Salam Damai Kristus,

Sebuah kontribusi para mantan frater, pastor, suster, bruder, dll bagi pembangunan kehidupan bersama yang lebih baik. Kirimkan artikel apa saja yang mau ditampilkan pada blog ini ke email: mantan.frater09@gmail.com Atas kunjungannya, terima kasih.

Minggu, 29 Desember 2013

PESAN “URBI ET ORBI” PAUS FRANSISKUS 25 Desember 2013

"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya" (Luk 2:14)


 

Saudara dan saudari terkasih di Roma dan di seluruh dunia, selamat Natal!


Saya mengambil kidung para malaikat yang muncul bagi para gembala di Betlehem pada malam ketika Yesus lahir. Ini adalah sebuah kidung yang mempersatukan langit dan bumi, memberikan pujian dan kemuliaan bagi surga, dan janji perdamaian bagi bumi dan semua orang-orangnya.

Saya meminta setiap orang berbagi dalam kidung ini: merupakan sebuah kidung bagi setiap pria atau wanita yang terus berjaga sepanjang malam, yang mengharapkan sebuah dunia yang lebih baik, yang peduli pada orang lain seraya dengan rendah hati berusaha melakukan
tugasnya.

Kemuliaan bagi Allah!

Di atas segalanya, ini adalah apa yang diminta Natal pada kita untuk dilakukan: memuliakan Allah, karena Ia baik, Ia setia, Ia berbelas kasih. Hari ini saya menyuarakan harapan saya agar setiap orang akan datang untuk mengenal wajah Allah yang sebenarnya, Bapa yang telah memberi kita Yesus. Harapan saya yaitu setiap orang akan merasakan kedekatan Allah, hidup di hadapan-Nya, mengasihi-Nya dan menyembah-Nya.

Semoga kita masing-masing memberikan kemuliaan kepada Allah terutama dengan kehidupan kita, dengan kehidupan yang dihabiskan untuk kasih akan Dia dan akan semua saudara dan saudari kita.


 

Damai sejahtera bagi umat manusia


Damai sejahtera yang sejati bukanlah sebuah keseimbangan kekuatan yang berlawanan. Bukanlah sebuah  "facade (tampak luar)" yang indah yang menyembunyikan konflik dan perpecahan. Damai sejahtera memanggil komitmen harian, dimulai dari karunia Allah, dari kasih karunia yang telah Ia berikan kepada kita dalam Yesus Kristus.

Memandang Sang Bayi dalam palungan, pikiran kita beralih kepada anak-anak ini yang menjadi korban peperangan yang paling rentan, tetapi kita juga memikirkan orang-orang tua, perempuan-perempuan yang babak belur, orang-orang sakit ... Peperangan menghancurkan dan menyakiti begitu banyak nyawa!

Terlalu banyak nyawa telah hancur dalam waktu belakangan ini oleh konflik di Suriah, memicu kebencian dan balas dendam. Mari kita terus meminta Tuhan untuk menghindarkan orang-orang Suriah terkasih penderitaan lebih lanjut, dan memungkinkan pihak-pihak dalam konflik untuk mengakhiri semua kekerasan dan menjamin akses bagi bantuan kemanusiaan. Kita telah melihat betapa kuatnya doa! Dan saya bahagia hari ini juga, bahwa para pengikut penganut agama yang berbeda bergabung bersama kita dalam doa kita untuk perdamaian di Suriah. Mari kita tidak pernah kehilangan keberanian doa! Keberanian untuk berkata : Tuhan, berikan perdamaian-Mu bagi Suriah dan bagi seluruh dunia.

Memberikan perdamaian bagi Republik Afrika Tengah, sering dilupakan dan diabaikan. Namun Engkau, Tuhan, tidak melupakan seorang pun! Dan Engkau juga ingin membawa perdamaian bagi tanah itu, diobrak-abrik oleh sebuah pilinan kekerasan dan kemiskinan, di mana begitu banyak orang yang kehilangan tempat tinggal, kekurangan air, makanan dan kebutuhan dasar hidup. Membantu perkembangan keselarasan sosial di Sudan Selatan, di mana ketegangan saat ini telah menyebabkan banyak korban dan mengancam hidup berdampingan secara
damai dalam negara muda itu.

Raja Damai, di setiap tempat kesampingkan batin-batin dari kekerasan dan ilhami mereka untuk meletakkan senjata dan melakukan jalan dialog. Pandanglah Nigeria, yang dikoyak-koyak oleh serangan terus menerus yang tidak menghindarkan yang tidak bersalah dan tak berdaya. Berkati tanah di mana Engkau memilih datang ke dunia, dan berikan akibat yang menguntungkan bagi perundingan perdamaian antara Israel dan Palestina. Sembuhkan luka-luka negeri Irak terkasih, yang sekali lagi dilanda dengan seringnya tindak kekerasan.

Tuhan kehidupan, lindungi semua orang yang dianiaya karena nama-Mu. Berikan harapan dan penghiburan bagi yang terlantar dan para pengungsi, terutama di Semenanjung Afrika dan di bagian timur Republik Demokratik Kongo. Berikan para migran tersebut dalam pencarian sebuah kehidupan yang bermartabat dapat menemukan penerimaan dan bantuan. Semoga tragedi-tragedi seperti yang telah kita saksikan pada tahun ini, dengan begitu banyak kematian di Lampedusa, tidak pernah terjadi lagi!

Bayi Betlehem, jamahlah batin semua orang yang terlibat dalam perdagangan manusia, supaya mereka boleh menyadari beratnya kejahatan terhadap umat manusia ini. Pandanglah banyak anak yang diculik, terluka dan dibunuh dalam konflik bersenjata, dan semua orang yang dirampok  masa kecil mereka dan dipaksa menjadi tentara.

Tuhan langit dan bumi, pandanglah planet kita, yang sering dieksploitasi oleh keserakahan dan kerakusan manusia. Tolong dan lindungi semua korban bencana alam, terutama orang-orang Filipina terkasih, yang sungguh-sungguh terkena dampak topan baru-baru ini.

Saudara dan saudari terkasih, hari ini, dalam dunia ini, dalam umat manusia ini, lahir Sang Juruselamat, yaitu Kristus Tuhan. Mari kita berhenti sejenak di hadapan Bayi Betlehem. Mari kita membiarkan hati kita dijamah, mari kita membiarkan diri kita dihangatkan oleh kelembutan Allah; kita membutuhkan belaian-Nya. Allah penuh kasih : bagi-Nya pujian dan kemuliaan selama-lamanya! Allah adalah damai sejahtera : mari kita mohon kepada-Nya untuk membantu kita menjadi pembawa damai setiap hari, dalam hidup kita, dalam keluarga kita, dalam kota-kota dan bangsa-bangsa kita, di seluruh dunia. Mari kita membiarkan diri kita digerakkan oleh kebaikan Allah.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 21 Desember 2013

Selamat Natal Menurut Al-Qur’an. (Oleh: Dr. M. Quraish Shihab)

Oleh: Dr. M. Quraish Shihab

Sakit perut menjelang persalinan, memaksa Maryam bersandar ke pohon kurma. Ingin rasanya beliau mati, bahkan tidak pernah hidup sama sekali. Tetapi Malaikat Jibril datang menghibur: "Ada anak sungai di bawahmu, goyangkan pangkal pohon kurma ke arahmu, makan, minum dan senangkan hatimu. Kalau ada yang datang katakan: "Aku bernazar tidak bicara."

"Hai Maryam, engkau melakukan yang amat buruk. Ayahmu bukan penjahat, ibumu pun bukan pezina",  demikian kecaman kaumnya, ketika melihat bayi
di gendongannya.

Tetapi Maryam terdiam.Beliau hanya menunjuk bayinya. Dan ketika itu bercakaplah sang bayi menjelaskan jati dirinya sebagai hamba Allah yang diberi Al-Kitab, shalat, berzakat serta mengabdi kepada ibunya.

Kemudian sang bayi berdoa: "Salam sejahtera (semoga) dilimpahkan kepadaku pada hari
kelahiranku, hari wafatku, dan pada hari ketika aku dibangkitkan hidup kembali."

Itu cuplikan kisah Natal dari Al-Quran Surah Maryam ayat 34. Dengan demikian, Al-Quran mengabadikan dan merestui ucapan selamat Natal pertama
dari dan untuk Nabi mulia itu, Isa a.s.

Terlarangkah mengucapkan salam semacam itu? Bukankah Al-Quran telah memberikan contoh? Bukankah ada juga salam yang tertuju kepada Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, keluarga Ilyas, serta para nabi lainnya? Setiap Muslim harus percaya kepada Isa a.s.seperti penjelasan ayat di atas, juga harus percaya kepada Muhammad saw., karena keduanya adalah hamba dan utusan Allah. Kita mohonkan curahan shalawat dan salam untuk mereka berdua sebagaimana kita mohonkan untuk seluruh nabi dan rasul. Tidak bolehkah kita merayakan hari lahir (natal) Isa a.s.? Bukankah Nabi saw. juga merayakan hari keselamatan Musa a.s. dari gangguan Fir'aun dengan berpuasa 'Asyura, seraya bersabda, "Kita lebih wajar merayakannya daripada orang Yahudi pengikut Musa a.s."

Bukankah, Para Nabi bersaudara hanya ibunya yang berbeda? Seperti disabdakan Nabi Muhammad saw.? Bukankah seluruh umat bersaudara?Apa salahnya kita bergembira dan menyambut kegembiraan saudara kita dalam batas kemampuan kita, atau batas yang digariskan oleh anutan kita?Demikian lebih kurang pandangan satu pendapat.

Banyak persoalan yang berkaitan dengan kehidupan Al-Masih yang dijelaskan oleh sejarah atau agama dan telah disepakati, sehingga harus diterima.Tetapi, ada juga yang tidak dibenarkan atau diperselisihkan.Disini, kita berhenti untuk merujuk kepercayaan kita.
Isa a.s. datang membawa kasih, "Kasihilah seterumu dan doakan yang menganiayamu."  Muhammad saw. datang membawa rahmat, "Rahmatilah yang di dunia, niscaya yang di langit merahmatimu." Manusia adalah fokus ajaran keduanya; karena itu, keduanya bangga dengan kemanusiaan.

Isa menunjuk dirinya sebagai anak manusia, sedangkan Muhammad saw. diperintahkan oleh Allah untuk berkata: "Aku manusia seperti kamu. Keduanya datang membebaskan manusia dari kemiskinan ruhani, kebodohan, dan belenggu penindasan. Ketika orang-orang mengira bahwa anak Jailrus yang sakit telah mati, Al-Masih yang menyembuhkannya  meluruskan kekeliruan mereka dengan berkata, "Dia tidak mati, tetapi tidur."  Dan ketika terjadi gerhana pada hari wafatnya putra Muhammad, orang berkata: Matahari mengalami gerhana karena kematiannya.   Muhammad saw. lalu menegur, "Matahari tidak mengalami gerhana karena kematian atau kelahiran seorang." Keduanya datang membebaskan manusia baik yang kecil, lemah dan tertindas dhuâfaâ dan al-mustadhâ'affin dalam istilah Al-Quran.
Bukankah ini satu dari sekian titik temu antara Muhammad dan Al-Masih? Bukankah ini sebagian dari kandungan Kalimat Sawaâ (Kata Sepakat) yang ditawarkan Al-Quran kepada penganut Kristen (dan Yahudi (QS 3:64)?

Kalau demikian, apa salahnya mengucapkan selamat natal, selama akidah masih dapat dipelihara dan selama ucapan itu sejalan dengan apa yang dimaksud oleh Al-Quran sendiri yang telah mengabadikan selamat natal itu?

Itulah antara lain alasan yang membenarkan seorang Muslim mengucapkan selamat atau menghadiri upacara Natal yang bukan ritual. Di sisi lain, marilah kita menggunakan kacamata yang melarangnya.

Agama, sebelum negara, menuntut agar kerukunan umat dipelihara. Karenanya salah, bahkan dosa, bila kerukunan dikorbankan atas nama agama. Tetapi, juga salah serta dosa pula, bila kesucian akidah ternodai oleh atau atas nama kerukunan.

Teks keagamaan yang berkaitan dengan akidah sangat jelas, dan tidak juga rinci.Itu semula untuk menghindari kerancuan dan kesalahpahaman. Bahkan Al-Quran tidak menggunakan satu kata yang mungkin dapat menimbulkan kesalah-pahaman, sampai dapat terjamin bahwa kata atau kalimat itu,
tidak disalahpahami. Kata "Allah",  misalnya, tidak digunakan oleh Al-Quran, ketika pengertian semantiknya yang dipahami masyarakat jahiliah belum sesuai dengan yang dikehendaki Islam.
Kata yang digunakan sebagai ganti ketika itu adalah Rabbuka (Tuhanmu, hai Muhammad) Demikian terlihat pada wahyu pertama hingga surah Al-Ikhlas. Nabi saw. Sering menguji pemahaman umat tentang Tuhan. Beliau tidak sekalipun bertanya, "Di mana Tuhan?"  Tertolak riwayat yang menggunakan redaksi itu karena ia menimbulkan kesan keberadaan Tuhan pada satu tempat, hal yang mustahil bagi-Nya dan mustahil pula diucapkan oleh Nabi.
Dengan alasan serupa, para ulama bangsa kita enggan menggunakan kata "adaâ" bagi Tuhan, tetapi "wujud" Tuhan.

Natalan, walaupun berkaitan dengan Isa Al-Masih, manusia agung lagi suci itu, namun ia dirayakan oleh umat Kristen yang pandangannya terhadap Al-Masih berbeda dengan pandangan Islam. Nah, mengucapkan "Selamat Natal"  atau menghadiri perayaannya dapat menimbulkan kesalahpahaman dan dapat mengantar kepada pengaburan akidah. Ini dapat dipahami sebagai pengakuan akan ketuhanan Al-Masih, satu keyakinan yang secara mutlak bertentangan dengan akidah Islam.

Dengan kacamata itu, lahir larangan dan fatwa haram itu, sampai-sampai ada yang beranggapan jangankan ucapan selamat, aktivitas apa pun yang berkaitan dengan Natal tidak dibenarkan, sampai pada jual beli untuk keperluan Natal.
Adakah kacamata lain? Mungkin!
Seperti terlihat, larangan ini muncul dalam rangka upaya memelihara akidah.

Karena, kekhawatiran kerancuan pemahaman, agaknya lebih banyak ditujukan kepada mereka yang dikhawatirkan kabur akidahnya. Nah, kalau demikian, jika ada seseorang yang ketika mengucapkannya tetap murni akidahnya atau mengucapkannya sesuai dengan kandungan "Selamat Natal" Qurani, kemudian mempertimbangkan kondisi dan situasi dimana hal itu diucapkan, sehingga tidak menimbulkan kerancuan akidah baik bagi dirinya ataupun Muslim yang lain, maka agaknya tidak beralasan adanya larangan itu.

Adakah yang berwewenang melarang seorang membaca atau mengucapkan dan menghayati satu ayat Al-Quran?
Dalam rangka interaksi sosial dan keharmonisan hubungan, Al-Quran memperkenalkan satu bentuk redaksi, dimana lawan bicara memahaminya sesuai dengan pandangan atau keyakinannya, tetapi bukan seperti yang dimaksud oleh pengucapnya.Karena, si pengucap sendiri mengucapkan dan memahami redaksi itu sesuai dengan pandangan dan keyakinannya.Salah satu contoh yang dikemukakan adalah ayat-ayat yang tercantum dalam QS 34:24-25. Kalaupun non Muslim memahami ucapan "Selamat Natal"  sesuai dengan keyakinannya, maka biarlah demikian, karena Muslim yang memahami akidahnya akan mengucapkannya sesuai dengan garis keyakinannya. Memang, kearifan dibutuhkan dalam rangka interaksi sosial.

Tidak kelirulah, dalam kacamata ini, fatwa dan larangan itu, bila ia ditujukan kepada mereka yang dikhawatirkan ternodai akidahnya. Tetapi, tidak juga salah mereka yang membolehkannya, selama pengucapnya bersikap arif bijaksana dan tetap terpelihara akidahnya, lebih-lebih jika hal tersebut merupakan tuntunan keharmonisan hubungan.
Dostojeivsky (1821-1881), pengarang Rusia kenamaan, pernah berimajinasi tentang kedatangan kembali Al-Masih. Sebagian umat Islam pun
percaya akan kedatangannya kembali. Terlepas dari penilaian terhadap imajinasi dan kepercayaan itu, kita dapat memastikan bahwa jika benar beliau datang, seluruh umat berkewajiban menyambut dan mendukungnya, dan pada saat kehadirannya itu pasti banyak hal yang akan beliau luruskan. Bukan saja sikap dan ucapan umatnya, tetapi juga sikap dan ucapan umat Muhammad saw. Salam sejahtera semoga tercurah kepada beliau, pada hari Natalnya, hari wafat dan hari kebangkitannya nanti.

MEMBUMIKAN AL-QURAN
Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat
Dr. M. Quraish Shihab
Penerbit Mizan, Cetakan 13, Rajab 1417/November 1996
Jln.Yodkali 16, Bandung 40124
Telp. (022) 700931 – Fax. (022) 70703
__._,_.___

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 12 Desember 2013

Doa Lima Jari

Sri Paus Fransiskus memberikan nasihat DOA LIMA JARI kepada anak-anak yang mengerumuninya:

 "(1) Jempol ialah jari yg terdekat denganmu. 

Mulailah berdoa utk mereka yg dekat denganmu. Mereka ialah orang-orang yg engkau ingat. Berdoa utk orang tersayang merupakan suatu kewajiban yg manis. 

(2) Telunjuk. 

Berdoalah bagi mereka yg mendidikmu, mengarahkanmu, menyembuhkanmu. Mereka memerlukan dukungan dan kebijaksanaan utk menunjukkan arah bagi orang lain. Bawalah mereka dlm doamu. 

(3) Jari tengah, jari terpanjang mengingatkan kita pada para pemimpin, perusahaan, pemerintah, semua yg mengemban kekuasaan. Mereka membutuhkan bimbingan Tuhan.

(4) Jari manis di mana biasa ditempatkan cincin. 

Kita tak mengira bahwa ini jari paling lemah. Doakanlah yang lemah, sakit, yg sedang menghadapi masalah. Mereka membutuhkan doamu. 

(5) Kelingking, jari paling kecil.

Mengingatkan kita utk berdoa bagi diri kita sendiri. Setelah menyelesaikan empat doa sebelumnya, kamu dapat melihat kebutuhanmu sendiri dg cara pandang yg benar, dan mendoakan kebutuhan dirimu dg cara yg lebih baik".



semoga berguna
Powered by Telkomsel BlackBerry®

TOKOH TAHUN INI: Fransiskus, Paus Revolusioner (Trias Kuncahyono)

Oleh: Trias Kuncahyono

HANYA dalam tempo sembilan bulan, sejak dipilihnya menjadi orang nomor satu di Vatikan, 13 Maret 2013, Paus Fransiskus mampu menjadi magnet dunia. Oleh karena kebijakan dan langkah-langkahnya mendobrak kemapanan Gereja. Revolusioner.
Dan, majalah Time pun memilihnya menjadi "Person of the Year" (Tokoh Tahun Ini). Pada 1994, Paus Yohanes Paulus II dipilih sebagai "Man of the Year" oleh majalah Time; sebelumnya, 1962, Paus Yohanes XXIII-lah yang dinobatkan sebagai "Man of the Year" juga oleh majalah Time karena Paus inilah pemrakarsa Konsili Vatikan II, yang memperbaharui Gereja.

Sejak penampilannya pertama, setelah terpilih, di balkon Vatikan, Paus Fransiskus membuktikan dirinya sebagai "Paus Yang Mengejutkan". Sebagai Paus Jesuit pertama dalam sejarah, ia mencanangkan misinya untuk merestorasi otentisitas dan integritas Gereja Katolik yang digerogoti skandal seks, paedophilia, dan sekresi, intrik dan pertarungan di dalam, ambisi dan arogansi, hedonisme dan semangat menguasai dunia dalam arti yang sebenarnya.

Ia menyatakan, Gereja harus menjadi "Gereja miskin, untuk kaum miskin". Inilah, kredo Paus Fransiskus, yang kakek-moyangnya, imigran Italia, mendarat di Argentina pada 1929.

Nama Fransiskus
Mengapa mantan Kardinal Buenos Aires Jorge Mario Bergoglio ini memilih nama Fransiskus setelah terpilih menjadi Paus? Paul Vallely dalam bukunya, Pope Francis, Untying the Knots, menulis, bahkan para kardinal yang ikut konklav (sidang para kardinal untuk memilih Paus) pun kaget, ketika ditanya, "Nama apa yang Anda pakai?" Waktu itu Bergoglio menjawab, "Vocabor Franciscus" (Saya akan dipanggil Fransiskus). Bukan Fransiskus Xaverius, bukan Fransiskus de Sales, tetapi Fransiskus Asisi.

Fransiskus Asisi (disebut demikian karena dari Asisi, Italia bagian utara) adalah seorang imam anak saudagar kain yang kaya raya, tetapi menyerahkan hidupnya untuk kaum papa, kaum miskin. Inilah jalan hidup yang dipilih Kardinal Bergoglio sejak semula di Argentina. Ia meninggalkan istana kekardinalan dan memilih tinggal di rumah susun untuk kaum miskin. Ke mana-mana, ia naik bus, subway, mobilnya pun dijual.

Ketika meninggalkan Buenos Aires untuk pergi ke Roma, memenuhi panggilan Paus Benediktus XVI (yang berujung pada konklav), meski mendapat tiket "first-class", ia memilih menukarnya dengan tiket kelas ekonomi. Ia hanya minta duduk dekat pintu darurat agar bisa selonjor, selama penerbangan 13 jam. Awak pesawat Alitalia pun memberinya kursi nomor 25.

Langkah selanjutnya Paus pertama dari luar Eropa, setelah 1.200 tahun, ini tidak hanya membuat banyak kejutan, tetapi bahkan membuat banyak orang terbuka matanya akan kekurangan dan kelemahan Kuria (Kabinet) Roma, bahkan Gereja Katolik. Bukankah kesempurnaan manusia adalah mengetahui ketidaksempurnaannya? Begitu kata filsuf Augustinus.

Banyak orang terinspirasi cara pandangnya yang lugas, baru, spontan, dan segar dalam menghadapi berbagai persoalan Gereja dan kemanusiaan. Yang dilakukannya pun mendorong orang lain untuk mengikutinya, sekaligus membuat malu Gereja yang selama ini seperti berada di "menara gading", kurang berbaur dengan masyarakat.

Paus, sebagai penyandang nama Fransiskus, yang mengutamakan kesederhanaan hidup, keutamaan hidup, belarasa, pelayanan, memahami betul apa artinya melayani. Karena itu, ia sejak pertama terpilih tidak mau tinggal di Istana Kepausan. Ia memilih tinggal di "guesthouse", Casa Santa Marta, supaya tidak terkucilkan, dan bisa selalu bersama dengan yang lain.

Kepeduliannya kepada orang miskin, seperti yang sudah lama dihayati ketika masih menjadi kardinal di Buenos Aires, tetap dipegang teguh. Orang miskin memperoleh posisi istimewa di hatinya. Ia tidak peduli pada akibatnya. Paus pernah mengatakan, "Kalau makan tidak habis dan dibuang-buang, itu sama saja merampok orang miskin."

Citra Allah
Sikap ini menegaskan pada pendiriannya yang memegang teguh teologi konservatif, yang membawa manusia ke fitrahnya, sebagai citra Allah, bukan teologi progresif. Sebab, teologi progresif itu pikiran orang elite; yang menganggap orang miskin itu hanya tahu iman dan makan, tidak tahu teologi. Hal itu seperti tecermin dalam ensiklik pertamanya, "Gaudium Evangelii", Kegembiraan Pewartaan.

Paus sadar dan paham bahwa kebutuhan dunia, umat, bukanlah rumusan teologi yang canggih, mbulet, melainkan sebuah praksis hidup yang nyata: kesederhanaan, kepedulian, kemurahan hati, belarasa, melawan segala kemegahan duniawi, dan tidak menggunakan agama sebagai selubung untuk melakukan tindakan tidak terpuji, amoral, termasuk korupsi.

Tidak diduga ribuan umat yang hadir di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, untuk mengikuti audiensi, ketika tiba-tiba Paus turun dari mobilnya dan memeluk seorang bocah kecil yang sakit, yang disable; orang tua yang duduk di kursi roda. Tidak pernah ada seorang Paus merayakan Misa Kamis Putih di penjara Casa del Marmo dan mencuci serta mencium kaki narapidana, laki maupun perempuan, hitam maupun putih, bertato dan bersih. Ada yang Kristen, Muslim, Ortodoks, bahkan atheis.

Sejak masih di Buenos Aires, hal itu sudah dilakukan. Ia rajin membesuk orang sakit dan pasien AIDS. Ia menyapanya. Ia memeluknya.

Membawa sapu
Itulah Paus Fransiskus yang masuk ke Vatikan membawa sapu, membersihkan Bank Vatikan yang korup, yang digunakan untuk pencucian uang, dan mereformasi Kuria Roma. Ia juga membongkar pelecehan seks dan paedophilia yang dilakukan sejumlah pastor.

Paus Fransiskus melihat bahwa Kuria Roma menjelma menjadi organisasi pemerintahan yang disibukkan urusan administratif. Akibatnya sisi pelayanan, pewartaan pastoral kurang mendapat tempat. Gereja makin sibuk dengan urusan duniawi yang menggiurkan.

Ia juga melihat dan merasakan, bahkan sejak lama, Gereja tak ubahnya korporasi yang dibelit skandal demi skandal. Gereja keropos bukan karena kuatnya atheisme, melainkan karena kelakuan anak-anaknya. Dan, reputasinya dilempar di meja judi, dipertaruhkan.

Paus Fransiskus melangkah mantap bahwa semua harus dibongkar, diperbaiki, dan didirikan bangunan baru. Gereja yang dari dulu sentralistis, diurai dan sistem kolegialitas mendapat tempat. Bahkan ditekankan.

Sikapnya terhadap kaum homoseksual pun membuat orang terkejut. "Aku ini siapa, sehingga harus menghukum mereka," katanya. Banyak persoalan Gereja mulai diurai, diselesaikan. Dan, pantas kalau ia disebut sebagai pengubah sejarah Gereja, dan akhirnya nanti sejarah umat manusia.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000003648981
Powered by Telkomsel BlackBerry®

SURAT GEMBALA KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI) MENYAMBUT PEMILU LEGISLATIF 2014

"JADILAH PEMILIH YANG CERDAS DENGAN BERPEGANG PADA HATI NURANI"

Saudara-saudari, segenap umat Katolik Indonesia yang terkasih,
Bangsa kita sedang bersiap diri menyambut Pemilu legislatif untuk memilih DPR, DPD dan DPRD yang akan diselenggarakan tanggal 9 April 2014. Sebagai negara yang menganut sistem demokrasi, Pemilu menjadi peristiwa penting dan strategis karena merupakan kesempatan memilih calon legislatif dan perwakilan daerah yang akan menjadi wakil rakyat.

Hak dan Panggilan Ikut Serta Pemilu
Warga negara yang telah memenuhi syarat berhak ikut menentukan siapa yang akan mengemban kedaulatan rakyat melalui Pemilu. Mereka yang terpilih akan menempati posisi yang menentukan arah dan kebijakan negeri ini menuju cita-cita bersama, yaitu kesejahteraaan bagi seluruh rakyat Indonesia. Karena itu, selain merupakan hak, ikut memilih dalam Pemilu merupakan panggilan sebagai warga negara. Dengan ikut memilih berarti Anda ambil bagian dalam menentukan arah perjalanan bangsa ke depan. Penting disadari bagi para pemilih untuk tidak saja datang dan memberikan suara, melainkan menentukan pilihannya dengan cerdas dan sesuai dengan hati nurani. Dengan demikian, pemilihan dilakukan tidak asal menggunakan hak pilih, apalagi sekedar ikut-ikutan. Siapa pun calon dan partai apa pun pilihan Anda, hendaknya dipilih dengan keyakinan bahwa calon tersebut dan partainya akan mewakili rakyat dengan berjuang bersama seluruh komponen masyarakat mewujudkan cita-cita bersama bangsa Indonesia. Pertanyaannya adalah calon legislatif macam apa yang mesti dipilih dan partai mana yang mesti menjadi pilihan kita.

Kriteria Calon Legislatif
Tidak mudah bagi Anda untuk menjatuhkan pilihan atas para calon legislatif. Selain karena banyak jumlahnya, mungkin juga tidak cukup Anda kenal karena tidak pernah bertemu muka. Para calon legislatif yang akan Anda pilih, harus dipastikan bahwa mereka itu memang orang baik, menghayati nilai-nilai agama dengan baik dan jujur, peduli terhadap sesama, berpihak kepada rakyat kecil, cinta damai dan anti kekerasan. Calon legislatif yang jelas-jelas berwawasan sempit, mementingkan kelompok, dikenal tidak jujur, korupsi dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kedudukan tidak layak dipilih. Hati-hatilah dengan sikap ramah-tamah dan kebaikan yang ditampilkan calon legislatif hanya ketika berkampanye, seperti membantu secara material atau memberi uang. Hendaklah Anda tidak terjebak atau ikut dalam politik uang yang dilakukan para caleg untuk mendapatkan dukungan suara. Perlulah Anda mencari informasi mengenai para calon yang tidak Anda kenal dengan pelbagai cara. Demi terjaga dan tegaknya bangsa ini, perlulah kita memperhitungkan calon legislatif yang mau berjuang untuk mengembangkan sikap toleran dalam kehidupan antarumat beragama dan peduli pada pelestarian lingkungan hidup. Pilihan kepada calon legislatif perempuan yang berkualitas untuk DPR, DPD dan DPRD merupakan salah satu tindakan nyata mengakui kesamaan martabat dalam kehidupan politik antara laki-laki dan perempuan, serta mendukung peran serta perempuan dalam menentukan kebijakan dan mengambil keputusan.

Kriteria Partai Politik
Kita bersyukur atas empat kesepakatan dasar dalam berbangsa dan bernegara yakni Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika. Kita percaya bahwa hanya dengan mewujudkan keempat kesepakatan tersebut, bangsa ini akan mampu mewujudkan cita-citanya. Oleh karena itu, dalam memilih partai perlu memperhatikan sikap dan perjuangan mereka dalam menjaga keempat kesepakatan tersebut. Hal yang penting untuk menjadi pertimbangan kita adalah partai yang memiliki calon legislatif dengan kemampuan memadai dan wawasan kebangsaan yang benar. Partai yang memperjuangkan kepentingan kelompoknya apalagi tidak berwawasan kebangsaan, hendaknya tidak dipilih.

Pengawasan atas Jalannya Pemilu
Setiap warga negara diharapkan ikut memantau dan mengawasi proses dan jalannya Pemilu. Pengawasan itu bukan hanya pada saat penghitungan suara, melainkan selama proses Pemilu berlangsung demi terlaksananya Pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil (Luber Jurdil). Kita perlu mendorong dan memberikan dukungan kepada kelompok-kelompok dalam masyarakat yang dengan cermat mengikuti dan mengritisi proses jalannya Pemilu. Hendaknya Anda mengikuti secara cermat proses penghitungan suara bahkan harus terus mengawasi pengumpulan suara dari tingkat Tempat Pemungutan Suara (TPS) sampai ke tingkat kecamatan dan kabupaten agar tidak terjadi rekayasa dan kecurangan.

Pemilu yang Aman dan Damai
Amat penting bagi semua warga masyarakat untuk menjaga Pemilu berjalan langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil, damai dan berkualitas. Jangan sampai terjadi kekerasan dalam bentuk apapun, baik secara terbuka maupun terselubung, karena bila sampai terjadi kekerasan maka damai dan rasa aman tidak akan mudah dipulihkan. Perlu tetap waspada terhadap usaha-usaha memecah belah atau mengadu domba yang dilakukan demi tercapainya suatu target politik. Bila ada sesuatu yang bisa menimbulkan kerawanan, khususnya dalam hal keamanan dan persatuan ini, partisipasi segenap warga masyarakat untuk menangkalnya sangat diharapkan.

Calon Legislatif
Para calon legislatif, kami hargai Anda karena tertarik dan terpanggil terjun dalam dunia politik. Keputusan Anda untuk mempersembahkan diri kepada Ibu Pertiwi melalui jalan itu akan menjadi kesempatan untuk berkontribusi secara berarti bahkan maksimal bagi tercapainya cita-cita bangsa Indonesia. Karena itu, tetaplah memegang nilai-nilai luhur kemanusiaan, serta tetap berjuang untuk kepentingan umum dengan integritas moral dan spiritualitas yang dalam. Anda dipanggil dan diutus menjadi garam dan terang!

Saudara-saudari terkasih,
Ikutlah memilih. Dengan demikian Anda ikut serta dalam menentukan masa depan bangsa. Sebagai umat beriman, marilah kita mengiringi proses pelaksanaan Pemilu dengan doa memohon berkat Tuhan, semoga Pemilu berlangsung dengan damai dan berkualitas serta menghasilkan wakil-wakil rakyat yang benar-benar memperhatikan rakyat dan berjuang untuk keutuhan Indonesia. Dengan demikian cita-cita bersama, yaitu kebaikan dan kesejahteraan bersama semakin mewujud nyata.

Semoga Bunda Maria, Ibu segala bangsa, senantiasa melindungi bangsa dan negara kita dengan doa-doanya.


Jakarta, Januari 2014

KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA

Mgr. Ignatius Suharyo
Ketua

Mgr. Johannes Pujasumarta
Sekretaris Jenderal

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Senin, 09 Desember 2013

Evangelii Gaudium dan Revolusi Cinta

"I prefer a Church which is bruised, hurting and dirty because it has been out on thestreets, rather than a Church which is unhealthy from being confined and fromclinging to its own security" (49) –  "Saya lebih bersimpati pada Gereja yang rapuh, terluka dan kotor karena menceburkan diri ke jalan-jalan, ketimbang sebuah Gereja yang sakit lantaran tertutup dan mapan mengurus dirinya sendiri."
Seruan ini dikumandangkan oleh Paus Fransiskus kepada umat Katolik di seantero jagad dalam Seruan Apostoliknya berjudul Evangelii Gaudium (Sukacita Injili) hari Selasa, 26 November 2013. Seruan Apostolik ini boleh dibilang sebagai program kerja Paus Fransiskus. Ia mencita-citakan sebuah Gereja yang lebih terbuka, yang mampu menampilkan diri sebagai sebuah budaya tandingan (counterculture) bagi gambaran manusia homo economicus yang tengah terpasung perangkap budaya konsumerisme.
Akar dari konsumerisme adalah kapitalisme tanpa kendali yang tengah menghancurkan dunia dan menebarkan malaikat maut ke segala penjuru kehidupan manusia. Tak ada sistem sosial yang tidak tunduk pada imperatif ekonomi pasar bebas yakni profit. Yang tak mendatangkan profit dianggap tidak ada atau harus ditiadakan. Dalam sebuah tatanan sosial yang tunduk pada logika profit sebagai prinsip sakral, term-term seperti solidaritas, keadilan sosial dan subsidiaritas tak mendapat tempat. Karena itu atas nama efisiensi, persaingan bebas dan kalkulasi untung rugi, pelayanan-pelayanan publik di bidang kesehatan, pendidikan, air bersih, pangan, transportasi umum semuanya diprivatisasi.
Kapitalisme terutama dalam wajahnya yang paling ekstrim yakni neoliberalisme bertanggung jawabatas ketidakadilan, kemiskinan, peperangan dan kematian massal. Sistem ekonomi kapitalis adalah mesin pembunuh umat manusia, tulis Paus Fransiskus. Kapitalisme berfungsi berdasarkan hukum rimba. Sistem kapitalisme telah menciptakan bentuk-bentuk perbudakan baru seperti sindikat perdagangan manusia untuk kepentingan tenaga kerja murah di pabrik-pabrik, prostitusi dan pekerja anak di bawah umur. Persoalan-persoalan ini harus mengganggu ketenangan nurani kemanusiaan setiap orang beriman.
Karena itu Paus  meminta semua orang Kristen agar dengan cara-cara damai menentang sistem ekonomi yang eksploitatif tersebut. Sebab Fransiskus lebih menaruh simpati pada model Gereja yang rapuh seperti bejana tanah liat dan kotor karena menceburkan diri dalam pergulatan umat manusia ketimbang Gereja yang sakit karena membangun menara gading dan sibuk mengurus birokrasinya sendiri.
Gereja tidak boleh menarik diri dari dunia, tapi harus masuk ke tengah dunia. Gereja harus menjadi Gereja missioner. Itu berarti, Gereja harus mewartakan Sabda Allah yang membebaskan. Ia harus mampu mendengarkan jeritan para tawanan, menyembuhkan yang sakit, mengadvokasi para korban yang dirampas hak-haknya, dan menurunkan semua yang congkak dari singgasana kekuasaan termasuk singgasana imperium ekonomi yang dibangun di atas piramida kurban manusia.
Keterlibatan misioner Gereja ini harus dibangun atas basis spiritualitas yang kokoh yakni iman akan inkarnasi. "Lewat peristiwa inkarnasi Putera Allah telah mengundang kita menuju revolusi cinta yang mesrah," (88). Yesus adalah seorang revolusioner dan sekaligus panutan satu-satunya bagi semua orang Kristen. Dalam nada teologi pembebasan dan pisau analisis Marxian,Paus Fransiskus berpandangan bahwa seorang Kristen yang tidak revolusioner sudah pasti bukan Kristen. Perubahan dunia menuju yang lebih baik hanya mungkin lewat revolusi gaya hidup yang radikal baik pada tataran individual mapun struktural.
Revolusi cinta itu hanya mungkin tercapai jika kita menjadi simbol harapan bagi dunia dan tidak terjerumus ke dalam bahaya pesimisme yang radikal. Pesimisme radikal adalah ciri khas masyarakat yang menggantungkan seluruh hidupnya pada "yang duniawi" semata dan menutup diri terhadap hal-hal adikodrati. Pesimisme radikal adalah karakter dasar orang-orang yang hidup tanpa Allah. Hal ini tampak dalam patologi sosial seperti pragmatisme, individualisme, krisis identitas dan raibnya idealisme.
Dalam situasi ini orang cenderung menarik diri dari dunia dan mencari rasa aman dalam spiritualitas kesenangan (spiritualityof well-being)" minus hidup komunitas atau "teologi kemakmuran tanpa solidaritas sosial bagi kaum miskin" (90). Spiritualitas dan teologi seperti ini tidak pernah mencari kehendak Allah, tapi keamananan dan kebesaran dirinya sendiri (93).
Orang miskin mendapat tempat istimewa dalam seruan apostolik Paus Fransiskus. Orang-orang miskin mampu menobatkan Gereja dari Gereja triumfalistik menuju Gereja yang melayani dan dialogal. Karena itu bagi Gereja, orang miskin pada tempat pertama merupakan sebuah kategori teologis, baru pada tahap berikutnya dipandang sebagai kategori sosiologis dan politis. "Karena itu saya mencita-citakan sebuah Gereja yang miskin untuk orang-orang miskin" (198). Dan setiap komunitas dalam Gereja yang melupakan kaum miskin akan berada dalam bahaya menghancurkan dirinya sendiri, sebab tanpa keberpihakan pada kaum miskin kegiatan religious tidak menghasilkan buah dan akan mabuk sempoyongan dalam candu spirituality of well-being (207).
Paus Fransiskus mendorong Gereja untuk memberi perhatian khusus bagi kaum lemah dan termarginalkan. Mereka adalah para pengungsi, tunawisma, para pecandu narkoba, penduduk asli yang terpinggirkan dan para penderita HIV. Negara-negara industry maju diminta untuk lebih membuka diri terhadap para pengungsi dari dunia ketiga. Dengan kedatangan para pengungsi negara-negara maju tidak perlu takutakan kehilangan identitas, tapi harus berani menciptakan sintesis kultural yang baru (210).
Evangelii Gaudium mengundang semua umat beriman untuk bercermin pada hidup para pengarang injil yang selalu membuka diri terhadap karya Roh Kudus. Roh Kudus mengaruniakan kita kekuatan untuk mewartakan kabar gembira secara baru kapan dan di mana saja, kendati harus melawan arus zaman. Untuk itu Paus Fransiskus memberanikan seluruh Gereja: "Lantaran kita tidak selalu menyaksikan benih-benih yang sedang bertumbuh itu, maka kita membutuhkan kepastian dan keyakinan hakiki bahwa Allah dapat bertindak setiap saat, juga di saat-saat kegagalan, sebab harta ini kita punyai dalam bejana tanah liat" (279).
 
Otto Gusti SVD, Dosen Filsafat Politik dan HAM di STFK Ledalero, Maumere, Flores.
Artikel ini telah dimuat di Pos Kupang pada 5 Desember 2013
__._,_.___
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Minggu, 08 Desember 2013

Surat Gembala KWI - 2013: Jadilah Pembela Kehidupan! Lawanlah Penyalahgunaan Narkoba!

Saudara-saudari terkasih dalam Tuhan,

1. Setelah mengadakan studi mengenai narkoba dengan tema "Komitmen dan Peran Nyata Gereja Katolik Indonesia dalam Menyikapi Masalah Narkoba", kami para Uskup yang tergabung dalam Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengajak seluruh umat untuk membela dan mencintai kehidupan dengan memerangi narkoba. Hari studi tersebut kami adakan karena keprihatinan kami yang mendalam atas semakin luasnya penyalahgunaan narkoba di negeri kita ini. Penyalahgunaan narkoba merupakan kejahatan dan masalah sosial yang merusak sendi-sendi kehidupan baik bagi pengguna, keluarga maupun masyarakat. Terhadap kejahatan dan masalah sosial ini Gereja tidak boleh diam. Diteguhkan oleh sabda Tuhan, "Aku datang, agar mereka semua mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan" (Yoh 10:10b), kami mengajak seluruh umat melawan kejahatan sosial tersebut.
Penyalahgunaan Narkoba

2. Istilah "narkoba" merupakan kependekan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syarat pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Sedangkan bahan adiktif lainnya adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan. (Catatan: pada saatnya akan diuraikan secara lebih lengkap dalam Nota Pastoral yang akan terbit kemudian).

3. Pada saat ini ancaman penyalahgunaan narkoba sudah sampai taraf yang sangat mengkhawatirkan dan menunjukkan peningkatan yang serius, bahkan telah berkembang menjadi kejahatan yang terkait dengan kejahatan lainnya. Juga karena penyebarannya yang hampir merata di seluruh Indonesia dengan tidak mengenal status, golongan, profesi, latar belakang, agama, suku, ras, penduduk desa maupun kota dan lain-lain. Semua orang bisa menjadi sasaran kejahatan penyalahgunaan narkoba.

4. Pihak-pihak yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba adalah produsen, pengedar dan korban. Peranan mereka berbeda-beda, maka sikap kita dalam menghadapinya pun harus berbeda. Memproduksi narkoba secara tidak sah adalah kejahatan yang tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun. Mengedarkan narkoba secara illegal juga merupakan kejahatan karena pengedar menebarkan bahaya bagi kehidupan sesama manusia. Korban adalah pihak yang harus diberi empati dan pertolongan, agar mampu keluar dari situasinya.

Akibat
5. Penyalahgunaan narkoba dapat mengakibatkan gangguan perilaku, emosi dan cara berpikir karena yang diserang oleh narkoba adalah susunan syaraf pusat. Kerusakan ini permanen atau bersifat tetap, tidak bisa disembuhkan dan hanya bisa dipulihkan. Karena itu, pengguna akan mengalami kerusakan fisik, psikis dan spiritual. Kerusakan fisik yang ditimbulkan oleh narkoba menjadikan pengguna rentan terhadap banyak penyakit dan kelemahan fisik lainnya, yang tidak bisa dipulihkan seperti semula. Kerusakan psikis menjadikan pengguna tidak mampu bernalar secara baik dan bertingkah laku secara wajar. Kerusakan spiritual menjadikan pengguna tidak mempunyai pegangan hidup, tidak otonom dalam menentukan pilihan moral, dan mudah dipermainkan oleh keinginan-keinginan untuk mengkonsumsi narkoba.

6. Narkoba merusak relasi antaranggota keluarga, kerukunan dan kebahagiaannya serta merusak ekonomi keluarga. Bila keluarga rusak, rusak pula masyarakat. Dalam masyarakat yang rusak itu tindak kejahatan meningkat, kekerasan dan kerusakan moral serta gangguan keamanan merajalela. Biaya penanggulangan dan rehabilitasi korban yang diperlukan sangat besar sehingga menggerogoti anggaran negara.

7. Penyalahgunaan narkoba adalah pelanggaran serius terhadap harkat dan martabat manusia. Narkoba merusak pribadi manusia yang diciptakan Allah menurut citra-Nya, "menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka" (Kej. 1:27). Kita menyadari, bahwa manusia itu mempunyai hak dan kewajiban untuk memelihara, mengembangkan, mencintai, dan membela kehidupan yang adalah anugerah Allah.

Pencegahan
8. Berhadapan dengan penyalahgunaan narkoba ini, kita tidak bisa tinggal diam. Kita harus pro-aktif bergerak bersama warga masyarakat lainnya untuk mengatasi masalah ini. Sekuat mungkin kita harus mencegah penyalahgunaan narkoba, jangan sampai seorang pun jatuh menjadi korban narkoba. Dalam keluarga, para orangtua hendaknya sungguh-sungguh mencintai, mengenal dan memperhatikan anak secara cermat. Jangan sampai anak merasa tidak diperhatikan dan tidak dicintai oleh orangtuanya yang sibuk dengan urusan sendiri. Pengalaman tidak diperhatikan, kesepian karena kurang cintakasih dapat menjadi pintu masuk narkoba dalam hati dan pikiran anak, untuk mencoba obat-obat berbahaya itu. Di sekolah-sekolah (Kelompok Belajar, SD, SMP, SMA/SMK, dan Perguruan Tinggi) para guru dan dosen hendaknya memperhatikan secara teliti para peserta didik dan teman-teman pergaulan mereka, sehingga terlindung dari bahaya penyalahgunaan narkoba. Kerjasama terpadu antara orangtua dan guru sangat penting bagi kehidupan generasi muda agar terhindar dari bahaya narkoba. Di samping keluarga dan sekolah, lingkungan kerja dan komunitas-komunitas pergaulan harus memperhatikan bahaya narkoba ini.

Rehabilitasi
9. Terhadap korban penyalahgunaan narkoba harus kita usahakan, agar mereka dirawat sehingga pulih dan sehat kembali. Menjebloskan para korban narkoba ke dalam penjara bukan penyelesaian masalah narkoba. Pada umumnya mereka adalah korban dari para produsen dan pengedar narkoba. Sedangkan di dalam penjara, keadaan mereka semakin diperparah. Ada baiknya agar para korban narkoba tidak dihukum penjara melainkan diwajibkan menjalani terapi rehabilitasi. Mereka yang berada dalam penjara perlu mendapat perhatian dan kunjungan yang menyembuhkan. Sedangkan para produsen dan pengedar narkoba seharusnya dihukum berat. Untuk memulihkan korban perlu diadakan rumah rehabilitasi yang dikelola secara benar dan bertanggungjawab dengan pendampingan medis, psikologis dan rohani. Untuk itu Rumah Sakit Katolik hendaknya secara pro-aktif ambil bagian dalam menolong korban penyalahgunaan narkoba.

Saudara-saudari terkasih dalam Tuhan,
Marilah kita bergerak bersama menjadi pembela dan pencinta kehidupan dengan melawan penyalahgunaan narkoba melalui kerjasama terpadu. Gerakan anti narkoba harus kita mulai dari dalam Gereja sendiri dengan melibatkan pribadi-pribadi, keluarga, sekolah, kelompok, tim kerja serta komisi-komisi pada tingkat paroki, keuskupan maupun nasional menurut tugas dan tanggungjawabnya masing-masing. Kerjasama terpadu dengan pihak-pihak mana pun, baik
pemerintah (misalnya dengan Badan Narkotika Nasional) maupun swasta, harus kita lakukan untuk memperkuat gerakan anti narkoba. Korban penyalahgunaan narkoba adalah pribadi-pribadi yang telah kehilangan masa lalu dan masa kini maka jangan sampai mereka juga kehilangan masa depannya. Selamatkan korban dan pulihkan kembali martabatnya. Seraya memohon bantuan Bunda Maria, ibu kehidupan, semoga tekad kita menjadi pembela kehidupan dengan memerangi penyalahgunaan narkoba dilindungi dan diberkati oleh Allah yang mahakuasa dan mahapenyayang. Amin.

 Jakarta, 15 November 2013
KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA,
Mgr. Ignatius Suharyo K e t u a
Mgr. Johannes Pujasumarta Sekretaris


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 27 November 2013

Gereja Harus Fokus Perangi Kemiskinan

Paus Fransiskus, Selasa (26/11), menyerukan reformasi dan pembaruan peran Gereja Katolik dengan mengimbau para pemimpin global dan umat untuk lebih fokus memerangi kemiskinan. Paus juga mengecam kapitalisme yang disebutnya sebagai "tirani baru".

Dalam dokumen "Imbauan Apostolik" sebanyak 84 halaman yang ditulisnya sendiri, Paus Fransiskus juga mengatakan,
dia terbuka untuk saran untuk perubahan kekuasaan kepausan.

"Ini adalah tugas saya sebagai Uskup Roma, menjadi lebih terbuka terhadap saran, yang akan membantu dalam tugas pelayanan dan kesetiaan yang sesuai dengan apa yang ingin diberikan Yesus Kristus," tulis Paus.

Lebih jauh Paus Fransiskus menulis, sudah waktunya untuk adanya "konversi kepausan", dan menambahkan, sentralisasi
yang berlebihan di Vatikan, ketimbang pembuktian dalam karya, telah mempersulit kehidupan Gereja.

Apa yang diungkapkan Paus Fransiskus, dalam dokumen resmi pertamanya sejak diangkat menjadi pemimpin tertinggi Gereja Katolik, Maret lalu, tidak jauh berbeda dengan khotbah-khotbahnya sebelum ini.

Kecam berhala uang
Populer sebagai pengkritik paling gencar sistem ekonomi global yang cenderung mengabaikan kaum papa, Paus Fransiskus lebih jauh mengecam "penyembahan berhala uang". Paus juga meminta para politisi agar menjamin setiap warga negara mendapatkan pekerjaan bermartabat, pendidikan, dan kesehatan.

Fransiskus, paus non-Eropa pertama dalam 1.300 tahun sejarah kepausan, juga meminta orang-orang kaya untuk berbagi kekayaan mereka.

"Sama seperti perintah 'jangan membunuh', hari ini kami juga harus mengatakan 'kamu tidak boleh membiarkan ekonomi menuju ketidakadilan. Ekonomi semacam itu membunuh!'" tulis Paus Fransiskus.

"Bagaimana mungkin, ketika seorang tunawisma tua meninggal bukanlah sebuah berita, tetapi saat pasar saham kehilangan dua poin adalah sebuah berita besar?" papar Paus.

Tentang "konversi kepausan" dan revitalisasi peran Gereja, Paus mengatakan, "Saya lebih suka Gereja yang memar, terluka, dan kotor karena telah keluar di jalan-jalan. Bukan Gereja yang sehat dan sibuk dengan keamanannya sendiri," tulis Paus.

Paus juga menekankan pandangannya terhadap kesenjangan dan ketidakadilan akibat sistem ekonomi global. Paus berusia 76 tahun ini juga mendesak pentingnya perbaikan sistem keuangan global dan memperingatkan bahwa ketimpangan distribusi kekayaan pasti akan mengarah pada kekerasan.

"Selama masalah kemiskinan tidak secara radikal diselesaikan, dengan cara menolak otonomi pasar absolut dan spekulasi keuangan dengan cara menghancurkan institusi penyebab ketidakadilan, tidak akan pernah ada pemecahan masalah kemiskinan," tulis Paus.

Sejak terpilih sebagai paus, Fransiskus memberi contoh nyata penghematan dan hidup sederhana dan memilih tinggal di guest house Vatikan ketimbang tinggal di Istana Kerasulan yang mewah. Dia juga bepergian dengan mobil sederhana.(Reuters/AFP/joy)

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000003395482
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Senin, 25 November 2013

PESAN NATAL BERSAMA PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI) KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI) TAHUN 2013

"Datanglah, ya Raja Damai"
(Bdk. Yes. 9:5)

Saudara-saudari terkasih,
segenap umat Kristiani Indonesia,
Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus.

1. Kita kembali merayakan Natal, peringatan kelahiran Yesus Kristus Sang Juruselamat dunia. Perayaan kedatangan-Nya selalu menghadirkan kehangatan dan pengharapan Natal bagi segenap umat manusia, khususnya bagi umat Kristiani di Indonesia. Dalam peringatan ini kita menghayati kembali peristiwa kelahiran Yesus Kristus yang diwartakan oleh para Malaikat dengan gegap gempita kepada para gembala di padang Efrata, komunitas sederhana dan terpinggirkan pada jamannya (bdk. Luk. 2:8-12). Selayaknya, penyampaian kabar gembira itu tetap menggema dalam kehidupan kita sampai saat ini, dalam keadaan apapun dan dalam situasi bagaimanapun.

Tema Natal bersama PGI dan KWI kali ini diilhami suatu ayat dalam Kitab Nabi Yesaya 9:5 "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita; seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang; Penasehat Ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai". Kekuatan pesan sang nabi tentang kedatangan Mesias dibuktikan dari empat gelar yang dijabarkan dalam nubuat tersebut, yaitu: 1). Mesias disebut "Penasihat ajaib", karena Dia sendiri akan menjadi keajaiban adikodrati yang membawakan hikmat sempurna dan karenanya, menyingkapkan rencana keselamatan yang sempurna. 2). Dia digelari "Allah yang perkasa", karena dalam DiriNya seluruh kepenuhan ke-Allah-an akan berdiam secara jasmaniah (bdk. Kol. 2:9, bdk. Yoh. 1:1.14). 3). Disebut "Bapa yang kekal" karena Mesias datang bukan hanya memperkenalkan Bapa Sorgawi, tetapi Ia sendiri akan bertindak terhadap umat-Nya secara kekal bagaikan seorang Bapa yang penuh dengan belas kasihan, melindungi dan memenuhi kebutuhan anak-anak-Nya (Bdk. Mzm. 103:3). 4). Raja Damai, karena pemerintahan-Nya akan membawa damai bagi umat manusia melalui pembebasan dari dosa dan kematian (bdk. Rm. 5:1; 8:2).

2. Seiring dengan semangat dan tema Natal tahun ini, kita menyadari bahwa Natal kali ini tetap masih kita rayakan dalam suasana keprihatinan untuk beberapa situasi dan kondisi bangsa kita. Kita bersyukur bahwa Konstitusi Indonesia menjamin kebebasan beragama. Namun, dalam praktek kehidupan berbangsa dan bernegara, kita masih merasakan adanya tindakan-tindakan intoleran yang mengancam kerukunan, dengan dihembuskannya isu mayoritas dan minoritas di tengah-tengah masyarakat oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan kekuasaan. Tindakan intoleran ini secara sistematis hadir dalam berbagai bentuknya. Selain itu, di depan mata kita juga tampak perusakan alam melalui cara-cara hidup keseharian yang tidak mengindahkan kelestarian lingkungan seperti kurang peduli terhadap sampah, polusi, dan lingkungan hijau, maupun dalam bentuk eksploitasi besar-besaran terhadap alam melalui proyek-proyek yang merusak lingkungan.

Hal yang juga masih terus mencemaskan kita adalah kejahatan korupsi yang semakin menggurita. Usaha pemberantasan sudah dilakukan dengan tegas dan tak pandang bulu, tetapi tindakan korupsi yang meliputi perputaran uang dalam jumlah yang sangat besar masih terus terjadi. Hal lain yang juga memprihatinkan adalah lemahnya integritas para pemimpin bangsa. Bahkan dapat dikatakan bahwa integritas moral para pemimpin bangsa ini kian hari kian merosot. Disiplin, kinerja, komitmen dan keberpihakan kepada kepentingan rakyat digerus oleh kepentingan politik kekuasaan. Namun demikian, kita bersyukur karena Tuhan masih menghadirkan beberapa figur pemimpin yang patut dijadikan teladan. Kenyataan ini memberi secercah kesegaran di tengah dahaga dan kecewa rakyat atas realitas kepemimpinan yang ada di depan mata.

3. Karena itu, Gema tema Natal 2013 "Datanglah, Ya raja Damai" menjadi sangat relevan. Nubuat Nabi Yesaya sungguh memiliki kekuatan dalam ungkapannya. Seruan ini mengungkapkan sebuah doa permohonan dan sekaligus harapan akan datangnya sang pembawa damai dan penegak keadilan (bdk. "Penasihat Ajaib").
Doa ini dikumandangkan berangkat dari kesadaran bahwa dalam situasi apapun, pada akhirnya "Allah yang perkasa, Bapa yang Kekal," Dialah yang memiliki otoritas atas dunia ciptaan-Nya. Dengan demikian, semangat Natal adalah semangat merefleksikan kembali arti Kristus yang sudah lahir bagi kita, yang telah menyatakan karya keadilan dan perdamaian dunia, dan karenanya pada saat yang sama, umat berkomitmen untuk mewujudkan kembali karya itu, yaitu karya perdamaian di tengah konteks kita. Tema ini sekaligus mengacu pada pengharapan akan kehidupan kekal melalui kedatangan-Nya yang kedua kali sebagai Hakim yang Adil. Semangat tema ini sejalan dengan tekad Gereja-gereja sedunia yang ingin menegakkan keadilan, sebab kedamaian sejati tidak akan menjadi nyata tanpa penegakan keadilan.
Karena itu, dalam pesan Natal bersama kami tahun ini, kami hendak menggarisbawahi semangat kedatangan Kristus tersebut dengan sekali lagi mendorong Gereja-gereja dan seluruh umat Kristiani di Indonesia untuk tidak jemu-jemu menjadi agen-agen pembawa damai dimana pun berada dan berkarya. Hal itu dapat kita wujudkan antara lain dengan:
· Terus mendukung upaya-upaya penegakkan keadilan, baik di lingkungan kita maupun dalam lingkup yang lebih luas. Hendaklah kita menjadi pribadi-pribadi yang adil dan bertanggung jawab, baik dalam lingkungan keluarga, pekerjaan, gereja, masyarakat dan dimana pun Allah mempercayakan diri kita berkarya. Penegakkan keadilan, niscaya diikuti oleh sikap hidup yang berintegritas, disiplin, jujur dan cinta damai.
· Terus memberi perhatian serius terhadap upaya-upaya pemeliharaan, pelestarian dan pemulihan lingkungan. Mulailah dari sikap diri yang peduli terhadap kebersihan dan keindahan alam di sekitar kita, penghematan pemakaian sumber daya yang tidak terbarukan, serta bersikap kritis terhadap berbagai bentuk kegiatan yang bertolak belakang dengan semangat pelestarian lingkungan. Dengan demikian kita juga berperan dalam memberikan keadilan dan perdamaian terhadap lingkungan serta generasi penerus kita.
· Semangat cinta damai dan hidup rukun menjadi dasar yang kokoh dan modal yang sangat penting untuk menghadapi agenda besar bangsa kita, yaitu Pemilu legislatif maupun Pemilu Presiden-Wakil Presiden tahun 2014 yang akan datang.
Saudara-saudara terkasih,
Marilah kita menyambut kedatangan-Nya sambil terus mendaraskan doa Santo Fransiskus dari Asisi ini:

Tuhan,
Jadikanlah aku pembawa damai,
Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta kasih
Bila terjadi penghinaan jadikanlah aku pembawa pengampunan

Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan
Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian
Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran
Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku sumber kegembiraan,
Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang,

Tuhan semoga aku lebih ingin menghibur daripada dihibur,
Memahami dari pada dipahami, mencintai dari pada dicintai,
Sebab dengan memberi aku menerima
Dengan mengampuni aku diampuni
Dengan mati suci aku bangkit lagi, untuk hidup selama-lamanya.
Amin

SELAMAT NATAL 2013 DAN TAHUN BARU 2014
Jakarta, 18 November 2013
Atas nama
PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA KONFERENSI WALIGEREJA
DI INDONESIA (PGI), INDONESIA (KWI),


Pdt. Dr. A.A. Yewangoe Mgr. I. Suharyo
Ketua Umum Ketua


Pdt. Gomar Gultom Mgr. J.M. Pujasumarta
Sekretaris Umum Sekretaris Jendral

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 07 November 2013

PAUS FRANSISKUS MENGUMUMKAN TEMA HARI ORANG MUDA SEDUNIA

Paus Fransiskus telah memutuskan tema Hari Orang Muda Sedunia untuk tiga tahun ke depan. Ini menandakan rencana perjalanan tiga tahun persiapan rohani yang akan berpuncak pada Hari Orang Muda Sedunia bersama Pengganti Santo Petrus yang dijadwalkan berlangsung di Krakow, Polandia pada bulan Juli 2016.

> Hari Orang Muda Sedunia ke-29 tahun 2014 bertema : "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga" (Mat 5:3).
> Hari Orang Muda Sedunia ke-30 tahun 2015 bertema : "Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah" (Mat 5:8).
> Hari Orang Muda Sedunia ke-31 tahun 2016 bertema : "Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan" (Mat 5:7).

Tiga tema tersebut diambil dari Sabda Bahagia dalam Injil. Di Rio de Janeiro, Paus Fransiskus meminta orang-orang muda "dengan sepenuh hati" membaca kembali Sabda Bahagia dan menjadikan Sabda Bahagia itu rencana tindakan untuk hidup mereka : "Lihatlah, bacalah Sabda Bahagia: itu akan mengerjakan Anda kebaikan!" (bdk. Pertemuan dengan kaum muda dari Argentina yang berkumpul di Katedral São Sebastião, 25 Juli 2013).

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 06 November 2013

MAKNA TANDA SALIB

Banggakah  anda menjadi sorang Katolik ?
Apapun jawaban anda, ada satu keistimewaan orang Katolik yaitu Tanda Salib.

Mengapa demikian ?

Tanda Salib merupakan suatu rangkaian  DOA  SINGKAT tetapi sangat padat dalam maknanya.

DALAM NAMA BAPA (di dahi).
Hal ini menandakan bahwa Allah Bapa merencanakan, menciptakan dan menyelenggarakan segala sesuatunya.
Otak merupakan susunan syaraf pusat merupakan pusat segalanya, tempat kita berpikir, berimainasi dan merencanakan.
Bapa yg telah merencanakan Putra-Nya datang ke dunia sebagai Penyelamat, adalah penyelenggara segala karya dan hidup Yesus.
maka kita melanjutkan dengan :

DAN PUTRA (di pusar).
Disini sering terjadi kesalahan karena banyak yg melakukannya di dada (horizontal dengan Roh Kudus0.
SEharusnya di pusar, karena tali pusar adalah tali kehidupan, tali yg menyambung antara ibu dan anak. Disinilah janin mendapat makanan dan minuman serta curahan kehidupan. Karya Yesus juga dimulai semenjak kita masih berupa janin, dan Dia harus meninggalkan kita dan kembali kepada Bapa-Nya.

DAN ROH KUDUS (Bahu kiri, horizontal, hubungan dengan manusia)
Bapa yg menyelenggarakan hidup kita dgn mengirimkan Roh Kudus-Nya untuk memurnikan dan membakar dosa2 kita hingga musnah, mendampingi kita, melindungi, menghibur, mengajarkan ttg kebenaran, membimbing dan menjaga kita; maka selayaknya kita senantiasa harus bersyukur, memuji dan memuliakan Dia. Kita harus selalu mengundang dan menghadirkan Allah Tritinggal dalam setiap kehidupan kita, Ia akan setia mendampingi kita sampai kedatanganAllah Putra kembali.

Amin (Bahu kanan)
Amin mengandung arti kesetiaan Allah terhadap kita dan iman kepercayaan kita kepada-Nya.

Tanda Salib merupakan pengormatan kita kepada Allah Tritunggal dan sekaligus merupakan tanda persatuan persaudaraan dalam IMAN kepada Yesus Kristus lewat sarana Katolik. Ketika kita melihat orang membuat Tanda Salib baik di restoran, di arena sport, dalam upacara dll; dalam hati kita akan bilang, "Oh, orang itu orang Katolik. Dia saudara kita yang seiman." (By John Lefthew, SJ)

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 01 Oktober 2013

Paus akan mereformasi Vatikan

Sumber: BBCIndonesia.com - detikNews

Paus Fransiskus mengadakan pertemuan pertama dengan sebuah kelompok
khusus yang terdiri dari para kardinal untuk mempertimbangkan cara-cara
mereformasi Vatikan.

Kelompok yang dikenal sebagai G8 Vatikan ini telah dipilih dari luar
pemerintahan Takhta Suci untuk menjamin independensi.

Terdiri dari delapan kardinal yang dipilih oleh Fransiskus dari seluruh
dunia, kelompok ini bertugas mencari cara untuk membentuk kembali
birokrasi Gereja Katolik Roma.

Paus mengatakan dalam sebuah wawancara dengan sebuah surat kabar bahwa
Vatikan sudah menjadi terlalu mementingkan diri sendiri dan perlu lebih
membaur.

Pusat administrasi Gereja Katholik ini telah terpukul berbagai skandal
dalam beberapa tahun terakhir, dan para uskup di seluruh dunia
mengkritiknya otokratis dan lamban.

Selama pembicaraan tiga hari ini berlangsung, koran Italia La Repubblica
menerbitkan wawancara dengan Paus di mana ia berbicara tentang masalah
yang dihadapi pemerintah Vatikan.

Di dalamnya ia mencela sikap "Vatikan-sentris" dan mengakui bahwa
pendahulunya tergila-gila dengan kemegahan Vatikan dan orang yang ada di
dalamnya.

Vatikan-sentris

"(Para) penasehat Paus adalah kusta kepausan," katanya.

"Visi Vatikan-sentris mengabaikan dunia di sekitarnya dan saya akan
melakukan segalanya untuk mengubah itu."

Kelompok G8 Vatikan ini memiliki tugas utama untuk menulis ulang
konstitusi 1998 tentang cara kerja berbagai departemen Takhta Suci.

Wartawan BBC David Willey, di Roma, mengatakan tidak ada keputusan yang
bisa segera diharapkan dan Paus sendiri mengakui perubahan ini akan
memakan waktu.

Dalam wawancara Repubblica La, Paus mengatakan: "Kita perlu memberi
harapan kepada orang-orang muda, membantu orang tua dan membuka diri
terhadap masa depan dan menyebar cinta," katanya.

Sementara itu, bank Vatikan, yang telah dituduh menutup mata terhadap
tuduhan pencucian uang oleh beberapa pemegang rekening saat ini menjadi
subjek perubahan yang diusung Paus Fransiskus.

Ia juga telah mengeluarkan rincian rekeningnya untuk pertama kali.

Bank, yang dikenal sebagai Lembaga Pekerjaan Agama, melaporkan laba
bersih sebesar 86,6 juta Euro, empat kali lipat dari tahun sebelumnya.

(bbc/bbc)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Penunjuk Arah ke Depan (tentang Paus Fransiskus)

THE TABLET
THE INTERNATIONAL CATHOLIC WEEKLY
Founded in 1840
 
SIGNPOSTS TO THE FUTURE
 
(Panunjuk Arah ke Depan)
 
Belum pernah seorang Paus baru memaparkan di hadapan seluruh umat katolik tentang dirinya sendiri dan tentang harapan-harapannya seperti yang dilakukan oleh Paus Fransiskus ini, dan membiarkan dirinya untuk dinilai kekuatan dan kelemahannya.
 
Ini merupakan salah satu strategi Paus untuk membuat reformasi (reform) dan pembaruan (renewal), ketika Paus menjelaskan secara panjang lebar dalam wawancara dengan editor majalan Jesuit La Civiltà Cattolica yang dipublikasikan minggu lalu secara simultan dalam pelbagai publikasi Jesuit di seluruh dunia dan melalui media on-line.
 
Paus mengajar dengan memberi contoh. Paus mengatakan kepada Pastor Antonio Spadaro SJ bahwa yang pertama harus diperbarui adalah "sikap" (attitude). Reformasi struktural menyusul kemudian, menunggu sampai sikap berubah menjadi baru. Paus sangat terus terang mengenai perubahan sikap yang diperlukan itu. "Para pelayan Injil haruslah orang-orang yang dapat menghangatkan hati umat...Umat Allah membutuhkan pastores (gembala-gembala) bukan klerus yang bertindak sebagai birokrat atau pejabat pemerintah."
 
Hal itu sangat jelas dari pernyataan yang banyak dikutip tentang prioritas Gereja: "Kita tidak bisa menekankan masalah-masalah yang berkaitan dengan abortus, perkawinan homo, dan penggunaan kontrasepsi...Ajaran Gereja mengenai hal-hal itu sudah jelas, dan saya adalah putera Gereja, namun tidak perlu untuk selalu bicara tentang hal-hal itu sepanjang waktu."
 
Tetapi ada banyak bagian umat katolik di dunia – khususnya di Amerika – di mana banyak uskup telah diangkat dengan alasan memiliki keutamaan dalam membela hal-hal itu, dan mereka menempatkan issue-issue tersebut dalam pusat pewartaan mereka dan dalam dialog dengan pemerintah. Dengan singkat dapat dikatakan, Paus Fransiskus telah menekan tombol reset (Francis, in a phrase, has pressed the reset button).
 
Dan hasilnya ialah bahwa strategi itu mengakibatkan seluruh generasi pemimpin katolik di banyak tempat di dunia ini menjadi obsolete (kedaluwarsa/tidak berguna) – dan generasi para pemimpin itu terkenal karena keengganan mereka untuk mengambil resiko demi kesetiaan mereka untuk mengikuti garis Vatikan. Sungguh, barangkali tidak akan ada lagi garis semacam itu di masa depan.
 
Paus menegaskan berulang kali dalam interview itu bahwa ia menginginkan devaluasi kekuasaan secara substansial mulai dari pusat Gereja, dan bahwa ajaran Gereja tidak boleh lagi dirumuskan tanpa memperhitungkan konteksnya, yang berarti harus memperhitungkan situasi personal dan budaya lokal ( and that teaching should no longer be formulated without regard to its context, which must mean personal circumstances and local culture)
 
Sebagai Jesuit yang terbiasa dengan "latihan rohani" discerment adalah sangat penting bagi Paus, dan discernment itu menuntut perlunya konsultasi luas. Sebagai Paus yang memiliki spiritualitas Ignatian, ia melihat seluruh dunia bukan sebagai hal jahat (hostile), seolah-olah menjadi musuh yang membahayakan iman dan terhadap dunia itu iman katolik harus dilindungi.
 
 Paus mengatakan, "Dalam usaha untuk mencari dan berjumpa dengan Allah di dalam segala-sesuatu, masih ada wilayah ketidakpastian...Kita harus masuk ke dalam pengembaraan/petualangan itu (the adventure) pencarian untuk menjumpai Allah,  atau lebih tepat: kita perlu membiarkan Allah mencari dan menemukan kita."
 
Penegasan Paus itu bukan infallibilis ( tak dapat sesat). Paus mau menegaskan bahwa untuk mengakui adanya suatu perubahan internal dalam kultur katolik, suatu spiritualitas baru, sungguh diperlukan suaru reformasi struktural, jika pembaruan itu akan efektif dan tahan lama.
 
Secara historis sulitnya perubahan itu menjelaskan mengapa reformasi yang digulirkan oleh Konsili Vatikan II segera dihadang (stymied) oleh bentuk baru kekuasaan Paus disebabkan oleh kepanikan bahwa segala-sesuatu akan berubah secara lepas kendali (kebablasan).
 
Prioritas pada perubahan sikap itu mungkin menjelaskan mengapa Paus tidak memilih topik dalam interview itu mengenai tema-tema yang begitu mendesak dalam reformasi Gereja, seperti misalnya perlunya review dan revisi independent tentang prosedur Vatikan mengenai perlindungan anak baik menyangkut klerus yang dianggap bertanggungjawab, maupun bagaimana penanganannya menyangkut kasus-kasus yang terjadi di mana saja.
 
Atau tentang ajaran-ajaran Gereja atau tentang korupsi di Vatikan. Masalah-masalah itu tetap ada di sana (They are still there). Jelaskah bahwa diperlukan konsultasi lebih luas dan discerment lebih mendalam sebelum Paus melaksanakan pembaruan menyangkut masalah-masalah itu.
 

Namun tanda-tanda unik yang menyiratkan pikiran Paus telah membangkitkan kepercayaan bahwa Paus tahu apa yang sedang ia lakukan, dan bahwa Injil ada di dalam pusat pembaruan itu. Tetapi apakah para kardinal mengerti apa yang akan mereka kerjakan ketika mereka ditunjuk oleh Paus secara mengejutkan enam bulan lalu. Pertanyaan itu ditanyakan oleh para kardinal itu sendiri kepada diri mereka masing-masing.

Sumber: milis Mitra Hukum
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 28 September 2013

Tahun Iman, Pesan Sri Paus: “Katekis bukanlah sebuah gelar, tetapi suatu sikap”

Dalam Kongres Katekis Internasional (26-28 Sept): "Jadilah seorang Katekis, dan bukan bekerja sebagai Katekis."

Sumber: http://www.pondokrenungan.com

Tanggal 27 September kemarin, sebuah pesta besar terjadi bagi para Katekis yang berkumpul di sekeliling Paus Fransiskus untuk merayakan Tahun Iman. Di dalam Aula Paolo VI, Sri Paus berbicara dengan gaya yang kekeluargaan dan secara langsung tentang "menjadi" Katekis, yang melibatkan hidup, dalam membantu anak-anak dan orang dewasa untuk mengenal dan mencintai Tuhan. Dan Katekis yang pertama adalah justru Sri Paus sendiri yang telah mengawali pesan-nya dengan sebuah katekismus dasar. "Gereja tidak tumbuh berkembang karena proselitisme melainkan karena kesaksian", demikian kata Sri Paus mengutip Benediktus XVI dan Santo Fransiskus dari Assisi. Lalu berkata: "Saya akan bicara tentang tiga hal seperti yang biasa dilakukan imam-imam Yesuit lansia!"

Kata Paus: "Untuk menjadi seorang Katekis yang baik, diperlukan keakraban dengan Tuhan. Hal yang pertama, bagi seorang murid, adalah tinggal bersama Sang Guru, mendengarkan Dia dan belajar daripada-Nya. Dan ini berlaku selamanya, ini adalah sebuah perjalanan yang berlangsung sepanjang hidup!"

Kemudian Sri Paus menceritakan pengalamannya: "Bagi saya, contohnya, adalah hal yang sangat penting untuk tinggal di hadapan Tabernakel; ini adalah sebuah hidup dengan kehadiran Tuhan, dan membiarkan diriku untuk dipandang-Nya. Dan ini menghangatkan hati, menyalakan api persahabatan dengan-Nya, membuatmu merasakan bahwa IA sungguh memandangmu, IA dekat denganmu dan mengasihimu." Kemudian lanjutnya, "Jika kamu merasa lelah berdiam, ridurla di hadapan Tabernakel. Tuhan tetap memandangmu. Ini sangat penting, jika kita yakin bahwa Tuhan memandang kita."

Tentu saja ini bukan hal yang mudah bagi semua orang terutama yang telah berkeluarga untuk menemukan waktu sejenak tetapi "yang penting adalah menemukan cara yang tepat untuk tinggal bersama Tuhan; dan ini dapat dilakukan, dan memungkinkan di dalam setiap tahap dalam hidup."

Sri Paus juga memberikan contoh tentang seseorang yang telah belajar dan lulus menjadi Katekis, lantas dengan riang-gembira berseru: "Saya mendapat gelar Katekis!". Tetapi Paus Fransiskus berkata: "Ini tidak penting. Katekis bukanlah sebuah gelar, melainkan suatu sikap."

Ia juga berbicara tentang "karunia Iman" dari mereka yang tidak memilikinya, berkata: "biarkanlah dirimu dipandang oleh Tuhan."

Pertanyaan pertama tentang latihan pemeriksaan batin yang diajukan Paus: "bagaimana saya menjalankan "tinggal" dengan Yesus? Saya sering kali berdiam dalam kehadiran_nya, di dalam keheningan, membiarkan diriku dipandang oleh-Nya? Membiarkan api-Nya menghangatkan hatiku? Jika di dalam hati kita tidak ada kehangatan Allah, tidak ada kasih-Nya, tidak ada kelembutan-Nya, bagaimanakah kita, yang pendosa ini, mampu menghangatkan hati orang lain?"

Kemudian Sri Paus kembali kepada tema yang penting baginya: keluar dari diri sendiri untuk bertemu dengan orang lain. "Sebuah pengalaman yang indah dan agak berkontradiksi. Mengapa? Karena barang siapa menempatkan Kristus sebagai pusat hidupnya, tidak memusatkan dirinya! Lebih banyak kamu menyatu kepada Yesus dan IA menjadi pusat hidupmu, lebih banyak lagi IA membuatmu keluar dari dirimu sendiri, IA tidak memusatkan dirimu dan membuka dirimu bagi orang lain."

Paus Fransiskus menyebutnya "dinamisme dari kasih" kemudian berbicara tentang jantung-hati seorang Katekis yang "selamanya menghidupkan gerakan 'systole-diastole': persatuan dengan Yesus-pertemuan dengan orang lain. 'Systole-diastole'. Jika tidak ada salah satu dari gerakan ini, jantung akan berhenti berdetak, tidak hidup lagi."

Pertanyaan kedua tentang latihan pemeriksaan batin: "berdetak seperti inikah jantung-hati-ku sebagai Katekis: bersatu dengan Yesus dan bertemu dengan orang lain? Didulang dalam hubunganku dengan Dia, tetapi untuk membawanya kepada orang lain?"

Sebuah karunia, untuk diberikan semuanya, bukanlah suatu bisnis, kata Sri Paus. "Jadilah seorang Katekis dan bukan bekerja sebagai Katekis".  Lalu ia berbicara tentang kreatifitas dari seorang Katekis dan tentang Allah yang tidak "kaku". Allah menerima kita dan memahami kita.

Tema ketiga yang penting bagi Paus: dengan dinamisme ini kita harus pergi sampai ke pinggiran hati manusia. Para Katekis "tidak boleh merasa takut untuk keluar dari skema kita untuk mengikuti Allah, karena Allah pergi lebih jauh lagi, Allah tidak takut terhadap pinggiran-pinggiran kota. Allah selamanya setia, IA kreatif, tidak menutup diri, dan oleh karena itu IA tidak pernah kaku, IA menerima kita, menemui kita, memahami kita. Untuk menjadi setia, untuk menjadi kreatif, perlu tahu cara berubah." Seorang Katekis bukanlah sebuah patung dalam Museum. Ia perlu berubah untuk menyesuaikan diri terhadap keadaan-keadaan di mana ia harus mewartakan Injil, demikian kata Paus. "Ini seperti halnya tinggal di dalam sebuah ruangan tertutup lalu jatuh sakit, tentu saja jika pergi ke jalan-jalan dapat terjadi kecelakaan-kecelakaan, tetapi saya katakan, lebih memilih seribu kali Gereja yang mengalami kecelakaan daripada Gereja yang sakit".  

Dan di dalam bepergian ini Yesus dekat dengan kita, tidak meninggalkan kita sendirian. "Ini – kata Sri Paus kepada para Katekis yang hadir dan antusias – adalah keindahan kita dan kekuatan kita: jika kita pergi, jika kita keluar untuk membawa Injil Tuhan dengan kasih, dengan semangat apostolik yang sejati, dengan keberanian berbicara tentang Kebenaran, IA ikut berjalan bersama kita, IA mendahului kita karena Yesus menantikan kita di dalam hati saudara kita itu, di dalam dagingnya yang terluka, di dalam hidupnya yang tertekan, di dalam jiwanya tanpa iman. Yesus ada di sana, di dalam diri saudara kita itu. IA selalu mendahului kita." Ia mengatakan pula tentang Buenos Aires, tentang anak-anak yang tidak tahu membuat tanda salib, sebuah pinggiran sejati untuk pewartaan.
Kemudian Sri Paus menutup pertemuan dengan para Katekis dengan ungkapan syukur dan dengan harapan "Semoga Bunda Maria mendampingi kalian!"

Mons. Rino Fisichella, Kepala dari Konsili Kepausan untuk Pewartaan Baru menyalami Sri Paus sambil mengingatkan dia bahwa Kongres Katekis terakhir dilakukan 20 tahun yang lalu.

Sri Paus memberikan pengajarannya dengan duduk di sebuah kursi dan meja di pusat Aula.
Hari Minggu, 29 September, Sri Paus akan memimpin Misa Kudus dengan para peserta dari Kongres Katekis Internasional yang telah berziarah ke Makam Santo Petrus di Vatikan, bersama seluruh umat beriman di Lapangan Santo Petrus.
 
(Shirley Hadisandjaja, 28 September 2013, sumber Radio Vatikan)

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 27 September 2013

PAUS FRANSISKUS: BAHASA-BAHASA UNTUK MENGENAL YESUS

Untuk mengenal Yesus, Anda harus terlibat dengan-Nya, ketika ditegaskan oleh Paus Fransiskus pada Misa pagi ini di Casa Santa Marta. Paus mengatakan bahwa Yesus yang akan ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Dia menunjukkan tiga bahasa yang diperlukan untuk mengenal Yesus: bahasa pikiran, hati, dan tindakan.

Siapakah Dia? dari mana Dia berasal? Dalam pernyataan setelah pembacaan pada Misa Kamis pagi di kapel Domus Sanctae Marthae tinggal di Vatikan, Paus Fransiskus fokus pada pertanyaan yang diajukan Herodes tentang Yesus - pertanyaan sama yang diajukan semua orang yang bertemu dengan Yesus. 

Paus mengatakan bahwa pertanyaannya adalah satu, yang, "orang dapat bertanya karena ingin tahu," atau "orang yang mungkin meminta keselamatan." Beliau mencatat bahwa, pembacaan Injil, kita melihat bahwa "beberapa orang mulai merasa takut pada manusia ini, karena Ia bisa membawa mereka ke konflik politik dengan Roma. " Orang akan heran, "Siapakah orang ini, yang membuat begitu banyak masalah?" Karena, Paus mengatakan, "Yesus [benar-benar menyebabkan masalah]":

"Anda tidak bisa mengenal Yesus tanpa mengalami masalah. Dan saya berani mengatakan, "Tapi jika Anda ingin memiliki masalah, pergi ke jalan untuk mengenal Yesus - Anda akan berakhir memiliki bukan satu melainkan banyak! ' Tapi itu adalah cara untuk mengenal Yesus! Anda tidak dapat mengenal Yesus di kelas pertama! Orang dapat mengenal Yesus dengan pergi [ke dalam] [kehidupan] setiap hari. Anda tidak bisa mengenal Yesus dalam damai dan tenang, atau bahkan di perpustakaan: Mengenal Yesus ".


Tentu saja, beliau menambahkan, "kita bisa mengenal Yesus dalam Katekismus," karena, "Katekismus mengajarkan kita banyak hal tentang Yesus." Beliau berkata, "kita harus mempelajarinya, kita harus mempelajarinya." Dengan demikian, "Kita tahu Anak Allah, yang datang untuk menyelamatkan kita, kita memahami keindahan sejarah keselamatan, tentang kasih Bapa, mempelajari Katekismus." Namun demikian, beliau bertanya, berapa banyak orang telah membaca Katekismus Gereja Katolik sejak diterbitkan lebih dari 20 tahun yang lalu?


"Ya, Anda harus datang untuk mengenal Yesus dalam Katekismus - tetapi tidak cukup untuk mengenal-Nya dengan pikiran: ini adalah satu langkah. Namun, perlu untuk mengenal Yesus di dalam dialog dengan-Nya, berbicara dengan-Nya dalam doa, berlutut. Jika Anda tidak berdoa, jika Anda tidak berbicara dengan Yesus, Anda tidak mengenal Dia. Anda tahu hal-hal tentang Yesus, tapi Anda tidak pergi dengan pengetahuan itu, yang Dia memberikan hati Anda dalam doa. Mengenal Yesus dengan pikiran - mempelajari buku Katekismus: mengenal Yesus dengan hati - dalam doa, di dalam dialog dengan-Nya. Ini membantu kita sedikit baik, tapi itu tidak cukup. Ada cara ketiga untuk mengenal Yesus: cara itu adalah dengan mengikuti-Nya. Pergilah dengan Dia, berjalan bersama-Nya. "

Hal ini diperlukan, "pergi, berjalan di sepanjang jalan-jalan, melakukan perjalanan." Hal ini diperlukan, kata Paus Fransiskus, "mengenal Yesus dalam bahasa tindakan." Di sini, kemudian, adalah bagaimana Anda benar-benar bisa mengenal Yesus: dengan "tiga bahasa : dari pikiran, hati dan tindakan." Jika, setelah itu, "Aku tahu Yesus dalam ketiga cara tersebut," ujar beliau sebagai kesimpulan, "Aku melibatkan diri dengan-Nya":


"Seseorang tidak bisa mengenal Yesus tanpa melibatkan diri sendiri dengan-Nya, tanpa mempertaruhkan hidup Anda [pada] Nya. Ketika begitu banyak orang - termasuk kita - mengajukan pertanyaan ini: "Tapi, siapakah Dia? ', Sabda Allah menjawab, "Anda ingin tahu siapa Dia? Baca apa yang Gereja beritahukan Anda tentang Dia, berbicara kepada-Nya dalam doa dan berjalan di jalan dengan-Nya. Dengan demikian, Anda akan tahu siapa orang ini. "Ini adalah jalan! Setiap orang harus membuat pilihan-Nya. "

Sumber: http://en.radiovaticana.va/news/2013/09/26/pope_francis_at_thursday_mass:_the_languages_of_knowing_jesus/en1-731891

Disadur bebas oleh:
~Dv

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 03 September 2013

Surat Ajakan Bapa Suci untuk Suriah

KWI
Tanggal: 3 September 2013 15.19
Subjek: Surat Ajakan Bapa Suci untuk Suriah

Kepada
Yth. Para Bapak Uskup
Di tempat

Surat bernomor: N.1025/13/I, tertanggal 3 September 2013 yang ditandatangani oleh Apotolic Nuncio Archbishop Antonio Filipazzi, meneruskan seruan keprihatinan Bapa Suci Fransiskus terhadap kondisi perdamaian di Siria yang tercabik dan perdamaian dunia pada umumnya yang juga terluka.

Menanggapi situasi keprihatinan itu, Bapa Suci mengajak umat Katolik di seluruh dunia untuk bersatu dalam doa yang disertai pantang dan puasa sehari pada tanggal 7 September 2013.

Atas tuntutan perdamaian ini, Paus Fransiskus ingin memberikan ciri khas ke-Maria-an pada tanggal 7 September tersebut - yaitu dari pukul 19.00 sampai pukul 24.00 (waktu setempat) di Lapangan Santo Petrus akan ada sebuah acara doa dan dalam semangat berpantang dan berpuasa. Beliau memilih hari tersebut karena hari itu adalah "malam dari perayaan Kelahiran Maria, Ratu Damai".

Bapa Suci menegaskan bahwa "penggunaan kekerasan tidak akan pernah membawa perdamaian. Perang akan memanggil perang, kekerasan akan memanggil kekerasan. Dengan segenap kekuatanku, aku meminta kepada semua pihak yang terlibat di dalam konflik untuk mendengarkan suara dari hati masing-masing, untuk tidak menutup diri demi kepentingan sendiri tetapi memandang orang lain sebagai saudara dan melaksanakan dengan keberanian serta keyakinan jalan dari pertemuan dan negosiasi dengan mengatasi pertentangan yang membutakan" (dari seruan Bapa Suci waktu mengumumkan hari doa dengan pantang dan puasa pada 1 September 2013 yang lalu).

Seperti yang disarankan oleh Bapa Suci, kiranya para Bapak Uskup berkenan mendorong dan mengajak seluruh umat, dan sangat diharapkan dalam kerjasama lintas agama dan keyakinan, untuk berdoa, berpantang, dan berpuasa bagi perdamaian di Siria dan di seluruh muka bumi.

Jakarta, 3 September 2013

YR. Edy Purwanto Pr
Sekretaris Eksekutif KWI
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 24 Agustus 2013

Ketika Katolik Menjadi Ateis Praktis (Paus Emeritus Benedictus XVI)

By Paus Emeritus Benedictus XVI on May 11, 2013 |

ATEIS Praktis haruslah dibedakan dari Ateis Aktual atau Ateis Teoritis.

Ateis Praktis adalah orang-orang beragama yang mengakui bahwa mereka beragama tetapi mereka hidup seolah-olah Tuhan itu tidak ada. Sedangkan Ateis Teoritis adalah Ateis yang secara terang-terangan menolak eksistensi Tuhan dan mereka berusaha membuat argumen-argumen untuk menyangkal keberadaan Tuhan. Setiap orang Katolik yang mengakui bahwa ia percaya kepada Allah dapat saja menjadi seorang Ateis Praktis dan dengan demikian menjadi ancaman yang lebih besar daripada Ateis Teoritis.

Dalam Audiensi-nya tanggal 14 November 2012, Paus Benediktus XVI berkata bahwa "pada waktu kita sekarang terdapat fenomena yang berbahaya bagi iman; ada fakta sebuah bentuk ateisme yang kita definisikan sebagai "praktis" yang tidak menolak kebenaran-kebenaran iman atau ibadah-ibadah religius tetapi dengan mudah menganggap itu semua tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari, terlepas dari hidup, tidak berguna. Seringkali, kemudian, orang-orang percaya kepada Allah dengan cara yang mudah, tetapi hidup "seolah-olah Allah tidak ada" (etsi Deus non daretur). Pada akhirnya, cara hidup seperti ini lebih menghancurkan karena membawa kepada sikap acuh tak acuh terhadap iman dan pertanyaan mengenai Allah."

Paus juga menambahkan "Dengan mengaburkan acuan kepada Allah, cakrawala etika juga dikaburkan [dan] memberikan ruang bagi relativisme dan konsep kebebasan yang ambigu yang bukannya malah membebaskan tetapi justru mengikat manusia kepada berhala."

Contoh sederhana dari Ateisme Praktis adalah ketika mengakui bahwa Tuhan itu ada dan melihat segala yang kita lakukan tetapi kita malah berbohong untuk kepentingan kita dan kemudian mengabaikan kebenaran bahwa Allah itu ada dan melihat kebohongan kita itu. Pada saat kita secara sukarela dan sadar melakukan dosa bohong itu, kita telah mengabaikan Allah yang jelas menolak dosa bohong itu.

Contoh lain yang lebih kompleks adalah mengenai ajaran-ajaran moral Gereja yang berasal dari wahyu Ilahi. Tidak sedikit kita lihat bahwa ada banyak wanita melakukan aborsi demi kebebasan entah itu kebebasan dari malu (misalnya bila anak yang ia kandung adalah akibat dari hubungan di luar nikah) maupun kebebasan dari beban mengurusi anak. Dalam hal alat kontrasepsi buatan, banyak orang Katolik, meskipun tahu bahwa penggunaan alat kontrasepsi buatan adalah dosa, tetap menggunakan alat tersebut demi menghindari "kesusahan" dari mengurus anak yang lebih banyak.

Kita bisa melihat lebih jelas bahwa demi keuntungan pribadi, banyak dari kita menyangkal keberadaan Allah dan ajaran-Nya secara praktis dalam perbuatan-perbuatan kita. Malah tidak jarang lagi, banyak dari kita sudah kehilangan "perasaan berdosa" dan dengan enteng kemudian melakukan dosa yang sama berkali-kali. Ketika seorang teman menegur kita karena dosa kita itu, kita kemudian malah balik berkata dan menyerang, "Kamu itu jangan menghakimi saya. Suka-suka saya dong untuk melakukan ini." Ya, ketika kita juga mulai membela diri kita sekalipun kita berdosa dengan kata-kata seperti "Suka-suka saya", "Terserah saya dong", "Masa bodoh dengan itu" dan sebagainya, kita semakin menarik diri kita menjauh dari Allah dan semakin jelas kita akan menjadi Ateis Praktis.

Kita mengakui dan mengimani Tuhan di mulut dan pikiran kita, tetapi di saat yang bersamaan kita juga terikat kuat kepada dosa dan berhala. Perlu diulang kembali pernyataan Paus Pius XII yang masih relevan sampai sekarang: "The greatest sin of our modern generation is that it has lost all sense of sin." – "Dosa terbesar generasi modern kita adalah generasi modern kita telah kehilangan semua rasa berdosa."

Lalu apa efek dari "Seorang Katolik Menjadi Ateis Praktis" ini? Yang pasti adalah kebenaran Allah dan Gereja menjadi tersamarkan dan terkaburkan. Orang Katolik yang harusnya menjadi injil yang hidup dan menghidupi injil, justru menjadi batu sandungan bagi mereka yang berada di luar Kristus dan Gereja. Kita tidak bisa mengatur cara berpikir dan menilai orang lain. Banyak dari mereka yang berada di luar Kristus dan Gereja menilai apa yang tampak dari mata mereka. Tidak jarang nama Kristus dan Gereja akhirnya yang harus menanggung penghinaan atau pandangan negatif karena kita yang menjadi Ateis Praktis ini.

Apa yang kita lakukan untuk berbalik dari Ateis Praktis ini?

Paduan pesan St. Yohanes Krisostomos dan St. Yosef  Leonessa ini bisa menjadi pesan yang bagus buat kita.

"Tetapi dapatkah tulisan yang satu ditulis di atas tulisan yang lain? Jika tulisan yang duluan tidak dihapus, maka tulisan yang baru tidak dapat ditulis di atasnya. Di dalam hatimu ada tertulis kelobaan, kesombongan, pemborosan dan cacat-cacat lainnya. Bagaimana kita dapat menulis kerendahan hati, kesusilaan dan keutamaan-keutamaan lainnya, jika cacat-cacat yang terdahulu tidak dihapus?"– St. Yosef  Leonessa.

"Oleh karena itu, saudara-saudara, hendaklah kita pun mengambil obat yang mengerjakan keselamatan kita, yakni melakukan pertobatan, yang melenyapkan dosa-dosa kita. Akan tetapi pertobatan itu bukan yang dinyatakan dengan melenyapkan noda-noda kejahatan dari dalam hati. Sebab sang nabi berkata: "Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku." (Yes 1:1-16).

Mengapa kelimpahan kata-kata ini?

Tidak cukupkah mengatakan saja: "Jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari hatimu" untuk menerangkan seluruh maksud? Mengapa masih ditambahkan: "Dari depan mata-Ku?" Sebab lainlah cara mata manusia memandang, lain pula Tuhan memandang, yakni: "manusia memandang muka, sedangkan Tuhan memandang ke dalam hati." Ia berkata: "Janganlah menjalankan pertobatan secara lahiriah saja, tetapi tunjukkanlah hasil pertobatan itu di depan mata-Ku, yang melihat apa yang tersembunyi."– St. Yohanes Krisostomos.

Tidak lupa juga, di Tahun Iman ini, mari kita kenali ajaran Allah melalui Gereja-Nya, Gereja Katolik. Kekatolikan sekarang dipandang semata-mata sebagai sistem kepercayaan dan sistem nilai tetapi tidak dipandang sebagai ajaran-ajaran yang berasal dari wahyu Ilahi. Mari kita ubah cara pandang kita mengenai Kekatolikan dan mulailah mengetahui, menghidupi dan mewartakan ajaran iman kita yang berasal dari Kristus Sang Jalan, Kebenaran dan Hidup.

Deus meus in Te confido

link sumber
http://www.sesawi.net/2013/05/11/ketika-katolik-menjadi-ateis-praktis/

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 10 Agustus 2013

Budaya Mengantri Lebih Penting dari Matematika

(Dari Milis sebelah)
Seorang guru di Australia pernah berkata

"Kami tidak terlalu khawatir jika anak2 sekolah dasar kami tidak pandai Matematika" kami jauh lebih khawatir jika mereka tidak pandai mengantri."

"Sewaktu ditanya mengapa dan kok bisa begitu ?" Kerena yang terjadi di negara kita justru sebaliknya.

Inilah jawabannya;

1. Karena kita hanya perlu melatih anak selama 3 bulan saja secara intensif untuk bisa Matematika, sementara kita perlu melatih anak hingga 12 Tahun atau lebih untuk bisa mengantri dan selalu ingat pelajaran berharga di balik proses mengantri.

2. Karena tidak semua anak kelak akan berprofesi menggunakan ilmu matematika kecuali TAMBAH, KALI, KURANG DAN BAGI. Sebagian mereka anak menjadi Penari, Atlet Olimpiade, Penyanyi, Musisi, Pelukis dsb.

3. Karena biasanya hanya sebagian kecil saja dari murid-murid dalam satu kelas yang kelak akan memilih profesi di bidang yang berhubungan dengan Matematika. Sementara SEMUA MURID DALAM SATU KELAS ini pasti akan membutuhkan Etika Moral dan Pelajaran Berharga dari mengantri di sepanjang hidup mereka kelak.

"Memang ada pelajaran berharga apa dibalik MENGANTRI ?"

"Oh iya banyak sekali pelajaran berharganya;"

1. Anak belajar manajemen waktu jika ingin mengantri paling depan datang lebih awal dan persiapan lebih awal.

2. Anak belajar bersabar menunggu gilirannya tiba terutama jika ia di antrian paling belakang.

3. Anak belajar menghormati hak orang lain, yang datang lebih awal dapat giliran lebih awal dan tidak saling serobot merasa diri penting..

4. Anak belajar berdisiplin dan tidak menyerobot hak orang lain.

5. Anak belajar kreatif untuk memikirkan kegiatan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi kebosanan saat mengantri. (di Jepang biasanya orang akan membaca buku saat mengantri)

6. Anak bisa belajar bersosialisasi menyapa dan mengobrol dengan orang lain di antrian.

7. Anak belajar tabah dan sabar menjalani proses dalam mencapai tujuannya.

8. Anak belajar hukum sebab akibat, bahwa jika datang terlambat harus menerima konsekuensinya di antrian belakang.

9. Anak belajar disiplin, teratur dan kerapihan.

10. Anak belajar memiliki RASA MALU, jika ia menyerobot antrian dan hak orang lain.

11. Anak belajar bekerjasama dengan orang2 yang ada di dekatnya jika sementara mengantri ia harus keluar antrian sebentar untuk ke kamar kecil.

12. Anak belajar jujur pada diri sendiri dan pada orang lain

dan mungkin masih banyak lagi pelajaran berharga lainnya, silahkan anda temukan sendiri sisanya.

Saya sempat tertegun mendengarkan butir-butir penjelasannya. Dan baru saja menyadari hal ini saat satu ketika mengajak anak kami berkunjung ke tempat bermain anak Kids Zania di Jakarta.

Apa yang di pertontonkan para orang tua pada anaknya, dalam mengantri menunggu giliran sungguh memprihatinkan.

1. Ada orang tua yang memaksa anaknya untuk "menyusup" ke antrian depan dan mengambil hak anak lain yang lebih dulu mengantri dengan rapi. Dan berkata "Sudah cuek saja, pura-pura gak tau aja !!"

2. Ada orang tua yang memarahi anaknya dan berkata "Dasar Penakut", karena anaknya tidak mau dipaksa menyerobot antrian.

3. Ada orang tua yang menggunakan taktik dan sejuta alasan agar anaknya di perbolehkan masuk antrian depan, karena alasan masih kecil capek ngantri, rumahnya jauh harus segera pulang, dsb. Dan menggunakan taktik yang sama di lokasi antrian permainan yang berbeda.

4. Ada orang tua yang malah marah2 karena di tegur anaknya menyerobot antrian, dan menyalahkan orang tua yang menegurnya.

5. dan berbagai macam kasus lainnya yang mungkin anda pernah alami juga.?

Ah sayang sekali ya.... padahal disana juga banyak pengunjung orang Asing entah apa yang ada di kepala mereka melihat kejadian semacam ini?

Ah sayang sekali jika orang tua, guru, dan Kementrian Pendidikan kita masih saja meributkan anak muridnya tentang Ca Lis Tung (Baca Tulis Hitung), Les Matematika dan sejenisnya. Padahal negara maju saja sudah berpikiran bahwa mengajarkan MORAL pada anak jauh lebih penting dari pada hanya sekedar mengajarkan anak pandai berhitung.

Ah sayang sekali ya... Mungkin itu yang menyebabkan negeri ini semakin jauh saja dari praktek-praktek hidup yang beretika dan bermoral. ?

Ah sayang sekali ya... seperti apa kelak anak2 yang suka menyerobot antrian sejak kecil ini jika mereka kelak jadi pemimpin di negeri ini ?

Semoga ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua para orang tua juga para pendidik di seluruh tanah air tercinta. Untuk segera menyadari bahwa mengantri adalah pelajaran sederhana yang banyak sekali mengandung pelajaran hidup bagi anak dan harus di latih hingga menjadi kebiasaan setiap anak Indonesia.

Mari kita ajari anak kita untuk mengantri, untuk Indonesia yang lebih baik...!
Semoga Bermanfaat...

(Milis APIKatolik)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 02 Agustus 2013

PESAN PAUS FRANSISKUS UNTUK UMAT ISLAM MENJELANG AKHIR RAMADHAN

"Menggalakkan Saling Menghormati melalui Pendidikan"

(diterjemahkan oleh Peter Suriadi dari Radio Vatikan edisi Bahasa Inggris)

Untuk umat Muslim di seluruh dunia

Memberi saya kegembiraan besar menyapa Anda ketika Anda merayakan Idul Fitri, begitu mengakhiri Bulan Ramadhan, yang didedikasikan terutama untuk puasa, doa dan sedekah.

Merupakan sebuah tradisi hingga kini sehingga, pada kesempatan ini, Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama mengirim pesan keinginan baik, bersama-sama dengan tema yang diusulkan untuk permenungan bersama. Tahun ini, tahun pertama Masa Kepausan saya, saya telah memutuskan untuk menandatangani sendiri pesan tradisional ini dan mengirimkannya kepada Anda, sahabat-sahabat terkasih, sebagai ungkapan penghargaan dan persahabatan bagi seluruh umat Muslim, terutama mereka yang merupakan pemimpin agama.

Seperti Anda semua ketahui, ketika para Kardinal memilih saya sebagai Uskup Roma dan Gembala Semesta Gereja Katolik, saya memilih nama "Fransiskus", seorang kudus yang sangat terkenal yang mengasihi Allah dan setiap manusia dengan begitu dalam, hingga titik yang disebut "saudara semesta". Ia mengasihi, membantu dan melayani orang-orang yang membutuhkan, orang-orang sakit dan orang-orang miskin; ia juga sangat peduli akan ciptaan.

Saya menyadari bahwa keluarga dan dimensi kemasyarakatan menikmati suatu keutamaan karena umat Muslim selama periode ini, dan perlu dicatat bahwa ada kesejajaran tertentu dalam setiap bidang ini dengan iman dan praktek Kristiani.

Tahun ini, tema yang padanya saya ingin renungkan bersama Anda dan bersama semua orang yang akan membaca pesan ini adalah salah satu yang menjadi perhatian baik umat Muslim maupun umat Kristiani : Menggalakkan Saling Menghormati melalui Pendidikan.

Tema tahun ini dimaksudkan untuk menggarisbawahi pentingnya pendidikan dalam cara kita memahami satu sama lain, berlandasan saling menghormati. "Menghormati" berarti suatu sikap kebaikan terhadap orang-orang yang kepadanya kita memiliki perhatian dan penghargaan. "Saling" berarti bahwa ini bukan proses satu arah, tetapi sesuatu yang dibagikan oleh kedua belah pihak.

Apa yang kita sebut menghormati dalam setiap orang adalah terutama hidupnya, integritas fisiknya, martabatnya dan hak-hak yang berasal dari martabat tersebut, reputasinya, hartanya, identitas etnis dan budayanya, ide-idenya dan pilihan-pilihan politiknya. Oleh karena itu kita dipanggil untuk berpikir, berbicara dan menulis dengan penuh hormat tentang orang lain, tidak hanya dalam kehadirannya, tetapi selalu dan di mana-mana, menghindari kritik atau fitnahan yang tidak adil. Keluarga, sekolah, ajaran agama dan semua bentuk media memiliki sebuah peran mengusahakan dalam pencapaian tujuan ini.

Beralih kepada saling menghormati dalam hubungan antaragama, khususnya antara umat Kristiani dan umat Muslim, kita dipanggil untuk menghormati agama lain, ajaran-ajarannya, simbol-simbolnya, nilai-nilainya. Terutama rasa hormat karena pemimpin agama dan karena tempat ibadah. Betapa menyakitkan penyerangan pada salah satu atau lainnya!

Jelas bahwa, ketika kita menunjukkan rasa hormat kepada agama tetangga kita atau ketika kita menawarkan mereka keinginan baik kita pada kesempatan suatu perayaan keagamaan, kita benar-benar berusaha untuk merasakan sukacita mereka, tanpa merujuk kepada muatan keyakinan agama mereka.

Sehubungan dengan pendidikan kaum muda Muslim dan Kristiani, kita harus membawa orang-orang muda kita berpikir dan berbicara dengan penuh hormat tentang agama-agama lain dan para pengikutnya, dan menghindari ejekan atau perendahan keyakinan dan praktek keagamaan mereka.

Kita semua mengetahui bahwa saling menghormati bersifat mendasar dalam hubungan manusia apapun, terutama di kalangan orang-orang yang mengaku beragama. Dengan cara ini, persahabatan yang tulus dan abadi dapat tumbuh.

Ketika saya menerima Korps Diplomatik yang terakreditasi untuk Takhta Suci pada 22 Maret 2013, saya berkata: "Tidaklah mungkin menjalin hubungan sejati dengan Allah, sementara mengabaikan orang lain. Oleh karena itu penting untuk menggiatkan dialog di antara berbagai agama, dan saya sedang memikirkan khususnya dialog dengan Islam. Pada Misa yang menandai awal pelayanan saya, saya sangat menghargai kehadiran begitu banyak pemimpin sipil dan agama dari dunia Islam". Dengan kata-kata ini, saya ingin menekankan sekali lagi betapa pentingnya dialog dan kerjasama antarumat, khususnya umat Kristiani dan Muslim, dan perlunya hal itu ditingkatkan.

Dengan kepekaan ini, saya menegaskan harapan saya agar semua umat Kristiani dan umat Muslim memungkinkan menjadi penggalak sejati saling menghormati dan persahabatan, khususnya melalui pendidikan.

Akhirnya, saya mengirim Anda keinginan baik saya yang penuh doa, agar hidup Anda dapat memuliakan Yang Mahakuasa dan memberi sukacita kepada orang-orang di sekitar Anda.

Selamat Hari Raya untuk Anda semua!

Dari Vatikan, 10 Juli 2013

(Milis APIKatolik)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 27 Juli 2013

Paus ingatkan pastor untuk turun membantu kaum miskin

Paus Fransiskus meminta para pemuka agama katolik pada Sabtu, untuk meninggalkan wilayah nyaman dan kemapanannya, keluar dan melayani kaum miskin serta mereka yang memerlukan.

"Kita tidak bisa terus diam di dalam lingkungan umat, di dalam masyarakat ketika begitu banyak orang menantikan pewartaan," katanya dalam kotbah pada misa di katedral Rio dalam kunjungannya ke Brasil, seperti dilansir Reuters.

Sejak terpilih sebagai Bapa Suci pada Maret lalu, sebagai Paus yang bukan orang Eropa dalam 1.300 tahun sejarah kepausan, Fransiskus memacu para pastor, biarawati dan uskup untuk mengurangi perhatian pada karir mereka di gereja tetapi lebih mendengar jeritan dan tangisan orang yang kelaparan baik material maupun spiritual.

"Tidak cukup dengan hanya membuka pintu untuk menyambut, tetapi kita harus melangkah keluar pintu dan menemui rakyat," katanya.

Dikenal sebagai "Kardinal daerah kumuh" di negara asalnya Argentina karena kebiasaannya blusukan ke daerah kumuh dan mengunjungi orang miskin, Fransiskus menyerukan ajakan kepada para imam untuk keluar dan berada di antara umat yang memerlukannya.

"Adalah di `favela` dan `vila miseria" kita mesti mencari dan melayani Kristus," katanya mengutip mendiang Bunda Theresa dari Kalkuta yang menggunakan nama-nama Brasil untuk menyebut rumah-rumah gubuk.

Fransiskus menolak tempat tinggalnya di Vatikan di istana Apostolik dan memilih tinggal di rumah tamu Vatikan yang sederhana serta makan di ruang makan umum.

Jutaan orang Brasil menyaksikan Paus sejak kedatangannya pada Senin untuk menghadiri jambore Orang Muda katolik yang dikenal dengan Hari Orang Muda.

Dalam kotbahnya di Katedral moderen yang berbentuk kerucut itu Paus Fransiskus meminta para imam dan biarawati untuk memberikan layanan kepada mereka yang memerlukan di jalanan dan di lingkungan-lingkungan yang sulit.

"Marilah kita melaksanakan tugas pastoral yang diperlukan, dimulai di daerah pinggiran, tempat terjauh dan mereka yang biasanya tidak ke gereja," katanya.

Pada Jumat malam di pantai Copacabana yang terkenal, Paus mendesak anak muda untuk ikut mengubah dunia, tempat dimana makananan dihambur-hamburkan sementara jutaan orang kelaparan, tempat dimana kekerasan rasial masih menghampiri manusia dan dimana politik lebih dekat dengan korupsi ketimbang pelayanan.

Paus juga memerintahkan agar kaca mobil di bagian samping dibuka dan kendaraannya berhenti beberapa kali untuk memberi kesempatan ia mencium bayi-bayi dan kanak-kanak, menjabat tangan, bahkan turun beberapa kali untuk berjalan sehingga membuat bingung para petugas keamanannya.

Hari Orang Muda berakhir pada Minggu dan Paus akan memimpin misa sebelum bertolak kembali ke Roma pada malam harinya.

(Antaranews.com - 27 Juli 2013)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 25 Juli 2013

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM RANGKA HARI ORANG MUDA SEDUNIA KE-28

HOMILI PAUS FRANSISKUS PADA MISA DI BASILIKA BUNDA KITA YANG DIKANDUNG TANPA NODA DI APARECIDA, BRASIL, DALAM RANGKA HARI ORANG MUDA SEDUNIA KE-28, 24 Juli 2013

Para uskup dan para imam saudaraku,
Saudara dan saudari yang terkasih,

Betapa sukacita yang saya rasa ketika saya datang ke rumah Bunda dari setiap orang Brasil, Tempat Ziarah Bunda Maria di Aparecida! Sehari setelah pemilihan saya sebagai Uskup Roma, saya mengunjungi Basilika Santa Maria Utama di Roma, untuk mempercayakan pelayanan saya sebagai Penerus Petrus kepada Bunda Maria. Hari ini saya datang ke sini untuk meminta Maria Bunda kita untuk keberhasilan Hari Orang Muda Sedunia dan untuk menempatkan di kakinya kehidupan rakyat Amerika Latin.

Pertama-tama ada sesuatu yang ingin saya katakan. Enam tahun lalu Konferensi Umum Para Uskup Amerika Latin dan Karibia V diadakan di Tempat Ziarah ini. Sesuatu yang indah terjadi di sini, yang saya saksikan langsung. Saya melihat bagaimana para uskup - yang sedang membahas tema tentang menjumpai Kristus, pemuridan dan perutusan - merasa didorong, didukung dan dalam beberapa cara diilhami oleh ribuan peziarah yang datang ke sini hari demi hari untuk mempercayakan hidup mereka kepada Bunda Maria. Konferensi itu merupakan saat agung dari Gereja. Benar-benar dapat dikatakan bahwa Dokumen Aparecida lahir dari interaksi antara usaha-usaha para uskup dan iman sederhana dari para peziarah, di bawah perlindungan keibuan Maria. Ketika Gereja mencari Yesus, ia selalu mengetuk pintu Bundanya dan bertanya: "Tunjukkan kami Yesus". Dari Maria, Gereja belajar pemuridan sejati. Itulah sebabnya Gereja menjalani perutusan dalam jejak Maria.

Hari ini, memandang ke depan kepada Hari Orang Muda Sedunia yang telah membawa saya ke Brasil, saya juga datang mengetuk pintu rumah Maria - yang mengasihi dan membesarkan Yesus - sehingga ia dapat membantu kita semua, para gembala umat Allah, orang tua dan para pendidik, untuk menyampaikan kepada orang-orang muda kita nilai-nilai yang dapat membantu mereka membangun bangsa dan dunia yang lebih adil, bersatu dan bersaudara. Karena alasan ini saya ingin berbicara tentang tiga sikap sederhana: harapan, keterbukaan untuk dikejutkan oleh Allah, dan hidup dalam sukacita.

1. Harapan. Bacaan Kedua Misa menyajikan adegan dramatis: seorang perempuan - gambaran Maria dan Gereja - sedang dikejar-kejar oleh Naga - iblis - yang ingin melahap anaknya. Tetapi adegan bukan tentang kematian melainkan tentang kehidupan, karena Allah campur tangan dan menyelamatkan anak itu (bdk. Why 12:13a,15-16a). Berapa banyak kesulitan yang hadir dalam kehidupan setiap pribadi, di antara umat kita, di komunitas kita; namun seberapa besar hal ini mungkin tampak, Allah tidak pernah memperbolehkan kita menjadi kewalahan oleh kesulitan-kesulitan itu. Dalam menghadapi saat-saat keputusasaan yang kita alami dalam hidup, dalam upaya kita berevangelisasi atau mewujudkan iman kita sebagai orang tua dalam keluarga, saya ingin mengatakan dengan tegas: Kenali selalu dalam hatimu, bahwa Allah ada di sisimu; Ia tidak pernah meninggalkanmu! Marilah kita tidak pernah kehilangan harapan! Marilah kita tidak pernah memperbolehkannya mati dalam hati kita! "Naga", kejahatan, hadir dalam sejarah kita, tetapi tidak memiliki kendali. Sosok yang memegang kendali adalah Allah, dan Allah adalah harapan kita! Memang benar bahwa saat ini, sampai batas tertentu, semua orang, termasuk orang-orang muda kita, merasa tertarik oleh banyak berhala yang mengambil alih tempat Allah dan muncul untuk menawarkan harapan: uang, keberhasilan, kekuasaan, kesenangan. Seringkali rasa kesepian dan kekosongan yang tumbuh dalam hati banyak orang membawa mereka untuk mencari kepuasan dalam berhala-berhala fana itu. Saudara dan saudari terkasih, marilah kita menjadi terang harapan! Marilah kita menjaga pandangan positif tentang kenyataan. Marilah kita mendorong kemurahan hati yang adalah ciri khas dari kaum muda dan membantu mereka untuk bekerja secara aktif dalam membangun dunia yang lebih baik. Orang-orang muda adalah mesin yang kuat bagi Gereja dan bagi masyarakat. Mereka tidak memerlukan hal-hal jasmaniah saja, juga dan terutama, mereka perlu menegakkan bagi mereka nilai-nilai bukan jasmaniah yang adalah jantung rohaniah suatu rakyat, kenangan akan suatu rakyat. Dalam tempat ziarah ini, yang merupakan bagian dari kenangan akan Brasil, kita hampir dapat membaca nilai-nilai ini: spiritualitas, kedermawanan, solidaritas, ketekunan, persaudaraan, sukacita; semuanya adalah nilai-nilai yang memiliki akar terdalam dalam iman Kristiani.

2. Sikap kedua: keterbukaan untuk dikejutkan oleh Allah. Siapapun yang adalah pria atau wanita harapan - harapan besar yang diberikan iman kepada kita - tahu bahwa bahkan di tengah-tengah kesulitan Allah bertindak dan Ia mengejutkan kita. Sejarah tempat ziarah ini adalah contoh yang baik: tiga nelayan, setelah seharian tidak mendapatkan ikan, menemukan sesuatu yang tidak terduga di perairan Sungai Parnaíba: sebuah gambar Bunda Maria Yang Dikandung Tanpa noda. Siapa pun akan berpikir bahwa tempat perjalanan mencari ikan yang sia-sia akan menjadi tempat di mana semua orang Brasil bisa merasa bahwa mereka adalah anak-anak dari satu Bunda? Allah selalu mengejutkan kita, seperti anggur baru dalam Injil yang baru saja kita dengar. Allah selalu menyimpan yang terbaik untuk kita. Tetapi Ia meminta kita untuk membiarkan diri kita dikejutkan oleh kasih-Nya, menerima kejutan-Nya. Marilah kita mempercayai Allah! Terpisah dari Dia, Sang anggur sukacita, Sang anggur harapan, habislah. Jika kita mendekat kepada-Nya, jika kita tinggal bersama-nya, apa yang tampaknya menjadi air dingin, kesulitan, dosa, diubah menjadi anggur baru persahabatan dengan Dia.

3. Sikap ketiga: hidup dalam sukacita. Para sahabat terkasih, jika kita berjalan dalam pengharapan, membiarkan diri kita dikejutkan oleh anggur baru yang ditawarkan Yesus kepada kita, kita memiliki sukacita dalam hati kita dan kita tidak bisa gagal untuk menjadi saksi sukacita ini. Orang-orang Kristiani penuh sukacita, mereka tidak pernah muram. Allah ada di pihak kita. Kita memiliki bunda yang selalu berdoa untuk kehidupan anak-anaknya, bagi kita, seperti Ratu Ester dalam bacaan pertama (bdk. Est 5:3). Yesus telah menunjukkan kepada kita bahwa wajah Allah yakni wajah Bapa yang penuh kasih. Dosa dan maut telah dikalahkan. Orang-orang Kristiani tidak dapat pesimis! Mereka tidak terlihat seperti orang dalam perkabungan terus menerus. Jika kita benar-benar dalam kasih bersama Kristus dan jika kita merasakan betapa Ia mengasihi kita, hati kita akan "menyala" dengan suatu sukacita yang menyebar kepada semua orang di sekitar kita. Seperti dikatakan Paus Benediktus XVI : "Murid tahu bahwa tanpa Kristus, tidak ada terang, tidak ada harapan, tidak ada kasih, tidak ada masa depan" (Pesan Pembukaan, Konferensi Umum Para Uskup Amerika Latin dan Karibia V, Aparecida, 13 Mei 2007, 3).

Para sahabat yang terkasih, kita telah datang untuk mengetuk pintu rumah Maria. Ia telah membukakannya untuk kita, ia telah membiarkan kita masuk dan ia menunjukkan kepada kita Putranya. Sekarang ia meminta kita untuk "melakukan apa pun yang Ia katakan kepadamu" (Yoh 2:5). Ya, Bunda yang terkasih, kami berjanji untuk melakukan apa pun yang Yesus katakan kepada kami! Dan kami akan melakukannya dengan harapan, percaya pada kejutan Allah dan penuh sukacita. Amin.

http://pope-at-mass.blogspot.com/2013/07/homili-paus-fransiskus-pada-misa-di.html
Powered by Telkomsel BlackBerry®