Salam Damai Kristus,

Sebuah kontribusi para mantan frater, pastor, suster, bruder, dll bagi pembangunan kehidupan bersama yang lebih baik. Kirimkan artikel apa saja yang mau ditampilkan pada blog ini ke email: mantan.frater09@gmail.com Atas kunjungannya, terima kasih.

Selasa, 25 Desember 2012

Uskup Agung Jakarta Kritik Sulitnya Izin Pendirian Gereja

Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo mengatakan, hingga saat ini, pendirian gereja di Indonesia mengalami kendala perizinan. Hal ini dialami sejumlah gereja ketika mengurus izin ke pemerintah daerah. Persoalan yang sama dihadapi Gereja HKBP Filadelfia dan GKI Yasmin yang akhirnya menimbulkan konflik. Suharyo menekankan, hal ini merugikan bangsa Indonesia sendiri.

"Karena tidak diberi izin mendirikan tempat ibadah, lalu beribadah di tempat seadanya. Tetapi, itu juga dilarang. Kita tidak mengerti lagi mau berkata bagaimana lagi," ujar Suharyo di Gereja Katedral, Jakarta Pusat, Selasa (25/12/2012).

Ia mengatakan, seharusnya setiap umat beragama bisa menjalankan ibadahnya dan tak ada yang bersikap individualistis. "Rumah ibadah (gereja) yang diberi izin di Karawaci itu menunggu izinnya saja bukan main, butuh 24 tahun menunggu," kata Suharyo.

Oleh karena itu, ia berharap, persoalan perizinan pendirian rumah ibadah tidak semakin meluas. Pemerintah, tegasnya, wajib menyelesaikan masalah itu dengan mengambil langkah strategis. Akan tetapi, ia menilai, hingga saat ini, belum ada langkah pemerintah untuk menyelesaikannya.
(Kompas.com 25 Des 2012)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 21 Desember 2012

Sri Sultan: Kini Sukar Mendapat Tokoh Nasional Katolik

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X menyoroti kelemahan pendidikan kader sebagai penyebab sulitnya orang-orang Katolik saat ini yang tampil sebagai tokoh-tokoh nasional dibanding dengan pada masa-masa awal kemerdekaan.

"Bahkan, nyaris tidak ada aktivitas orang muda Katolik yang mengarahkan mereka pada peran dan tanggung jawab dalam politik. Hal ini berbeda dengan pada masa-masa awal kemerdekaan, dimana kala itu, banyak sekali tokoh-tokoh Katolik yang mengambil peran sentral," katanya saat memberi keynote speech dalam acara Dies Natalis ke-67 Pemuda Katolik di Kampus Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Minggu, (16/12).

Menurut Sultan, saat ini tidak ada pendidikan yang mumpuni bagi kader-kade Katolik sehingga tidak muncul tokoh seperti IJ Kasimo, tokoh politik pejuang kemerdekaan yang dianugerahi gelar pahlawan tahun ini dan Mgr Soegijapranata SJ, uskup pribumi pertama yang turut berperan mengusir penjajah Belanda dan terkenal dengan semboyannya, 'menjadi 100% Katolik, 100% Indonesia' serta sejumlah tokoh lain selama era pemerintahan Presiden  Soekarno dan Presiden Soeharto.

"Jika dahulu ada Kasimo, Soegijapranata dan kawan-kawan, maka kini, bangsa ini merindukan munculnya tokoh-tokoh Katolik di tingkat nasional yang sekaliber mereka", kata Sultan.

Ia menambahkan,  pernyataan bahwa 'generasi muda adalah masa depan, harapan dan tulang punggung Gereja' hanya sebatas wacana.

"Belum banyak tindakan konkret oleh orang muda dan usaha dari orang muda Katolik sendiri untuk berbuat sesuatu yang didukung oleh para tokoh senior politisi Katolik dan Gereja".

Ia menjelaskan, sebuah keniscayaan bila Gereja Katolik mampu mencetak pemimpin-pemimpin yang bekerja karena menjadi panggilan hatinya, menjadi pemimpin yang tegas, tidak otoriter, mampu menjamin terbangunnya iklim demokrasi yang kuat dan merawat keberagaman yang menjadi ciri Indonesia.

Ketua Umum Pemuda Katolik Agustinus Tamo Mbapa, mengakui memang pendidikan kader-kader Katolik masih  belum ditata dengan baik.

"Selain itu, ada semacam keterputusan atau tidak ada regenerasi pendidikan kader dari generasi tua ke generasi muda", ungkapnya.

Mbapo juga melihat peran Gereja yang cukup intens pada zaman dahulu dalam mendampingi kader-kader Katolik.

"Orang-orang muda Katolik betul-betul diperhatikan oleh Gereja, berbeda dengan situasi beberapa tahun terakhir".

Namun, ia menjelaskan, saat ini Pemuda Katolik sedang terus memperluas jaringan kerja sama dengan pihak hirarki Gereja dan juga dengan lembaga-lembaga lain.

Sementara itu, Ketua Komisi Kerasulan Awam Konferensi Waligerja Indonesia (KWI), Mgr Yustinus Harjosusanto MSF mengatakan, saat ini Gereja memang tidak memiliki lembaga khusus untuk mendidik kader-kader Katolik, tetapi menyerahkan hal itu pada organisasi-organisasi dan partai politik.

"Meski demikian, tentu saja Gereja tetap memperhatikan umatnya yang menjadi politikus", katanya kepada ucanews.com ketika ditemui di sela-sela acara.

Uskup Tanjung Selor ini mengakui memang banyak orang Katolik yang menjadi politikus, namun hanya sedikit yang menjiwai semangat kekatolikan.

"Semangat kekatolikan itu kan mengedapankan nilai-nilai kebenaran, keadilan, kejujuran dan juga keberpihakan pada orang-orang kecil. Namun, sekarang hal itu belum menjadi spirit dari orang-orang Katolik yang menjadi politikus", tegasnya.

Ia menjelaskan, selama ini Komisi Kerawam memang berupaya memfasilitasi pertemuan politisi-politisi Katolik, yang biasa diadakan setiap bulan untuk meningatkan mereka akan jati diri sebagai orang Katolik.

"Kalau orang-orang Katolik hasil didikan organisasi dan yang menyebar di partai-partai politik menghayati nilai-nilai kekatolikan dalam menjalankan profesi mereka, maka tentu gelar sebagai tokoh nasional akan datang dengan sendirinya. Hanya saja, ini masih menjadi persoalan Gereja saat ini, yang mesti disikapi secara serius", tegasnya.

Ryan Dagur, Yogyakarta

http://indonesia.ucanews.com/2012/12/18/sri-sultan-kini-sukar-mendapat-tokoh-nasional-katolik

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 08 Desember 2012

Bagaimana sikap kita org katolik kalau diundang dalam perayaan natal (ekumene) sebelum hari natal?

Bagaimana sikap kita org katolik kalau diundang dalam perayaan natal(ekumene) sebelum hari natal?
 
Shalom, Sahabat sepelayanan, Tadi siang komisi liturgi keuskupan agung jakarta mengadakan seminar tentang Adven dan Natal. Bertempat di gereja St.Yakobus, paroki kelapa gading. Ada hal menarik yg ditanyakan dan dijawab oleh romo Bosco Da Cunha O Carm.

Saya ingin merangkumnya sbb: Pertanyaan: Bagaimana sikap kita org katolik kalau diundang dalam perayaan natal(ekumene) sebelum hari natal?

Sebelum menjelaskan, saya ingin menjelaskan sedikit mengenai masih Adven. Masa Adven membuka Tahun Liturgi yang baru, dan bagi umat Katolik mempunyai arti khusus, yaitu sebagai masa untuk mempersiapkan diri menyambut kedatangan Tuhan Kita Yesus Kristus. Umat diajak untuk membuat dirinya semakin pantas dan layak, agar siap menyambut kedatangan Tuhan. Dan sesudah persiapan batin selama 4 (empat) Minggu masa Adven, pada hari Natal secara istimewa umat merayakan dan menyambut kedatangan Tuhan Yesus.

Seruan Yohanes Pembaptis mengajak kita agar bertobat. Pertobatan ini membuat pengampunan Allah sungguh menjadi keselamatan bagi manusia. Jalan yang bengkok perlu diluruskan, yang berlembah ditimbun, yang berbukit diratakan.

Dalam mempersiapkan diri untuk menyambut perayaan Natal, umat diajak untuk menerima Sakraman Pertobatan atau Pengakuan Dosa. Demikianlah masa Adven terlebih mengajak kita untuk persiapan batin dan pertobatan, dalam rangka menyambut hari Natal. Karena itu sebelum tanggal 25 Desember atau malam 24 Desember, kita belum merayakan Natal tetapi baru mempersiapkannya.

Baiklah kita menerangkan hal ini kepada saudara-saudari Kristen dari Gereja-gereja lain. Dan dalam lingkungan kita sendiri baiklah kita menjalani masa Adven dengan sebaik-baiknya, dengan pelbagai acara dalam paroki yang jelas-jelas menunjukkan bahwa kita sedang mempersiapkan diri. Misalnya : renungan-renungan masa Adven, rekoleksi, triduum, novena natal, pertobatan, ulah tapa, perbuatan amal kasih dan perhatian kepada orang yang susah dan menderita.

Kita dapat juga mengembangkan suatu tradisi yang bagus sekitar "korona Adven". Yaitu suatu lingkaran dari daun-daun hijau dan ada 4 batang lilin yang diletakkan pada lingkaran itu. Pada Minggu Adven I dinyalakan satu lilin, pada Minggu Adven II dinyalakan 2 lilin dan seterusnya. Demikianlah dilambangkan tahap demi tahap, makin hari makin dekat, kita menantikan dengan rindu kedatangan Kristus. Sampai akhirnya tibalah kegenapan waktu pada hari Natal, dan semua lilin itupun dinyalakan. Warna hijau menunjukkan pengharapan akan Kristus, dengan pita ungu menunjukkan pertobatan dan penantian.

Lilin yang dinyalakan satu per satu melambangkan kedatangan Yesus Kristus, Cahaya Dunia yang menerangi hidup kita di dunia ini. Kiranya perlambangan sekitar Krans Adven itu dapat membantu kita untuk menghayati arti masa Adven.

Bagaimana sikap kita kalau diundang untuk menghadiri Perayaan Natal sebelum hari Natal ?

1. Pertama kita perlu menjelaskan bagaimana umat Katolik mempersiapkan diri untuk menyambut Hari Natal sepanjang masa Adven.

2. Kalau kita menimbang perlu, dalam rangka kebersamaan dalam hidup bermasyarakat, baiklah kita terima undangan untuk ikut hadir pada Perayaan Natal yang sudah disiapkan.

3. Kita ikut hadir sebagai penghargaan atas undangan yang diberikan, tetapi tidak ikut aktif menyelenggarakannya.

4. Seandainya toh kita diminta untuk ambil bagian dalam menyumbangkan nyanyian atau memberi renungan, hendaknya kita menyanyikan lagu masa adven yang bernada penantian; begitupun renungan yang kita berikan.
5. Dalam segala hal kita berpegang teguh pada ajaran Gereja Katolik, dengan sikap yang bijaksana dan terbuka dalam pergaulan dan dialog di tengah masyarakat

Semoga bermanfaat
(Werner Goana)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Minggu, 02 Desember 2012

PESAN NATAL BERSAMA PGI - KWI: ALLAH TELAH MENGASIHI KITA (bdk. 1 Yoh 4:19)

PESAN NATAL BERSAMA

PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI)

KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI)

TAHUN 2012

ALLAH TELAH MENGASIHI KITA

(bdk. 1 Yoh 4:19)

Saudara-saudari terkasih,

Setiap merayakan Natal, pandangan kita selalu terarah kepada bayi yang lahir dalam kesederhanaan, namun menyimpan misteri kasih yang tak terhingga. Allah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Inilah perayaan penuh sukacita atas kedatangan Tuhan. Dialah Sang Juruselamat yang menjadi manusia lemah dan miskin, agar kita yang miskin ini dapat ambil bagian dalam kekayaan keallahan-Nya. Maka pada perayaan kelahiran Yesus Kristus ini, baiklah kita merenungkan kasih Allah itu dan menegaskan apa yang harus kita lakukan untuk hidup sebagai orang-orang yang percaya kepada-Nya.

Kasih Allah Bagi Semua Manusia

Allah mengasihi semua manusia. Kasih-Nya yang besar kepada manusia itu diwujudkan dengan mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dunia. Anak itu dikandung oleh seorang perawan, bernama Maria. Kelahiran-Nya membawa sukacita bagi banyak orang. Warta gembira itu diserukan oleh malaikat Allah: "sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud" (Luk 2:10-11). Tanda sukacita itu nyata dalam diri seorang bayi yang dibungkus dengan lampin dan dibaringkan dalam palungan sebagai wujud kesederhanaan dan kesahajaan.

Kasih Allah itu disambut dengan gembira oleh para gembala yang bergegas pergi ke Betlehem untuk menjumpai bayi itu seperti diwartakan oleh malaikat Allah. Hal yang sama juga dilakukan oleh orang-orang majus dari Timur. Mereka mencari kanak-kanak Yesus dengan mengikuti bimbingan bintang. Setelah menemukan tempat yang dicarinya, "masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia" (Mat 2:11a).

Begitulah bayi kudus itu semakin menjadi besar dalam didikan kasih kedua orangtua-Nya. Dia "makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia" (Luk 2:52).

Kasih Allah Tanpa Syarat

Allah adalah kasih (bdk. 1 Yoh 4:8.16b). Seluruh aktivitas Allah adalah tindakan kasih. Ia menyatakan diri dalam kasih kepada manusia. Ia mengasihi manusia tanpa membedakan. Ia tidak menuntut syarat apa pun dari manusia sebelum menyatakan kasih-Nya. Ia mengasihi orang benar maupun orang jahat dan semuanya tidak pernah lepas dari kasih-Nya. Demikianlah, Allah Bapa di surga, "menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar" (Mat 5:45).

Semua orang telah berdosa dan dosa membuat manusia terpisah dari Allah. Akibatnya, manusia kehilangan kemuliaannya sebagai anak Allah (Rm 3:23) dan tidak layak untuk tinggal bersama Allah. Hukuman yang harus diterima oleh orang berdosa adalah terpisah dari Allah, "sebab upah dosa adalah maut" (Rm 6:23).

Tetapi, Yesus rela menanggung penderitaan agar kita dibebaskan dari maut tersebut dan kita dianggap benar oleh Allah. Yesus pun rela menanggung semua itu karena Ia mengasihi manusia dan melihat semua manusia sebagai sahabat. Yesus menunjukkan kasih-Nya dengan memberikan nyawa-Nya sendiri untuk para sahabat-Nya. Sabda-Nya, "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabatsahabatnya" (Yoh 15:13). Demikianlah Allah "telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" dan Ia telah "mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia" (Yoh 3:16-17).

Jelas bahwa "bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita" (1Yoh 4:10). Allah tidak menunggu manusia mengasihi diri-Nya dan baru kemudian Ia mau mengasihi mereka. Ia mengasihi manusia walaupun manusia berdosa dan Kristus sendiri mati ketika manusia masih berdosa (Rm 5:8). Yesus datang ke dalam dunia dan hidup di tengah manusia bukan karena manusia itu baik. Sebaliknya, Ia rela meninggalkan kemuliaan surgawi dan mengurbankan diri-Nya justru karena manusia berdosa dan tidak sanggup melepaskan diri dari ikatan dosa. Semua ini dilakukan-Nya semata-mata karena Ia menghendaki kebaikan dan kebahagiaan manusia. Allah menghendaki manusia hidup bahagia dalam kemuliaan abadi bersama Dia.

Mengasihi seperti Allah

Kehadiran Kristus sebagai manusia di dalam dunia ini mengajak kita untuk mengasihi seperti Allah. Sabda menjadi manusia untuk menjadi teladan kita dalam mengasihi. Seperti Allah yang menyatakan kasih-Nya dalam diri Kristus, kita diingatkan untuk mengasihi sesama semata-mata karena kita menginginkan orang lain bahagia. Hal ini juga berarti bahwa kita diajak untuk mengasihi sesama tanpa membuat pembedaan, walaupun mereka tidak berlaku seperti yang kita harapkan. Jika demikian, kita berlaku seperti Allah dan menjadi anak-anak Allah.

Hanya orang yang membuka hati dan menyadari kasih Allah akan dapat mengasihi Allah dan sesama. Jika orang mengatakan bahwa ia mengasihi Allah tetapi membenci saudaranya, ia berdusta karena tidak mungkin mencintai Allah yang tidak kelihatan tanpa mencintai sesama yang kelihatan. Siapa yang mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya (bdk. 1Yoh 4:20-21). Dasar untuk saling mengasihi ini adalah kasih Allah. Dengan kasih seperti itulah orang diajak untuk mengasihi sesamanya.

Dalam terang kasih itu, kami mengajak Saudara-saudari untuk menanggapi kasih Allah dengan bertobat dan sungguh-sungguh mewujudkan kasih dengan memperhatikan beberapa hal penting berikut ini:

Pertama, Allah menciptakan alam semesta ini baik adanya dan menyerahkan pemeliharaan serta pemanfaatannya secara bertanggungjawab kepada manusia. Perilaku tidak bertanggungjawab terhadap alam ciptaan akan menyengsarakan bukan hanya kita yang hidup saat ini, tetapi terlebih generasi yang akan datang. Maka kita dipanggil untuk melestarikan dan menjaga keutuhan ciptaan-Nya dari perilaku sewenang-wenang dalam mengelola alam.

Kedua, melibatkan diri dalam berbagai usaha baik yang dilakukan untuk mengatasi persoalan-persoalan kemasyarakatan seperti konflik kemanusiaan, menguatnya sikap intoleran, dan perilaku serta tindakan yang menjauhkan semangat persaudaraan sebagai sesama warga bangsa.

Ketiga, melalui jabatan, pekerjaan dan tempat kita masing-masing dalam masyarakat, kita ikut sepenuhnya dalam semua usaha yang bertujuan memerangi kemiskinan jasmani maupun rohani. Demikian juga kita melibatkan diri dalam berbagai upaya untuk memberantas korupsi. Salah satu caranya adalah mengembangkan semangat hidup sederhana dan berlaku jujur.

Keempat, melibatkan diri dalam menjawab keprihatinan bersama terkait dengan lemahnya penegakan hukum. Hal itu bisa kita mulai dari diri kita sendiri dengan menjadi warga negara yang taat kepada hukum dan yang menghormati setiap proses hukum seraya terus mendorong ditegakkannya hukum demi keadilan dan kebaikan seluruh warga bangsa.

Saudara-saudari terkasih,

Allah yang menyatakan kebesaran kasih-Nya melalui Yesus Kristus yang dilahirkan di kandang Betlehem akan menyertai serta memberkati usaha kita semua dalam memberi wujud pada kasih-Nya itu. Semoga kasih Allah yang kita alami dan kita rayakan pada Natal ini mendorong kita untuk semakin giat berbuat kasih.

Berkat Tuhan melimpah kepada kita.

SELAMAT NATAL 2012 DAN TAHUN BARU 2013

Jakarta, 20 November 2012

Atas nama

PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA

DI INDONESIA (PGI)

Pdt. Dr. A.A. Yewangoe

Ketua Umum

 Pdt. Gomar Gultom, M. Th.

   Sekretaris Umum

KONFERENSI WALIGEREJA

INDONESIA (KWI)

Mgr. I. Suharyo

Ketua

Mgr. J.M. Pujasumarta

Sekretaris Jendral
Powered by Telkomsel BlackBerry®