Salam Damai Kristus,

Sebuah kontribusi para mantan frater, pastor, suster, bruder, dll bagi pembangunan kehidupan bersama yang lebih baik. Kirimkan artikel apa saja yang mau ditampilkan pada blog ini ke email: mantan.frater09@gmail.com Atas kunjungannya, terima kasih.

Minggu, 29 Desember 2013

PESAN “URBI ET ORBI” PAUS FRANSISKUS 25 Desember 2013

"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya" (Luk 2:14)


 

Saudara dan saudari terkasih di Roma dan di seluruh dunia, selamat Natal!


Saya mengambil kidung para malaikat yang muncul bagi para gembala di Betlehem pada malam ketika Yesus lahir. Ini adalah sebuah kidung yang mempersatukan langit dan bumi, memberikan pujian dan kemuliaan bagi surga, dan janji perdamaian bagi bumi dan semua orang-orangnya.

Saya meminta setiap orang berbagi dalam kidung ini: merupakan sebuah kidung bagi setiap pria atau wanita yang terus berjaga sepanjang malam, yang mengharapkan sebuah dunia yang lebih baik, yang peduli pada orang lain seraya dengan rendah hati berusaha melakukan
tugasnya.

Kemuliaan bagi Allah!

Di atas segalanya, ini adalah apa yang diminta Natal pada kita untuk dilakukan: memuliakan Allah, karena Ia baik, Ia setia, Ia berbelas kasih. Hari ini saya menyuarakan harapan saya agar setiap orang akan datang untuk mengenal wajah Allah yang sebenarnya, Bapa yang telah memberi kita Yesus. Harapan saya yaitu setiap orang akan merasakan kedekatan Allah, hidup di hadapan-Nya, mengasihi-Nya dan menyembah-Nya.

Semoga kita masing-masing memberikan kemuliaan kepada Allah terutama dengan kehidupan kita, dengan kehidupan yang dihabiskan untuk kasih akan Dia dan akan semua saudara dan saudari kita.


 

Damai sejahtera bagi umat manusia


Damai sejahtera yang sejati bukanlah sebuah keseimbangan kekuatan yang berlawanan. Bukanlah sebuah  "facade (tampak luar)" yang indah yang menyembunyikan konflik dan perpecahan. Damai sejahtera memanggil komitmen harian, dimulai dari karunia Allah, dari kasih karunia yang telah Ia berikan kepada kita dalam Yesus Kristus.

Memandang Sang Bayi dalam palungan, pikiran kita beralih kepada anak-anak ini yang menjadi korban peperangan yang paling rentan, tetapi kita juga memikirkan orang-orang tua, perempuan-perempuan yang babak belur, orang-orang sakit ... Peperangan menghancurkan dan menyakiti begitu banyak nyawa!

Terlalu banyak nyawa telah hancur dalam waktu belakangan ini oleh konflik di Suriah, memicu kebencian dan balas dendam. Mari kita terus meminta Tuhan untuk menghindarkan orang-orang Suriah terkasih penderitaan lebih lanjut, dan memungkinkan pihak-pihak dalam konflik untuk mengakhiri semua kekerasan dan menjamin akses bagi bantuan kemanusiaan. Kita telah melihat betapa kuatnya doa! Dan saya bahagia hari ini juga, bahwa para pengikut penganut agama yang berbeda bergabung bersama kita dalam doa kita untuk perdamaian di Suriah. Mari kita tidak pernah kehilangan keberanian doa! Keberanian untuk berkata : Tuhan, berikan perdamaian-Mu bagi Suriah dan bagi seluruh dunia.

Memberikan perdamaian bagi Republik Afrika Tengah, sering dilupakan dan diabaikan. Namun Engkau, Tuhan, tidak melupakan seorang pun! Dan Engkau juga ingin membawa perdamaian bagi tanah itu, diobrak-abrik oleh sebuah pilinan kekerasan dan kemiskinan, di mana begitu banyak orang yang kehilangan tempat tinggal, kekurangan air, makanan dan kebutuhan dasar hidup. Membantu perkembangan keselarasan sosial di Sudan Selatan, di mana ketegangan saat ini telah menyebabkan banyak korban dan mengancam hidup berdampingan secara
damai dalam negara muda itu.

Raja Damai, di setiap tempat kesampingkan batin-batin dari kekerasan dan ilhami mereka untuk meletakkan senjata dan melakukan jalan dialog. Pandanglah Nigeria, yang dikoyak-koyak oleh serangan terus menerus yang tidak menghindarkan yang tidak bersalah dan tak berdaya. Berkati tanah di mana Engkau memilih datang ke dunia, dan berikan akibat yang menguntungkan bagi perundingan perdamaian antara Israel dan Palestina. Sembuhkan luka-luka negeri Irak terkasih, yang sekali lagi dilanda dengan seringnya tindak kekerasan.

Tuhan kehidupan, lindungi semua orang yang dianiaya karena nama-Mu. Berikan harapan dan penghiburan bagi yang terlantar dan para pengungsi, terutama di Semenanjung Afrika dan di bagian timur Republik Demokratik Kongo. Berikan para migran tersebut dalam pencarian sebuah kehidupan yang bermartabat dapat menemukan penerimaan dan bantuan. Semoga tragedi-tragedi seperti yang telah kita saksikan pada tahun ini, dengan begitu banyak kematian di Lampedusa, tidak pernah terjadi lagi!

Bayi Betlehem, jamahlah batin semua orang yang terlibat dalam perdagangan manusia, supaya mereka boleh menyadari beratnya kejahatan terhadap umat manusia ini. Pandanglah banyak anak yang diculik, terluka dan dibunuh dalam konflik bersenjata, dan semua orang yang dirampok  masa kecil mereka dan dipaksa menjadi tentara.

Tuhan langit dan bumi, pandanglah planet kita, yang sering dieksploitasi oleh keserakahan dan kerakusan manusia. Tolong dan lindungi semua korban bencana alam, terutama orang-orang Filipina terkasih, yang sungguh-sungguh terkena dampak topan baru-baru ini.

Saudara dan saudari terkasih, hari ini, dalam dunia ini, dalam umat manusia ini, lahir Sang Juruselamat, yaitu Kristus Tuhan. Mari kita berhenti sejenak di hadapan Bayi Betlehem. Mari kita membiarkan hati kita dijamah, mari kita membiarkan diri kita dihangatkan oleh kelembutan Allah; kita membutuhkan belaian-Nya. Allah penuh kasih : bagi-Nya pujian dan kemuliaan selama-lamanya! Allah adalah damai sejahtera : mari kita mohon kepada-Nya untuk membantu kita menjadi pembawa damai setiap hari, dalam hidup kita, dalam keluarga kita, dalam kota-kota dan bangsa-bangsa kita, di seluruh dunia. Mari kita membiarkan diri kita digerakkan oleh kebaikan Allah.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 21 Desember 2013

Selamat Natal Menurut Al-Qur’an. (Oleh: Dr. M. Quraish Shihab)

Oleh: Dr. M. Quraish Shihab

Sakit perut menjelang persalinan, memaksa Maryam bersandar ke pohon kurma. Ingin rasanya beliau mati, bahkan tidak pernah hidup sama sekali. Tetapi Malaikat Jibril datang menghibur: "Ada anak sungai di bawahmu, goyangkan pangkal pohon kurma ke arahmu, makan, minum dan senangkan hatimu. Kalau ada yang datang katakan: "Aku bernazar tidak bicara."

"Hai Maryam, engkau melakukan yang amat buruk. Ayahmu bukan penjahat, ibumu pun bukan pezina",  demikian kecaman kaumnya, ketika melihat bayi
di gendongannya.

Tetapi Maryam terdiam.Beliau hanya menunjuk bayinya. Dan ketika itu bercakaplah sang bayi menjelaskan jati dirinya sebagai hamba Allah yang diberi Al-Kitab, shalat, berzakat serta mengabdi kepada ibunya.

Kemudian sang bayi berdoa: "Salam sejahtera (semoga) dilimpahkan kepadaku pada hari
kelahiranku, hari wafatku, dan pada hari ketika aku dibangkitkan hidup kembali."

Itu cuplikan kisah Natal dari Al-Quran Surah Maryam ayat 34. Dengan demikian, Al-Quran mengabadikan dan merestui ucapan selamat Natal pertama
dari dan untuk Nabi mulia itu, Isa a.s.

Terlarangkah mengucapkan salam semacam itu? Bukankah Al-Quran telah memberikan contoh? Bukankah ada juga salam yang tertuju kepada Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, keluarga Ilyas, serta para nabi lainnya? Setiap Muslim harus percaya kepada Isa a.s.seperti penjelasan ayat di atas, juga harus percaya kepada Muhammad saw., karena keduanya adalah hamba dan utusan Allah. Kita mohonkan curahan shalawat dan salam untuk mereka berdua sebagaimana kita mohonkan untuk seluruh nabi dan rasul. Tidak bolehkah kita merayakan hari lahir (natal) Isa a.s.? Bukankah Nabi saw. juga merayakan hari keselamatan Musa a.s. dari gangguan Fir'aun dengan berpuasa 'Asyura, seraya bersabda, "Kita lebih wajar merayakannya daripada orang Yahudi pengikut Musa a.s."

Bukankah, Para Nabi bersaudara hanya ibunya yang berbeda? Seperti disabdakan Nabi Muhammad saw.? Bukankah seluruh umat bersaudara?Apa salahnya kita bergembira dan menyambut kegembiraan saudara kita dalam batas kemampuan kita, atau batas yang digariskan oleh anutan kita?Demikian lebih kurang pandangan satu pendapat.

Banyak persoalan yang berkaitan dengan kehidupan Al-Masih yang dijelaskan oleh sejarah atau agama dan telah disepakati, sehingga harus diterima.Tetapi, ada juga yang tidak dibenarkan atau diperselisihkan.Disini, kita berhenti untuk merujuk kepercayaan kita.
Isa a.s. datang membawa kasih, "Kasihilah seterumu dan doakan yang menganiayamu."  Muhammad saw. datang membawa rahmat, "Rahmatilah yang di dunia, niscaya yang di langit merahmatimu." Manusia adalah fokus ajaran keduanya; karena itu, keduanya bangga dengan kemanusiaan.

Isa menunjuk dirinya sebagai anak manusia, sedangkan Muhammad saw. diperintahkan oleh Allah untuk berkata: "Aku manusia seperti kamu. Keduanya datang membebaskan manusia dari kemiskinan ruhani, kebodohan, dan belenggu penindasan. Ketika orang-orang mengira bahwa anak Jailrus yang sakit telah mati, Al-Masih yang menyembuhkannya  meluruskan kekeliruan mereka dengan berkata, "Dia tidak mati, tetapi tidur."  Dan ketika terjadi gerhana pada hari wafatnya putra Muhammad, orang berkata: Matahari mengalami gerhana karena kematiannya.   Muhammad saw. lalu menegur, "Matahari tidak mengalami gerhana karena kematian atau kelahiran seorang." Keduanya datang membebaskan manusia baik yang kecil, lemah dan tertindas dhuâfaâ dan al-mustadhâ'affin dalam istilah Al-Quran.
Bukankah ini satu dari sekian titik temu antara Muhammad dan Al-Masih? Bukankah ini sebagian dari kandungan Kalimat Sawaâ (Kata Sepakat) yang ditawarkan Al-Quran kepada penganut Kristen (dan Yahudi (QS 3:64)?

Kalau demikian, apa salahnya mengucapkan selamat natal, selama akidah masih dapat dipelihara dan selama ucapan itu sejalan dengan apa yang dimaksud oleh Al-Quran sendiri yang telah mengabadikan selamat natal itu?

Itulah antara lain alasan yang membenarkan seorang Muslim mengucapkan selamat atau menghadiri upacara Natal yang bukan ritual. Di sisi lain, marilah kita menggunakan kacamata yang melarangnya.

Agama, sebelum negara, menuntut agar kerukunan umat dipelihara. Karenanya salah, bahkan dosa, bila kerukunan dikorbankan atas nama agama. Tetapi, juga salah serta dosa pula, bila kesucian akidah ternodai oleh atau atas nama kerukunan.

Teks keagamaan yang berkaitan dengan akidah sangat jelas, dan tidak juga rinci.Itu semula untuk menghindari kerancuan dan kesalahpahaman. Bahkan Al-Quran tidak menggunakan satu kata yang mungkin dapat menimbulkan kesalah-pahaman, sampai dapat terjamin bahwa kata atau kalimat itu,
tidak disalahpahami. Kata "Allah",  misalnya, tidak digunakan oleh Al-Quran, ketika pengertian semantiknya yang dipahami masyarakat jahiliah belum sesuai dengan yang dikehendaki Islam.
Kata yang digunakan sebagai ganti ketika itu adalah Rabbuka (Tuhanmu, hai Muhammad) Demikian terlihat pada wahyu pertama hingga surah Al-Ikhlas. Nabi saw. Sering menguji pemahaman umat tentang Tuhan. Beliau tidak sekalipun bertanya, "Di mana Tuhan?"  Tertolak riwayat yang menggunakan redaksi itu karena ia menimbulkan kesan keberadaan Tuhan pada satu tempat, hal yang mustahil bagi-Nya dan mustahil pula diucapkan oleh Nabi.
Dengan alasan serupa, para ulama bangsa kita enggan menggunakan kata "adaâ" bagi Tuhan, tetapi "wujud" Tuhan.

Natalan, walaupun berkaitan dengan Isa Al-Masih, manusia agung lagi suci itu, namun ia dirayakan oleh umat Kristen yang pandangannya terhadap Al-Masih berbeda dengan pandangan Islam. Nah, mengucapkan "Selamat Natal"  atau menghadiri perayaannya dapat menimbulkan kesalahpahaman dan dapat mengantar kepada pengaburan akidah. Ini dapat dipahami sebagai pengakuan akan ketuhanan Al-Masih, satu keyakinan yang secara mutlak bertentangan dengan akidah Islam.

Dengan kacamata itu, lahir larangan dan fatwa haram itu, sampai-sampai ada yang beranggapan jangankan ucapan selamat, aktivitas apa pun yang berkaitan dengan Natal tidak dibenarkan, sampai pada jual beli untuk keperluan Natal.
Adakah kacamata lain? Mungkin!
Seperti terlihat, larangan ini muncul dalam rangka upaya memelihara akidah.

Karena, kekhawatiran kerancuan pemahaman, agaknya lebih banyak ditujukan kepada mereka yang dikhawatirkan kabur akidahnya. Nah, kalau demikian, jika ada seseorang yang ketika mengucapkannya tetap murni akidahnya atau mengucapkannya sesuai dengan kandungan "Selamat Natal" Qurani, kemudian mempertimbangkan kondisi dan situasi dimana hal itu diucapkan, sehingga tidak menimbulkan kerancuan akidah baik bagi dirinya ataupun Muslim yang lain, maka agaknya tidak beralasan adanya larangan itu.

Adakah yang berwewenang melarang seorang membaca atau mengucapkan dan menghayati satu ayat Al-Quran?
Dalam rangka interaksi sosial dan keharmonisan hubungan, Al-Quran memperkenalkan satu bentuk redaksi, dimana lawan bicara memahaminya sesuai dengan pandangan atau keyakinannya, tetapi bukan seperti yang dimaksud oleh pengucapnya.Karena, si pengucap sendiri mengucapkan dan memahami redaksi itu sesuai dengan pandangan dan keyakinannya.Salah satu contoh yang dikemukakan adalah ayat-ayat yang tercantum dalam QS 34:24-25. Kalaupun non Muslim memahami ucapan "Selamat Natal"  sesuai dengan keyakinannya, maka biarlah demikian, karena Muslim yang memahami akidahnya akan mengucapkannya sesuai dengan garis keyakinannya. Memang, kearifan dibutuhkan dalam rangka interaksi sosial.

Tidak kelirulah, dalam kacamata ini, fatwa dan larangan itu, bila ia ditujukan kepada mereka yang dikhawatirkan ternodai akidahnya. Tetapi, tidak juga salah mereka yang membolehkannya, selama pengucapnya bersikap arif bijaksana dan tetap terpelihara akidahnya, lebih-lebih jika hal tersebut merupakan tuntunan keharmonisan hubungan.
Dostojeivsky (1821-1881), pengarang Rusia kenamaan, pernah berimajinasi tentang kedatangan kembali Al-Masih. Sebagian umat Islam pun
percaya akan kedatangannya kembali. Terlepas dari penilaian terhadap imajinasi dan kepercayaan itu, kita dapat memastikan bahwa jika benar beliau datang, seluruh umat berkewajiban menyambut dan mendukungnya, dan pada saat kehadirannya itu pasti banyak hal yang akan beliau luruskan. Bukan saja sikap dan ucapan umatnya, tetapi juga sikap dan ucapan umat Muhammad saw. Salam sejahtera semoga tercurah kepada beliau, pada hari Natalnya, hari wafat dan hari kebangkitannya nanti.

MEMBUMIKAN AL-QURAN
Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat
Dr. M. Quraish Shihab
Penerbit Mizan, Cetakan 13, Rajab 1417/November 1996
Jln.Yodkali 16, Bandung 40124
Telp. (022) 700931 – Fax. (022) 70703
__._,_.___

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 12 Desember 2013

Doa Lima Jari

Sri Paus Fransiskus memberikan nasihat DOA LIMA JARI kepada anak-anak yang mengerumuninya:

 "(1) Jempol ialah jari yg terdekat denganmu. 

Mulailah berdoa utk mereka yg dekat denganmu. Mereka ialah orang-orang yg engkau ingat. Berdoa utk orang tersayang merupakan suatu kewajiban yg manis. 

(2) Telunjuk. 

Berdoalah bagi mereka yg mendidikmu, mengarahkanmu, menyembuhkanmu. Mereka memerlukan dukungan dan kebijaksanaan utk menunjukkan arah bagi orang lain. Bawalah mereka dlm doamu. 

(3) Jari tengah, jari terpanjang mengingatkan kita pada para pemimpin, perusahaan, pemerintah, semua yg mengemban kekuasaan. Mereka membutuhkan bimbingan Tuhan.

(4) Jari manis di mana biasa ditempatkan cincin. 

Kita tak mengira bahwa ini jari paling lemah. Doakanlah yang lemah, sakit, yg sedang menghadapi masalah. Mereka membutuhkan doamu. 

(5) Kelingking, jari paling kecil.

Mengingatkan kita utk berdoa bagi diri kita sendiri. Setelah menyelesaikan empat doa sebelumnya, kamu dapat melihat kebutuhanmu sendiri dg cara pandang yg benar, dan mendoakan kebutuhan dirimu dg cara yg lebih baik".



semoga berguna
Powered by Telkomsel BlackBerry®

TOKOH TAHUN INI: Fransiskus, Paus Revolusioner (Trias Kuncahyono)

Oleh: Trias Kuncahyono

HANYA dalam tempo sembilan bulan, sejak dipilihnya menjadi orang nomor satu di Vatikan, 13 Maret 2013, Paus Fransiskus mampu menjadi magnet dunia. Oleh karena kebijakan dan langkah-langkahnya mendobrak kemapanan Gereja. Revolusioner.
Dan, majalah Time pun memilihnya menjadi "Person of the Year" (Tokoh Tahun Ini). Pada 1994, Paus Yohanes Paulus II dipilih sebagai "Man of the Year" oleh majalah Time; sebelumnya, 1962, Paus Yohanes XXIII-lah yang dinobatkan sebagai "Man of the Year" juga oleh majalah Time karena Paus inilah pemrakarsa Konsili Vatikan II, yang memperbaharui Gereja.

Sejak penampilannya pertama, setelah terpilih, di balkon Vatikan, Paus Fransiskus membuktikan dirinya sebagai "Paus Yang Mengejutkan". Sebagai Paus Jesuit pertama dalam sejarah, ia mencanangkan misinya untuk merestorasi otentisitas dan integritas Gereja Katolik yang digerogoti skandal seks, paedophilia, dan sekresi, intrik dan pertarungan di dalam, ambisi dan arogansi, hedonisme dan semangat menguasai dunia dalam arti yang sebenarnya.

Ia menyatakan, Gereja harus menjadi "Gereja miskin, untuk kaum miskin". Inilah, kredo Paus Fransiskus, yang kakek-moyangnya, imigran Italia, mendarat di Argentina pada 1929.

Nama Fransiskus
Mengapa mantan Kardinal Buenos Aires Jorge Mario Bergoglio ini memilih nama Fransiskus setelah terpilih menjadi Paus? Paul Vallely dalam bukunya, Pope Francis, Untying the Knots, menulis, bahkan para kardinal yang ikut konklav (sidang para kardinal untuk memilih Paus) pun kaget, ketika ditanya, "Nama apa yang Anda pakai?" Waktu itu Bergoglio menjawab, "Vocabor Franciscus" (Saya akan dipanggil Fransiskus). Bukan Fransiskus Xaverius, bukan Fransiskus de Sales, tetapi Fransiskus Asisi.

Fransiskus Asisi (disebut demikian karena dari Asisi, Italia bagian utara) adalah seorang imam anak saudagar kain yang kaya raya, tetapi menyerahkan hidupnya untuk kaum papa, kaum miskin. Inilah jalan hidup yang dipilih Kardinal Bergoglio sejak semula di Argentina. Ia meninggalkan istana kekardinalan dan memilih tinggal di rumah susun untuk kaum miskin. Ke mana-mana, ia naik bus, subway, mobilnya pun dijual.

Ketika meninggalkan Buenos Aires untuk pergi ke Roma, memenuhi panggilan Paus Benediktus XVI (yang berujung pada konklav), meski mendapat tiket "first-class", ia memilih menukarnya dengan tiket kelas ekonomi. Ia hanya minta duduk dekat pintu darurat agar bisa selonjor, selama penerbangan 13 jam. Awak pesawat Alitalia pun memberinya kursi nomor 25.

Langkah selanjutnya Paus pertama dari luar Eropa, setelah 1.200 tahun, ini tidak hanya membuat banyak kejutan, tetapi bahkan membuat banyak orang terbuka matanya akan kekurangan dan kelemahan Kuria (Kabinet) Roma, bahkan Gereja Katolik. Bukankah kesempurnaan manusia adalah mengetahui ketidaksempurnaannya? Begitu kata filsuf Augustinus.

Banyak orang terinspirasi cara pandangnya yang lugas, baru, spontan, dan segar dalam menghadapi berbagai persoalan Gereja dan kemanusiaan. Yang dilakukannya pun mendorong orang lain untuk mengikutinya, sekaligus membuat malu Gereja yang selama ini seperti berada di "menara gading", kurang berbaur dengan masyarakat.

Paus, sebagai penyandang nama Fransiskus, yang mengutamakan kesederhanaan hidup, keutamaan hidup, belarasa, pelayanan, memahami betul apa artinya melayani. Karena itu, ia sejak pertama terpilih tidak mau tinggal di Istana Kepausan. Ia memilih tinggal di "guesthouse", Casa Santa Marta, supaya tidak terkucilkan, dan bisa selalu bersama dengan yang lain.

Kepeduliannya kepada orang miskin, seperti yang sudah lama dihayati ketika masih menjadi kardinal di Buenos Aires, tetap dipegang teguh. Orang miskin memperoleh posisi istimewa di hatinya. Ia tidak peduli pada akibatnya. Paus pernah mengatakan, "Kalau makan tidak habis dan dibuang-buang, itu sama saja merampok orang miskin."

Citra Allah
Sikap ini menegaskan pada pendiriannya yang memegang teguh teologi konservatif, yang membawa manusia ke fitrahnya, sebagai citra Allah, bukan teologi progresif. Sebab, teologi progresif itu pikiran orang elite; yang menganggap orang miskin itu hanya tahu iman dan makan, tidak tahu teologi. Hal itu seperti tecermin dalam ensiklik pertamanya, "Gaudium Evangelii", Kegembiraan Pewartaan.

Paus sadar dan paham bahwa kebutuhan dunia, umat, bukanlah rumusan teologi yang canggih, mbulet, melainkan sebuah praksis hidup yang nyata: kesederhanaan, kepedulian, kemurahan hati, belarasa, melawan segala kemegahan duniawi, dan tidak menggunakan agama sebagai selubung untuk melakukan tindakan tidak terpuji, amoral, termasuk korupsi.

Tidak diduga ribuan umat yang hadir di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, untuk mengikuti audiensi, ketika tiba-tiba Paus turun dari mobilnya dan memeluk seorang bocah kecil yang sakit, yang disable; orang tua yang duduk di kursi roda. Tidak pernah ada seorang Paus merayakan Misa Kamis Putih di penjara Casa del Marmo dan mencuci serta mencium kaki narapidana, laki maupun perempuan, hitam maupun putih, bertato dan bersih. Ada yang Kristen, Muslim, Ortodoks, bahkan atheis.

Sejak masih di Buenos Aires, hal itu sudah dilakukan. Ia rajin membesuk orang sakit dan pasien AIDS. Ia menyapanya. Ia memeluknya.

Membawa sapu
Itulah Paus Fransiskus yang masuk ke Vatikan membawa sapu, membersihkan Bank Vatikan yang korup, yang digunakan untuk pencucian uang, dan mereformasi Kuria Roma. Ia juga membongkar pelecehan seks dan paedophilia yang dilakukan sejumlah pastor.

Paus Fransiskus melihat bahwa Kuria Roma menjelma menjadi organisasi pemerintahan yang disibukkan urusan administratif. Akibatnya sisi pelayanan, pewartaan pastoral kurang mendapat tempat. Gereja makin sibuk dengan urusan duniawi yang menggiurkan.

Ia juga melihat dan merasakan, bahkan sejak lama, Gereja tak ubahnya korporasi yang dibelit skandal demi skandal. Gereja keropos bukan karena kuatnya atheisme, melainkan karena kelakuan anak-anaknya. Dan, reputasinya dilempar di meja judi, dipertaruhkan.

Paus Fransiskus melangkah mantap bahwa semua harus dibongkar, diperbaiki, dan didirikan bangunan baru. Gereja yang dari dulu sentralistis, diurai dan sistem kolegialitas mendapat tempat. Bahkan ditekankan.

Sikapnya terhadap kaum homoseksual pun membuat orang terkejut. "Aku ini siapa, sehingga harus menghukum mereka," katanya. Banyak persoalan Gereja mulai diurai, diselesaikan. Dan, pantas kalau ia disebut sebagai pengubah sejarah Gereja, dan akhirnya nanti sejarah umat manusia.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000003648981
Powered by Telkomsel BlackBerry®

SURAT GEMBALA KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI) MENYAMBUT PEMILU LEGISLATIF 2014

"JADILAH PEMILIH YANG CERDAS DENGAN BERPEGANG PADA HATI NURANI"

Saudara-saudari, segenap umat Katolik Indonesia yang terkasih,
Bangsa kita sedang bersiap diri menyambut Pemilu legislatif untuk memilih DPR, DPD dan DPRD yang akan diselenggarakan tanggal 9 April 2014. Sebagai negara yang menganut sistem demokrasi, Pemilu menjadi peristiwa penting dan strategis karena merupakan kesempatan memilih calon legislatif dan perwakilan daerah yang akan menjadi wakil rakyat.

Hak dan Panggilan Ikut Serta Pemilu
Warga negara yang telah memenuhi syarat berhak ikut menentukan siapa yang akan mengemban kedaulatan rakyat melalui Pemilu. Mereka yang terpilih akan menempati posisi yang menentukan arah dan kebijakan negeri ini menuju cita-cita bersama, yaitu kesejahteraaan bagi seluruh rakyat Indonesia. Karena itu, selain merupakan hak, ikut memilih dalam Pemilu merupakan panggilan sebagai warga negara. Dengan ikut memilih berarti Anda ambil bagian dalam menentukan arah perjalanan bangsa ke depan. Penting disadari bagi para pemilih untuk tidak saja datang dan memberikan suara, melainkan menentukan pilihannya dengan cerdas dan sesuai dengan hati nurani. Dengan demikian, pemilihan dilakukan tidak asal menggunakan hak pilih, apalagi sekedar ikut-ikutan. Siapa pun calon dan partai apa pun pilihan Anda, hendaknya dipilih dengan keyakinan bahwa calon tersebut dan partainya akan mewakili rakyat dengan berjuang bersama seluruh komponen masyarakat mewujudkan cita-cita bersama bangsa Indonesia. Pertanyaannya adalah calon legislatif macam apa yang mesti dipilih dan partai mana yang mesti menjadi pilihan kita.

Kriteria Calon Legislatif
Tidak mudah bagi Anda untuk menjatuhkan pilihan atas para calon legislatif. Selain karena banyak jumlahnya, mungkin juga tidak cukup Anda kenal karena tidak pernah bertemu muka. Para calon legislatif yang akan Anda pilih, harus dipastikan bahwa mereka itu memang orang baik, menghayati nilai-nilai agama dengan baik dan jujur, peduli terhadap sesama, berpihak kepada rakyat kecil, cinta damai dan anti kekerasan. Calon legislatif yang jelas-jelas berwawasan sempit, mementingkan kelompok, dikenal tidak jujur, korupsi dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kedudukan tidak layak dipilih. Hati-hatilah dengan sikap ramah-tamah dan kebaikan yang ditampilkan calon legislatif hanya ketika berkampanye, seperti membantu secara material atau memberi uang. Hendaklah Anda tidak terjebak atau ikut dalam politik uang yang dilakukan para caleg untuk mendapatkan dukungan suara. Perlulah Anda mencari informasi mengenai para calon yang tidak Anda kenal dengan pelbagai cara. Demi terjaga dan tegaknya bangsa ini, perlulah kita memperhitungkan calon legislatif yang mau berjuang untuk mengembangkan sikap toleran dalam kehidupan antarumat beragama dan peduli pada pelestarian lingkungan hidup. Pilihan kepada calon legislatif perempuan yang berkualitas untuk DPR, DPD dan DPRD merupakan salah satu tindakan nyata mengakui kesamaan martabat dalam kehidupan politik antara laki-laki dan perempuan, serta mendukung peran serta perempuan dalam menentukan kebijakan dan mengambil keputusan.

Kriteria Partai Politik
Kita bersyukur atas empat kesepakatan dasar dalam berbangsa dan bernegara yakni Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika. Kita percaya bahwa hanya dengan mewujudkan keempat kesepakatan tersebut, bangsa ini akan mampu mewujudkan cita-citanya. Oleh karena itu, dalam memilih partai perlu memperhatikan sikap dan perjuangan mereka dalam menjaga keempat kesepakatan tersebut. Hal yang penting untuk menjadi pertimbangan kita adalah partai yang memiliki calon legislatif dengan kemampuan memadai dan wawasan kebangsaan yang benar. Partai yang memperjuangkan kepentingan kelompoknya apalagi tidak berwawasan kebangsaan, hendaknya tidak dipilih.

Pengawasan atas Jalannya Pemilu
Setiap warga negara diharapkan ikut memantau dan mengawasi proses dan jalannya Pemilu. Pengawasan itu bukan hanya pada saat penghitungan suara, melainkan selama proses Pemilu berlangsung demi terlaksananya Pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil (Luber Jurdil). Kita perlu mendorong dan memberikan dukungan kepada kelompok-kelompok dalam masyarakat yang dengan cermat mengikuti dan mengritisi proses jalannya Pemilu. Hendaknya Anda mengikuti secara cermat proses penghitungan suara bahkan harus terus mengawasi pengumpulan suara dari tingkat Tempat Pemungutan Suara (TPS) sampai ke tingkat kecamatan dan kabupaten agar tidak terjadi rekayasa dan kecurangan.

Pemilu yang Aman dan Damai
Amat penting bagi semua warga masyarakat untuk menjaga Pemilu berjalan langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil, damai dan berkualitas. Jangan sampai terjadi kekerasan dalam bentuk apapun, baik secara terbuka maupun terselubung, karena bila sampai terjadi kekerasan maka damai dan rasa aman tidak akan mudah dipulihkan. Perlu tetap waspada terhadap usaha-usaha memecah belah atau mengadu domba yang dilakukan demi tercapainya suatu target politik. Bila ada sesuatu yang bisa menimbulkan kerawanan, khususnya dalam hal keamanan dan persatuan ini, partisipasi segenap warga masyarakat untuk menangkalnya sangat diharapkan.

Calon Legislatif
Para calon legislatif, kami hargai Anda karena tertarik dan terpanggil terjun dalam dunia politik. Keputusan Anda untuk mempersembahkan diri kepada Ibu Pertiwi melalui jalan itu akan menjadi kesempatan untuk berkontribusi secara berarti bahkan maksimal bagi tercapainya cita-cita bangsa Indonesia. Karena itu, tetaplah memegang nilai-nilai luhur kemanusiaan, serta tetap berjuang untuk kepentingan umum dengan integritas moral dan spiritualitas yang dalam. Anda dipanggil dan diutus menjadi garam dan terang!

Saudara-saudari terkasih,
Ikutlah memilih. Dengan demikian Anda ikut serta dalam menentukan masa depan bangsa. Sebagai umat beriman, marilah kita mengiringi proses pelaksanaan Pemilu dengan doa memohon berkat Tuhan, semoga Pemilu berlangsung dengan damai dan berkualitas serta menghasilkan wakil-wakil rakyat yang benar-benar memperhatikan rakyat dan berjuang untuk keutuhan Indonesia. Dengan demikian cita-cita bersama, yaitu kebaikan dan kesejahteraan bersama semakin mewujud nyata.

Semoga Bunda Maria, Ibu segala bangsa, senantiasa melindungi bangsa dan negara kita dengan doa-doanya.


Jakarta, Januari 2014

KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA

Mgr. Ignatius Suharyo
Ketua

Mgr. Johannes Pujasumarta
Sekretaris Jenderal

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Senin, 09 Desember 2013

Evangelii Gaudium dan Revolusi Cinta

"I prefer a Church which is bruised, hurting and dirty because it has been out on thestreets, rather than a Church which is unhealthy from being confined and fromclinging to its own security" (49) –  "Saya lebih bersimpati pada Gereja yang rapuh, terluka dan kotor karena menceburkan diri ke jalan-jalan, ketimbang sebuah Gereja yang sakit lantaran tertutup dan mapan mengurus dirinya sendiri."
Seruan ini dikumandangkan oleh Paus Fransiskus kepada umat Katolik di seantero jagad dalam Seruan Apostoliknya berjudul Evangelii Gaudium (Sukacita Injili) hari Selasa, 26 November 2013. Seruan Apostolik ini boleh dibilang sebagai program kerja Paus Fransiskus. Ia mencita-citakan sebuah Gereja yang lebih terbuka, yang mampu menampilkan diri sebagai sebuah budaya tandingan (counterculture) bagi gambaran manusia homo economicus yang tengah terpasung perangkap budaya konsumerisme.
Akar dari konsumerisme adalah kapitalisme tanpa kendali yang tengah menghancurkan dunia dan menebarkan malaikat maut ke segala penjuru kehidupan manusia. Tak ada sistem sosial yang tidak tunduk pada imperatif ekonomi pasar bebas yakni profit. Yang tak mendatangkan profit dianggap tidak ada atau harus ditiadakan. Dalam sebuah tatanan sosial yang tunduk pada logika profit sebagai prinsip sakral, term-term seperti solidaritas, keadilan sosial dan subsidiaritas tak mendapat tempat. Karena itu atas nama efisiensi, persaingan bebas dan kalkulasi untung rugi, pelayanan-pelayanan publik di bidang kesehatan, pendidikan, air bersih, pangan, transportasi umum semuanya diprivatisasi.
Kapitalisme terutama dalam wajahnya yang paling ekstrim yakni neoliberalisme bertanggung jawabatas ketidakadilan, kemiskinan, peperangan dan kematian massal. Sistem ekonomi kapitalis adalah mesin pembunuh umat manusia, tulis Paus Fransiskus. Kapitalisme berfungsi berdasarkan hukum rimba. Sistem kapitalisme telah menciptakan bentuk-bentuk perbudakan baru seperti sindikat perdagangan manusia untuk kepentingan tenaga kerja murah di pabrik-pabrik, prostitusi dan pekerja anak di bawah umur. Persoalan-persoalan ini harus mengganggu ketenangan nurani kemanusiaan setiap orang beriman.
Karena itu Paus  meminta semua orang Kristen agar dengan cara-cara damai menentang sistem ekonomi yang eksploitatif tersebut. Sebab Fransiskus lebih menaruh simpati pada model Gereja yang rapuh seperti bejana tanah liat dan kotor karena menceburkan diri dalam pergulatan umat manusia ketimbang Gereja yang sakit karena membangun menara gading dan sibuk mengurus birokrasinya sendiri.
Gereja tidak boleh menarik diri dari dunia, tapi harus masuk ke tengah dunia. Gereja harus menjadi Gereja missioner. Itu berarti, Gereja harus mewartakan Sabda Allah yang membebaskan. Ia harus mampu mendengarkan jeritan para tawanan, menyembuhkan yang sakit, mengadvokasi para korban yang dirampas hak-haknya, dan menurunkan semua yang congkak dari singgasana kekuasaan termasuk singgasana imperium ekonomi yang dibangun di atas piramida kurban manusia.
Keterlibatan misioner Gereja ini harus dibangun atas basis spiritualitas yang kokoh yakni iman akan inkarnasi. "Lewat peristiwa inkarnasi Putera Allah telah mengundang kita menuju revolusi cinta yang mesrah," (88). Yesus adalah seorang revolusioner dan sekaligus panutan satu-satunya bagi semua orang Kristen. Dalam nada teologi pembebasan dan pisau analisis Marxian,Paus Fransiskus berpandangan bahwa seorang Kristen yang tidak revolusioner sudah pasti bukan Kristen. Perubahan dunia menuju yang lebih baik hanya mungkin lewat revolusi gaya hidup yang radikal baik pada tataran individual mapun struktural.
Revolusi cinta itu hanya mungkin tercapai jika kita menjadi simbol harapan bagi dunia dan tidak terjerumus ke dalam bahaya pesimisme yang radikal. Pesimisme radikal adalah ciri khas masyarakat yang menggantungkan seluruh hidupnya pada "yang duniawi" semata dan menutup diri terhadap hal-hal adikodrati. Pesimisme radikal adalah karakter dasar orang-orang yang hidup tanpa Allah. Hal ini tampak dalam patologi sosial seperti pragmatisme, individualisme, krisis identitas dan raibnya idealisme.
Dalam situasi ini orang cenderung menarik diri dari dunia dan mencari rasa aman dalam spiritualitas kesenangan (spiritualityof well-being)" minus hidup komunitas atau "teologi kemakmuran tanpa solidaritas sosial bagi kaum miskin" (90). Spiritualitas dan teologi seperti ini tidak pernah mencari kehendak Allah, tapi keamananan dan kebesaran dirinya sendiri (93).
Orang miskin mendapat tempat istimewa dalam seruan apostolik Paus Fransiskus. Orang-orang miskin mampu menobatkan Gereja dari Gereja triumfalistik menuju Gereja yang melayani dan dialogal. Karena itu bagi Gereja, orang miskin pada tempat pertama merupakan sebuah kategori teologis, baru pada tahap berikutnya dipandang sebagai kategori sosiologis dan politis. "Karena itu saya mencita-citakan sebuah Gereja yang miskin untuk orang-orang miskin" (198). Dan setiap komunitas dalam Gereja yang melupakan kaum miskin akan berada dalam bahaya menghancurkan dirinya sendiri, sebab tanpa keberpihakan pada kaum miskin kegiatan religious tidak menghasilkan buah dan akan mabuk sempoyongan dalam candu spirituality of well-being (207).
Paus Fransiskus mendorong Gereja untuk memberi perhatian khusus bagi kaum lemah dan termarginalkan. Mereka adalah para pengungsi, tunawisma, para pecandu narkoba, penduduk asli yang terpinggirkan dan para penderita HIV. Negara-negara industry maju diminta untuk lebih membuka diri terhadap para pengungsi dari dunia ketiga. Dengan kedatangan para pengungsi negara-negara maju tidak perlu takutakan kehilangan identitas, tapi harus berani menciptakan sintesis kultural yang baru (210).
Evangelii Gaudium mengundang semua umat beriman untuk bercermin pada hidup para pengarang injil yang selalu membuka diri terhadap karya Roh Kudus. Roh Kudus mengaruniakan kita kekuatan untuk mewartakan kabar gembira secara baru kapan dan di mana saja, kendati harus melawan arus zaman. Untuk itu Paus Fransiskus memberanikan seluruh Gereja: "Lantaran kita tidak selalu menyaksikan benih-benih yang sedang bertumbuh itu, maka kita membutuhkan kepastian dan keyakinan hakiki bahwa Allah dapat bertindak setiap saat, juga di saat-saat kegagalan, sebab harta ini kita punyai dalam bejana tanah liat" (279).
 
Otto Gusti SVD, Dosen Filsafat Politik dan HAM di STFK Ledalero, Maumere, Flores.
Artikel ini telah dimuat di Pos Kupang pada 5 Desember 2013
__._,_.___
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Minggu, 08 Desember 2013

Surat Gembala KWI - 2013: Jadilah Pembela Kehidupan! Lawanlah Penyalahgunaan Narkoba!

Saudara-saudari terkasih dalam Tuhan,

1. Setelah mengadakan studi mengenai narkoba dengan tema "Komitmen dan Peran Nyata Gereja Katolik Indonesia dalam Menyikapi Masalah Narkoba", kami para Uskup yang tergabung dalam Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengajak seluruh umat untuk membela dan mencintai kehidupan dengan memerangi narkoba. Hari studi tersebut kami adakan karena keprihatinan kami yang mendalam atas semakin luasnya penyalahgunaan narkoba di negeri kita ini. Penyalahgunaan narkoba merupakan kejahatan dan masalah sosial yang merusak sendi-sendi kehidupan baik bagi pengguna, keluarga maupun masyarakat. Terhadap kejahatan dan masalah sosial ini Gereja tidak boleh diam. Diteguhkan oleh sabda Tuhan, "Aku datang, agar mereka semua mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan" (Yoh 10:10b), kami mengajak seluruh umat melawan kejahatan sosial tersebut.
Penyalahgunaan Narkoba

2. Istilah "narkoba" merupakan kependekan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syarat pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Sedangkan bahan adiktif lainnya adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan. (Catatan: pada saatnya akan diuraikan secara lebih lengkap dalam Nota Pastoral yang akan terbit kemudian).

3. Pada saat ini ancaman penyalahgunaan narkoba sudah sampai taraf yang sangat mengkhawatirkan dan menunjukkan peningkatan yang serius, bahkan telah berkembang menjadi kejahatan yang terkait dengan kejahatan lainnya. Juga karena penyebarannya yang hampir merata di seluruh Indonesia dengan tidak mengenal status, golongan, profesi, latar belakang, agama, suku, ras, penduduk desa maupun kota dan lain-lain. Semua orang bisa menjadi sasaran kejahatan penyalahgunaan narkoba.

4. Pihak-pihak yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba adalah produsen, pengedar dan korban. Peranan mereka berbeda-beda, maka sikap kita dalam menghadapinya pun harus berbeda. Memproduksi narkoba secara tidak sah adalah kejahatan yang tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun. Mengedarkan narkoba secara illegal juga merupakan kejahatan karena pengedar menebarkan bahaya bagi kehidupan sesama manusia. Korban adalah pihak yang harus diberi empati dan pertolongan, agar mampu keluar dari situasinya.

Akibat
5. Penyalahgunaan narkoba dapat mengakibatkan gangguan perilaku, emosi dan cara berpikir karena yang diserang oleh narkoba adalah susunan syaraf pusat. Kerusakan ini permanen atau bersifat tetap, tidak bisa disembuhkan dan hanya bisa dipulihkan. Karena itu, pengguna akan mengalami kerusakan fisik, psikis dan spiritual. Kerusakan fisik yang ditimbulkan oleh narkoba menjadikan pengguna rentan terhadap banyak penyakit dan kelemahan fisik lainnya, yang tidak bisa dipulihkan seperti semula. Kerusakan psikis menjadikan pengguna tidak mampu bernalar secara baik dan bertingkah laku secara wajar. Kerusakan spiritual menjadikan pengguna tidak mempunyai pegangan hidup, tidak otonom dalam menentukan pilihan moral, dan mudah dipermainkan oleh keinginan-keinginan untuk mengkonsumsi narkoba.

6. Narkoba merusak relasi antaranggota keluarga, kerukunan dan kebahagiaannya serta merusak ekonomi keluarga. Bila keluarga rusak, rusak pula masyarakat. Dalam masyarakat yang rusak itu tindak kejahatan meningkat, kekerasan dan kerusakan moral serta gangguan keamanan merajalela. Biaya penanggulangan dan rehabilitasi korban yang diperlukan sangat besar sehingga menggerogoti anggaran negara.

7. Penyalahgunaan narkoba adalah pelanggaran serius terhadap harkat dan martabat manusia. Narkoba merusak pribadi manusia yang diciptakan Allah menurut citra-Nya, "menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka" (Kej. 1:27). Kita menyadari, bahwa manusia itu mempunyai hak dan kewajiban untuk memelihara, mengembangkan, mencintai, dan membela kehidupan yang adalah anugerah Allah.

Pencegahan
8. Berhadapan dengan penyalahgunaan narkoba ini, kita tidak bisa tinggal diam. Kita harus pro-aktif bergerak bersama warga masyarakat lainnya untuk mengatasi masalah ini. Sekuat mungkin kita harus mencegah penyalahgunaan narkoba, jangan sampai seorang pun jatuh menjadi korban narkoba. Dalam keluarga, para orangtua hendaknya sungguh-sungguh mencintai, mengenal dan memperhatikan anak secara cermat. Jangan sampai anak merasa tidak diperhatikan dan tidak dicintai oleh orangtuanya yang sibuk dengan urusan sendiri. Pengalaman tidak diperhatikan, kesepian karena kurang cintakasih dapat menjadi pintu masuk narkoba dalam hati dan pikiran anak, untuk mencoba obat-obat berbahaya itu. Di sekolah-sekolah (Kelompok Belajar, SD, SMP, SMA/SMK, dan Perguruan Tinggi) para guru dan dosen hendaknya memperhatikan secara teliti para peserta didik dan teman-teman pergaulan mereka, sehingga terlindung dari bahaya penyalahgunaan narkoba. Kerjasama terpadu antara orangtua dan guru sangat penting bagi kehidupan generasi muda agar terhindar dari bahaya narkoba. Di samping keluarga dan sekolah, lingkungan kerja dan komunitas-komunitas pergaulan harus memperhatikan bahaya narkoba ini.

Rehabilitasi
9. Terhadap korban penyalahgunaan narkoba harus kita usahakan, agar mereka dirawat sehingga pulih dan sehat kembali. Menjebloskan para korban narkoba ke dalam penjara bukan penyelesaian masalah narkoba. Pada umumnya mereka adalah korban dari para produsen dan pengedar narkoba. Sedangkan di dalam penjara, keadaan mereka semakin diperparah. Ada baiknya agar para korban narkoba tidak dihukum penjara melainkan diwajibkan menjalani terapi rehabilitasi. Mereka yang berada dalam penjara perlu mendapat perhatian dan kunjungan yang menyembuhkan. Sedangkan para produsen dan pengedar narkoba seharusnya dihukum berat. Untuk memulihkan korban perlu diadakan rumah rehabilitasi yang dikelola secara benar dan bertanggungjawab dengan pendampingan medis, psikologis dan rohani. Untuk itu Rumah Sakit Katolik hendaknya secara pro-aktif ambil bagian dalam menolong korban penyalahgunaan narkoba.

Saudara-saudari terkasih dalam Tuhan,
Marilah kita bergerak bersama menjadi pembela dan pencinta kehidupan dengan melawan penyalahgunaan narkoba melalui kerjasama terpadu. Gerakan anti narkoba harus kita mulai dari dalam Gereja sendiri dengan melibatkan pribadi-pribadi, keluarga, sekolah, kelompok, tim kerja serta komisi-komisi pada tingkat paroki, keuskupan maupun nasional menurut tugas dan tanggungjawabnya masing-masing. Kerjasama terpadu dengan pihak-pihak mana pun, baik
pemerintah (misalnya dengan Badan Narkotika Nasional) maupun swasta, harus kita lakukan untuk memperkuat gerakan anti narkoba. Korban penyalahgunaan narkoba adalah pribadi-pribadi yang telah kehilangan masa lalu dan masa kini maka jangan sampai mereka juga kehilangan masa depannya. Selamatkan korban dan pulihkan kembali martabatnya. Seraya memohon bantuan Bunda Maria, ibu kehidupan, semoga tekad kita menjadi pembela kehidupan dengan memerangi penyalahgunaan narkoba dilindungi dan diberkati oleh Allah yang mahakuasa dan mahapenyayang. Amin.

 Jakarta, 15 November 2013
KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA,
Mgr. Ignatius Suharyo K e t u a
Mgr. Johannes Pujasumarta Sekretaris


Powered by Telkomsel BlackBerry®