait dengan lemahnya penegakan hukum. Hal itu bisa kita mulai dari diri kita sendiri dengan menjadi warga negara yang taat kepada hukum dan yang menghormati setiap proses hukum seraya terus mendorong ditegakkannya hukum demi keadilan dan kebaikan seluruh warga bangsa.
Saudara-saudari terkasih,
Allah yang menyatakan kebesaran kasih-Nya melalui Yesus Kristus yang dilahirkan di kandang Betlehem akan menyertai serta memberkati usaha kita semua dalam memberi wujud pada kasih-Nya itu. Semoga kasih Allah yang kita alami dan kita rayakan pada Natal ini mendorong kita untuk semakin giat berbuat kasih.
Berkat Tuhan melimpah kepada kita.
SELAMAT NATAL 2012 DAN TAHUN BARU 2013
Jakarta, 20 November 2012
Atas nama
PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA
DI INDONESIA (PGI)
Pdt. Dr. A.A. Yewangoe
Ketua Umum
Pdt. Gomar Gultom, M. Th.
Sekretaris Umum
KONFERENSI WALIGEREJA
INDONESIA (KWI)
Mgr. I. Suharyo
Ketua
Mgr. J.M. Pujasumarta
Sekretaris Jendral
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Selasa, 20 November 2012
Pesan Pastoral Sidang KWI Tahun 2012 tentang Ekopastoral
Pendahuluan
1. " Engkau yang menumbuhkan rumput bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan untuk diusahakan manusia, yang mengeluarkan makanan dari tanah" (Mzm. 104:14). Yang dikutip untuk mengawali Pesan Pastoral ini adalah Mazmur Pujian atas keagungan Tuhan yang tampak dalam segala ciptaan-Nya. Pujian itu mengandung kesadaran iman pemazmur akan tanggungjawab dan panggilannya untuk menjaga dan melestarikan keutuhan ciptaan, dengan mengusahakan keselarasan dan perkembangan seluruh ciptaan (Kej 2:15). Inilah kesadaran Gereja juga. Sadar akan pentingnya tanggungjawab dan panggilan tersebut, para Uskup yang tergabung dalam Konferensi Waligereja Indonesia menyampaikan Pesan Pastoral sebagai buah dari sidang yang diselenggarakan pada tanggal 5 - 15 November 2012.
Kondisi yang memprihatinkan
2. Alam semesta dan manusia sama-sama diciptakan oleh Allah karena kasih-Nya, sehingga manusia tidak bisa tidak menyadari kesatuannya dengan alam. Itulah sebabnya manusia harus memperlakukan alam sebagai sesama ciptaan dan mengolahnya secara bertanggung jawab. Bumi sendiri merupakan rumah bagi manusia dan seluruh makhluk yang lain. Hal ini mengharuskan manusia melihat lingkungan hidup sebagai tempat kediaman dan sumber kehidupan. Oleh karena itu, sejak awal Allah menciptakan langit dan bumi serta isinya baik adanya (Kej 1:10.12.18.21.25.31) dan Allah mempercayakan alam kepada manusia untuk diusahakan dan dipelihara.
3. Alam semesta bukanlah obyek yang dapat dieksploitasi sesuka hati tetapi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sumber daya alam yang diciptakan Allah untuk memenuhi kebutuhan manusia di bumi ini diperuntukkan bagi siapa saja tanpa memandang suku, agama dan status sosial. Sumber daya itu akan cukup apabila dikelola secara bertanggung jawab, baik untuk kebutuhan generasi saat ini maupun generasi yang akan datang. Oleh karena itu, alam harus diperlakukan dengan adil, dikelola dan digarap dengan penuh rasa hormat dan tanggung jawab.
4. Tetapi kenyataannya, lingkungan yang adalah anugerah Allah itu, dieksploitasi oleh manusia secara serakah dan ceroboh serta tidak memperhitungan kebaikan bersama, misalnya penebangan hutan, pembukaan lahan untuk perkebunan dan pertambangan yang kurang bertanggung jawab. Lingkungan menjadi rusak, terjadi bencana alam, lahir konflik sosial, akses pada sumber daya alam hilang dan terjadi marginalisasi masyarakat lokal/adat, perempuan dan anak-anak. Keadaan itu diperparah oleh kebijakan-kebijakan yang didasarkan pada kepentingan politik sesaat dan pola pikir jangka pendek yang mengabaikan keadilan lingkungan. Akibatnya antara lain pemanasan bumi, bertumpuknya sampah, pencemaran air tanah, laut, udara serta tanah, pengurasan sumber daya alam yang menyebabkan kerusakan lingkungan dalam skala besar.
Gereja peduli
5. Gereja telah lama menaruh keprihatinan atas masalah lingkungan yang berakibat buruk pada manusia. Paus Paulus VI dalam Ensiklik Populorum Progressio (1967, No. 12) mengingatkan kita bahwa masyarakat setempat harus dilindungi dari kerakusan pendatang. Hal ini diperjelas oleh Paus Yohanes II dalam Ensiklik Sollicitudo Rei Socialis (1987, No. 34) yang menekankan bahwa alam ciptaan sebagai kosmos tidak boleh digunakan semaunya dan pengelolaannya harus tunduk pada tuntunan moral karena dampak pengelolaan yang tidak bermoral tidak hanya dirasakan oleh manusia saat ini tetapi juga generasi mendatang. Paus Benediktus XVI dalam Ensiklik Caritas in Veritate (2009, No. 48) menyadarkan kita bahwa alam adalah anugerah Allah untuk semua orang sehingga harus dikelola secara bertanggungjawab bagi seluruh umat manusia.
6. Gereja Katolik Indonesia pun telah menaruh perhatian besar pada masalah lingkungan. Hal ini ditegaskan dalam Pesan SAGKI 2005 berjudul "Bangkit dan Bergeraklah" yang mengajak kita untuk segera mengatasi berbagai ketidakadaban publik yang paling mendesak, khususnya yang berhubungan dengan lingkungan hidup dan keutuhan ciptaan. Gereja juga telah melakukan banyak usaha seperti edukasi, advokasi dan negosiasi dalam mengatasi pengrusakan lingkungan yang masih berlangsung terus bahkan kian meningkat kualitas dan kuantitasnya.
Gereja meningkatkan kepedulian
7. Kami mengajak seluruh umat untuk meneruskan langkah dan meningkatkan kepedulian dalam pelestarian keutuhan ciptaan dalam semangat pertobatan ekologis dan gerak ekopastoral. Kita menyadari bahwa perjuangan ekopastoral untuk melestarikan keutuhan ciptaan tak mungkin dilakukan sendiri. Oleh karenanya, komitmen ini hendaknya diwujudkan dalam bentuk kemitraan dan gerakan bersama, baik dalam Gereja sendiri maupun dengan semua pihak yang terlibat dalam pelestarian keutuhan ciptaan.
8.Pada akhir Pesan Pastoral ini, kami akan menyampaikan beberapa pesan:
8.1.Kepada saudara-saudari kami yang berada pada posisi pengambil kebijakan publik : kebijakan terhadap pemanfaatan sumber daya alam dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) hendaknya membawa peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup. Undang-undang yang mengabaikan kepentingan masyarakat perlu ditinjau ulang dan pengawasan terhadap pelaksanaannya haruslah lebih diperketat.
8.2. Kepada saudara-saudari kami yang bekerja di dunia bisnis : pemanfaatan sumber daya alam hendaknya tidak hanya mengejar keuntungan ekonomis, tetapi juga keuntungan sosial yaitu tetap terpenuhinya hak hidup masyarakat setempat dan adanya jaminan bahwa sumber daya alam akan tetap cukup tersedia untuk generasi yang akan datang. Di samping itu, usaha-usaha produksi di kalangan masyarakat kecil dan terpinggirkan, terutama masyarakat adat, petani dan nelayan, serta mereka yang rentan terhadap perubahan iklim dan bencana lingkungan, perlu lebih didukung.
8.3. Kepada umat kristiani sekalian : umat kristiani hendaknya mengembangkan habitus baru, khususnya hidup selaras dengan alam berdasarkan kesadaran dan perilaku yang peduli lingkungan sebagai bagian perwujudan iman dan pewartaan dalam bentuk tindakan pemulihan keutuhan ciptaan. Untuk itu, perlu dicari usaha bersama misalnya pengolahan sampah, penghematan listrik dan air, penanaman pohon, gerakan percontohan di bidang ekologi, advokasi persuasif di bidang hukum terkait dengan hak hidup dan keberlanjutan alam serta lingkungan. Secara khusus lembaga-lembaga pendidikan diharapkan dapat mengambil peranan yang besar dalam gerakan penyadaran akan masalah lingkungan dan pentingnya kearifan lokal.
9. Tahun Iman yang dibuka oleh Paus Benediktus XVI pada tanggal 11 Oktober 2012, antara lain mengingatkan kita untuk mewujudkan iman kita pada Tuhan secara nyata dalam tindakan kasih (bdk. Mat 25: 31-40). Dengan demikian tanggungjawab dan panggilan kita untuk memulihkan keutuhan ciptaan sebagai wujud iman makin dikuatkan dan komitmen ekopastoral kita untuk peduli pada lingkungan kian diteguhkan. Kita semua berharap agar sikap dan gerakan ekopastoral kita menjadi kesaksian kasih nyata dan "pintu kepada iman" yang "mengantar kita pada hidup dalam persekutuan dengan Allah" (Porta Fidei, No.1). Kita yakin bahwa karya mulia di bidang ekopastoral ini diberkati Tuhan dan mendapat dukungan semua pihak yang berkehendak baik.
Penutup
10. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada saudara-saudari yang telah setia menekuni, mengusahakan dan memperjuangkan kelestarian keutuhan ciptaan dengan caranya masing-masing. Semoga Allah yang telah mencipta segala sesuatu, senantiasa memberkati rencana dan usaha kita bersama ini.
Jakarta, 15 November 2012
P R E S I D I U M
KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA,
Mgr. Ignatius Suharyo
K e t u a
Mgr. Johannes Pujasumarta
Sekretaris Jenderal
(Dikutip dari situs: mirifica.net)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Kamis, 15 November 2012
Mgr Ignatius Suharyo terpilih sebagai ketua KWI
2012, memilih Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo sebagai Ketua
Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) baru periode 2012-2015.
Dengan demikian jabatan ketua KWI yang lama Mgr Martinus Dogma Sutumorang OFMCap sejak 15 November 2012 berakhir.
Di samping pemilihan Ketua KWI, Konferensi juga memilih semua pejabat yang menjadi ketua di Komisi-Komisi di Kantor Waligereja Indonesia.
Berikut para pejabat baru untuk periode 2012-2015.
Ketua KWI : Mgr Ignatius Suharyo
Wakil Ketua 1 : Mgr Leo Laba Lajar OFM
Wakil Ketua 2 : Mgr Petrus Turang
Sekretaris Jenderal : Mgr Johanes Maria Pujasumarta
Bendahara/Ketua Demon : Mgr Silvester San
Anggota : Mgr Ludovikus Simanulang OFMCap
Mgr Aloysius Sudarso
Mgr Pius Riana Prabdi
Mgr Petrus Bodeng Timang
Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC
Mgr Hilarion Datus Lega
Mgr Giulio Mencuccini CP
Ketua Komisi HAK: Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC
Ketua Karya Misi: Mgr Edmund Woga CSsR
Ketua Komisi Kateketik: Mgr John Liku Ada
Ketua Komisi Kerawam: Mgr Justinus Harjosusanto
Ketua Komisi Komsos: Mgr Petrus Turang
Ketua Komisi Liturgi: Mgr Aloysius Sutrisnaatmaka
Ketua Komsi Pendidikan: Mgr Martinus Dogma Situmorang OFMCap
Ketua Komisi PSE: Mgr H ilarion Datus Lega
Ketua Komisi Seminari: Mgr Dominikus Saku
Ketua Komisi Kepemudaan: Mgr John Philip Saklil
Ketua Komisi Teologi: Mgr Petrus Bodeng Timang
Ketua Komisi Keluarga: Mgr Frans Kopong Kung
Ketua Komisi KKP-MP: Mgr Agustinus Agus
Delegatus Karya Kesehatan: Mgr Hubertus Leteng
Delegatus Kitab Suci: Mgr Vincent Sensi Potokota
Ketua DSAK: Mgr Hilarion Datus Lega
Ketua BKBLII: Mgr Hilarius Moa Nurak SVD
Moderator SGPP: Mgr Vincentius Sutikno Wisaknono
Kegiatan persidangan sinodal KWI ini ditutup dengan misa yang
diselenggarakan di Gereja Katedral Jakarta dan dipimpin oleh Ketua KWI
yang baru sekaligus Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo. Semoga
pejabat baru di Kantor Waligereja Indonesia diberkati dengan rahmat
berlimpah untuk mengembalakan tugas Gerejawi di Indonesia.
Sumber: mirifica.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Mgr Ignatius Suharyo terpilih sebagai ketua KWI
15/11/2012
Mgr Ignatius Suharyo
Sidang Sinodal (3 tahunan) KWI yang berakhir pada Kamis, 15 November
2012, memilih Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo sebagai Ketua
Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) baru periode 2012-2015.
Dengan demikian jabatan ketua KWI yang lama Mgr Martinus Dogma Sutumorang OFMCap sejak 15 November 2012 berakhir.
Di samping pemilihan Ketua KWI, Konferensi juga memilih semua pejabat yang menjadi ketua di Komisi-Komisi di Kantor Waligereja Indonesia.
Berikut para pejabat baru untuk periode 2012-2015.
Ketua KWI : Mgr Ignatius Suharyo
Wakil Ketua 1 : Mgr Leo Laba Lajar OFM
Wakil Ketua 2 : Mgr Petrus Turang
Sekretaris Jenderal : Mgr Johanes Maria Pujasumarta
Bendahara/Ketua Demon : Mgr Silvester San
Anggota : Mgr Ludovikus Simanulang OFMCap
Mgr Aloysius Sudarso
Mgr Pius Riana Prabdi
Mgr Petrus Bodeng Timang
Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC
Mgr Hilarion Datus Lega
Mgr Giulio Mencuccini CP
Ketua Komisi HAK: Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC
Ketua Karya Misi: Mgr Edmund Woga CSsR
Ketua Komisi Kateketik: Mgr John Liku Ada
Ketua Komisi Kerawam: Mgr Justinus Harjosusanto
Ketua Komisi Komsos: Mgr Petrus Turang
Ketua Komisi Liturgi: Mgr Aloysius Sutrisnaatmaka
Ketua Komsi Pendidikan: Mgr Martinus Dogma Situmorang OFMCap
Ketua Komisi PSE: Mgr H ilarion Datus Lega
Ketua Komisi Seminari: Mgr Dominikus Saku
Ketua Komisi Kepemudaan: Mgr John Philip Saklil
Ketua Komisi Teologi: Mgr Petrus Bodeng Timang
Ketua Komisi Keluarga: Mgr Frans Kopong Kung
Ketua Komisi KKP-MP: Mgr Agustinus Agus
Delegatus Karya Kesehatan: Mgr Hubertus Leteng
Delegatus Kitab Suci: Mgr Vincent Sensi Potokota
Ketua DSAK: Mgr Hilarion Datus Lega
Ketua BKBLII: Mgr Hilarius Moa Nurak SVD
Moderator SGPP: Mgr Vincentius Sutikno Wisaknono
Kegiatan persidangan sinodal KWI ini ditutup dengan misa yang
diselenggarakan di Gereja Katedral Jakarta dan dipimpin oleh Ketua KWI
yang baru sekaligus Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo. Semoga
pejabat baru di Kantor Waligereja Indonesia diberkati dengan rahmat
berlimpah untuk mengembalakan tugas Gerejawi di Indonesia.
Sumber: mirifica.net
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Kamis, 25 Oktober 2012
DEKLARASI ORANG MUDA KATOLIK INDONESIA PADA INDONESIAN YOUTH DAY 2012
Sepanjang masa persiapan serta pelaksanaan IYD, kami memperoleh pencerahan dalam semangat iman sebagai Orang Muda Katolik. Perjumpaan dengan Orang Muda Katolik seluruh Indonesia, berbagi pengalaman bersama umat dan masyarakat setempat, terbukti mempererat persaudaraan serta memperdalam iman dan rasa syukur kami. Kami bersyukur menjadi Orang Muda Katolik yang dilahirkan di kawasan Nusantara, suatu kawasan yang dianugerahi Tuhan dengan kekayaan alam dan aneka suku bangsa, dengan budaya yang luhur dan beraneka ragam.
Dari pengalaman iman yang kami peroleh selama IYD 2012 ini, kami berkehendak untuk berani mempertahankan dan mengembangkan nilai Kekatolikan yang mewujud dalam semangat cinta yang besar pada bangsa kami Indonesia.
Setelah merefleksikan proses pelaksanaan IYD 2012, kami meyakini bahwa:
1. Kami OMK Indonesia, adalah pembawa harapan, pelaku perdamaian dan keadilan, yang dipanggil untuk bertindak aktif tanpa kekerasan, menjadi agen perubahan bangsa ke arah yang makin bermartabat.
2. Kami OMK Indonesia, mau menanggapi panggilan Tuhan dengan sikap jujur, menjaga kemurnian dalam hal kesusilaan, serta aktif berperanserta dalam usaha mewujudkan suasana yang damai tanpa kekerasan.
3. Kami OMK Indonesia, mau mendidik diri menjadi orang yang merefleksikan setiap tantangan hidup dengan terang iman Gereja yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik.
4. Kami OMK Indonesia, mencintai dan menghayati iman, ajaran serta Tradisi Gereja Katolik dalam kesatuan yang penuh kasih dengan para bapa uskup dan bapa suci.
5. Kami OMK Indonesia, berani menunjukkan jati diri kekatolikan sebagai salah satu ciri khas kami, sebagai bagian dari kebhinekaan Indonesia.
6. Kami OMK Indonesia, menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang telah membesarkan kami serta yang selalu memperkuat jari diri kami sebagai bangsa Indonesia.
7. Kami OMK Indonesia, mau bersaudara dengan semua orang, serta mau meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan berdialog, khususnya dalam bekerjasama dengan sesama orang muda yang berkepercayaan dan beragama lain demi peningkatkan mutu hidup bersama.
8. Kami OMK Indonesia mau merasul dengan mengembangkan kemampuan diri di bidang pengembangan ekonomi dan pengembangan hidup sosial kemasyarakatan yang bermartabat serta dalam usaha perbaikan lingkungan hidup.
9. Kami OMK Indonesia, menyepakati bahwa perjumpaan Indonesian Youth Day, dilanjutkan secara berkala sebagai bagian dari pembinaan yang berjenjang dan berkelanjutan.
Demikianlah kami mewartakan pernyataan ini, sebagai ungkapan syukur atas Indonesian Youth Day 2012 yang terbukti telah memantapkan persaudaraan dan panggilan perutusan kami sebagai OMK Indonesia. Kami OMK Indonesia, selalu berakar dalam Kristus, berteguh dalam iman dan bertekad bulat menjadi seratus persen Katolik, seratus persen Indonesia.
Sanggau, 26 Oktober 2012
OMK INDONESIA
(Fb IYD)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Kamis, 18 Oktober 2012
DOA TAHUN IMAN 2012-2013
kami bersyukur kepada-Mu
karena melalui Yesus Kristus Putra-Mu,
Engkau telah memanggil kami
ke dalam pangkuan Gereja Katolik yang kudus
dan memperkenankan kami masuk
ke dalam persekutuan Allah Tritunggal.
Utuslah Roh Kudus-Mu
agar kami senantiasa mempunyai iman yang hidup.
Semoga pada Tahun Iman ini
kami semakin memperdalam iman kami
melalui pendalaman Kitab Suci dan ajaran-ajaran Gereja.
Semoga dengan perayaan-perayaan suci-Mu, terutama Ekaristi,
kami semakin tinggal dalam Kristus dan berbuah
melalui perwujudan iman kami sehari-hari
di tengah aneka tantangan dan hambatan
dalam Gereja dan masyarakat pada zaman ini.
Bersama Bunda Maria, Bunda kaum beriman,
dan para rasul, guru dan teladan iman kami,
kami unjukkan doa ini kepada-Mu
dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Selasa, 09 Oktober 2012
Surat Apostolik Pintu kepada Iman (Porta Fidei)
( Porta Fidei )
BENEDIKTUS XVI