Salam Damai Kristus,

Sebuah kontribusi para mantan frater, pastor, suster, bruder, dll bagi pembangunan kehidupan bersama yang lebih baik. Kirimkan artikel apa saja yang mau ditampilkan pada blog ini ke email: mantan.frater09@gmail.com Atas kunjungannya, terima kasih.

Rabu, 26 November 2014

Pesan Natal Bersama KWI-PGI Tahun 2014: Berjumpa dengan Allah dalam Keluarga



BERJUMPA DENGAN ALLAH DALAM KELUARGA

“Mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu” (Luk 2:16)



Dalam perayaan Natal tahun ini, kami mengajak seluruh umat Kristiani untuk menyadari kehadiran Allah di dalam keluarga dan bagaimana keluarga berperan penting dalam sejarah keselamatan. Putera Allah menjadi manusia. Dialah Sang Imanuel; Tuhan menyertai kita. Ia hadir di dunia dan terlahir sebagai Yesus dalam keluarga yang dibangun oleh pasangan saleh Maria dan Yusuf.

Melalui keluarga kudus tersebut, Allah mengutus Putera Tunggal-Nya ke dalam dunia yang begitu dikasihi-Nya. Ia datang semata-mata untuk menyelamatkan manusia dari kekuasaan dosa. Setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak akan binasa, tetapi akan memperoleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16-17).



Natal: KelahiranPutera Allah dalamKeluarga

Kelahiran Yesus menguduskan keluarga Maria dan Yusuf dan menjadikannya sumber sukacita yang mengantar orang berjumpa dengan Allah. Gembala datang bergegas menjumpai keluarga Maria, Yusuf, dan Yesus yang terbaring dalam palungan. Perjumpaan itu menyebabkan mereka pulang sebagai kawanan yang memuliakan Allah (Luk 2: 20). Orang-orang Majus dari Timur sampai pada Yesus dengan bimbingan bintang, tetapi pulang dengan jalan yang ditunjukkan Allah dalam mimpi (Mat 2: 12). Perjumpaan dengan Yesus menyebabkan orientasi hidup para gembala dan Majus berubah. Mereka kini memuji Allah dan mengikuti jalan-Nya.

Natal merupakan sukacita bagi keluarga karena Sumber Sukacita memilih hadir di dunia melalui keluarga. Sang Putera Allah menerima dan menjalani kehidupan seorang manusia dalam suatu keluarga. Melalui keluarga itu pula, Ia tumbuh dan berkembang sebagai manusia yang taat pada Allah sampai mati di kayu salib. Di situlah Allah yang selalu beserta kita turut merasakan kelemahan-kelemahan kita dan kepahitan akibat dosa walaupun ia tidak berdosa (bdk. Ibr. 4:15).

Keluarga sebagai Tanda Kehadiran Allah

Allah telah mempersatukan suami-istri dalam ikatan perkawinan untuk membangun keluarga kudus. Mereka dipanggil untuk menjadi tanda kehadiran Allah bagi satu sama lain dalam ikatan setia dan bagi anak-anaknya dalam hubungan kasih. Keluarga merekapun menjadi tanda kehadiran Allah bagi sesama. Berkat perkawinan Kristen, Yesus, yang dahulu hadir dalam keluarga Maria dan Yusuf, kini hadir juga dalam keluarga kita masing-masing. Allah yang bertahta di surga tetap hadir dalam keluarga dan menyertai para orangtua dan anak-anak sepanjang hidup.

Dalam keluarga, sebaiknya Firman Tuhan dibacakan dan doa diajarkan. Sebagai tanggapan atas Firman-Nya, seluruh anggota keluarga bersama-sama menyampaikan doa kepada Allah, baik yang berupa pujian, ucapan syukur, tobat, maupun permohonan. Dengan demikian, keluarga bukan hanya menjadi rumah pendidikan, tetapi juga sekolah doa dan iman bagi anak-anak.

Dalam Perjanjian Lama kita melihat bagaimana Allah yang tinggal di surga hadir dalam dunia manusia. Kita juga mengetahui bahwa lokasi yang dipergunakan untuk beribadah disebut tempat kudus karena Allah pernah hadir dan menyatakan diri di tempat itu untuk menjumpai manusia. Karena Sang Imanuel lahir dalam suatu keluarga, keluargapun menjadi tempat suci. Di situlah Allah hadir. Keluarga menjadi ”bait suci”, yaitu tempat pertemuan manusia dengan Allah.

Tantangan Keluarga Masa Kini

Perubahan cepat dan perkembangan dahsyat dalam berbagai bidang bukan hanya memberi manfaat, tetapi juga membawa akibat buruk pada kehidupan keluarga. Kita jumpai banyak masalah keluarga yang masih perlu diselesaikan, seperti kemiskinan, pendidikan anak, kesehatan, rumah yang layak, kekerasan dalam rumah tangga, ketagihan pada minuman dan obat-obatan terlarang, serta penggunaan alat komunikasi yang tidak bijaksana. Apalagi ada produk hukum dan praktek bisnis yang tidak mendukung kehidupan seperti pengguguran, pelacuran, dan perdagangan manusia. Permasalahan-permasalahan tersebut mudah menyebabkan konflik dalam keluarga. Sementara itu, banyak orang cenderung mencari selamat sendiri; makin mudah menjadi egois dan individualis.

Dalam keadaan tersebut, keluhuran dan kekudusan keluarga mendapat tantangan serius. Nilai-nilai luhur yang mengekspresikan hubungan cinta kasih, kesetiaan, dan tanggungjawab bisa luntur. Saat-saat kudus untuk beribadat dan merenungkan Sabda Allah mungkin pudar. Kehadiran Allah bisa jadi sulit dirasakan. Waktu-waktu bersama untuk makan, berbicara, dan berekreasipun menjadi langka. Pada saat itu, sukacita keluarga yang menjadi dasar bagi perkembangan pribadi, kehidupan menggereja, dan bermasyarakat tak mudah dialami lagi.

Natal: Undangan Berjumpa dengan Allah dalamKeluarga

Natal adalah saat yang mengingatkan kita akan kehadiran Allah melalui Yesus dalam keluarga. Natal adalah kesempatan untuk memahami betapa luhurnya keluarga dan bernilai- nya hidup sebagai keluarga karena di situlah Tuhan yang dicari dan dipuji hadir. Keluarga sepatutnya menjadi bait suci di mana kesalahan diampuni dan luka-luka disembuhkan.

Natal menyadarkan kita akan kekudusan keluarga. Keluarga sepantasnya menjadi tempat di mana orang saling menguduskan dengan cara mendekatkan diri pada Tuhan dan saling mengasihi dengan cara peduli satu sama lain. Para anggotanya hendaknya saling mengajar dengan cara berbagi pengetahuan dan pengalaman yang menyelamatkan. Mereka sepatutnya saling menggembalakan dengan memberi teladan yang baik, benar, dan santun.

Natal mendorong kita untuk meneruskan sukacita keluarga sebagai rumah bagi setiap orang yang sehati-sejiwa berjalan menuju Allah, saling berbagi satu sama lain hingga merekapun mengalami kesejahteraan lahir dan batin. Natal mengundang keluarga kita untuk menjadi oase yang menyejukkan, di mana Sang Juru Selamat lahir. Di situlah sepantasnya para anggota keluarga bertemu dengan Tuhan yang bersabda: ”Datanglah kepadaKu, kamu yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Mat 11: 29) Dalam keluarga di mana Yesus hadir, yang letih disegarkan, yang lemah dikuatkan, yang sedih mendapat penghiburan, dan yang putus asa diberi harapan.

Kami bersyukur atas perjuangan banyak orang untuk membangun keluarga Kristiani sejati, di mana Allah dijumpai. Kami berdoa bagi keluarga yang mengalami kesulitan supaya diberi kekuatan untuk membuka diri agar Yesus pun lahir dan hadir dalam keluarga mereka.

Marilah kita menghadirkan Allah dan menjadikan keluarga kita sebagai tempat layak untuk kelahiran Sang Juru Selamat. Di situlah keluarga kita menjadi rahmat dan berkat bagi setiap orang; kabar sukacita bagi dunia.


SELAMAT NATAL 2014 DAN TAHUN BARU 2015



Jakarta, 21 November 2014

Atas nama

Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia, Konferensi Waligereja Indonesia,

Pdt. Dr. Andreas A. Yewangoe                    Mgr. Ignatius Suharyo
Ketua Umum                                                K e t u a

Pdt. Gomar Gultom                                     Mgr. Johannes Pujasumarta
Sekretaris Umum                                        Sekretaris Jenderal

Sumber: http://www.mirifica.net/2014/11/26/pesan-natal-bersama-kwi-pgi-tahun-2014/

Minggu, 16 November 2014

Wacana Sri Paus ke Indonesia: Ini Klarifikasi KWI

HARIAN The Jakarta Globe edisi hari Jumat tanggal 14 November 2014 melansir berita dengan judul menyenangkan tapi juga mengagetkan: "Archbishop: Pope Francis to Visit Indonesia in 2017".

Lalu dalam tubuh berita tertulis antara lain:"Pope Francis will visit the world's largest Muslim-majority nation in 2017, the secretary general of the Indonesian Bishops Conference (KWI) said on Thursday."

Kemudian berlanjut dengan kutipan pernyataan Sekjen KWI Mgr. Johannes Pujasumarta:

"The pope will come to Indonesia, to celebrate Asian Youth Day," said Mgr. Johannes Pujasumarta, the archbishop of Semarang. Johannes, who was speaking on the sidelines of a KWI meeting in Central Jakarta, said he could not yet confirm any details."

Klarifikasi KWI
Ketika berita tersebut kami konfirmasikan kepada jajaran KWI, maka Sekjen KWI Mgr. Johannes Pujasumarta lalu memberikan beberapa tanggapan klarifikasi atas pemberitaan tersebut.

Secara ringkas isinya demikian:

Akan ada dua pesta iman besar di kalangan OMK dengan tajuk besar: Youth Day.
Satunya adalah Indonesian Youth Day (IYD) pada tahun 2016 yang akan berlangsung di Keuskupan Manado, Sulawesi Utara. (Baca juga: Indonesian Youth Day 2012 di Sanggau, Kalbar: Ziarah Iman Menembus Batas (1)
Lainnya adalah 7th Asian Youth Day yang akan berlangsung di Keuskupan Agung Semarang tahun 2017 dan ini merupakan kelanjutan 6th Asian Youth Day yang baru saja berlangsung di Korea Selatan beberapa bulan lalu. (Baca juga: Hasil Sidang KWI: Indonesian Youth Day 2016 dan 7th Asian Youth Day 2017)
Memang benar bahwa KWI telah mengadakan diskusi dan berwacana ingin mengundang Bapa Suci agar berkenan menghadiri IYD 2016 di Keuskupan Manado. (Baca juga: Hasil Sidang KWI: Indonesian Youth Day 2016 dan 7th Asian Youth Day 2017)

Namun itu baru sebatas wacana saja, sekalipun hasrat dan keinginan mengundang datang Sri Paus ke Indonesia dalam pesta iman IYD 2016 disambut hangat di kalangan para Uskup Indonesia.

"Itu baru masuk tahapan usulan dan memang benar usulan itu telah disambut hangat oleh para Bapak Uskup," kata Sekjen KWI Mgr. Johannes Pujasumarta menjawab Sesawi.Net.

Menurut Mgr. Pujasumarta, pernyataan beliau mengenai KEMUNGKINAN kunjungan Bapa Suci Paus Fransiskus ke Indonesia baru sebatas usulan yang beredar dan disambut hangat oleh Sidang Tahunan 2014 KWI. Yakni, harapan agar Sri Paus berkenan menghadiri IYD 2016. (Baca juga: Indonesia: Tuan Rumah 7th Asian Youth Day 2017, Berharap Paus Datang)

"Bahwa pastinya Sri Paus akan berkenan hadir atau tidak, tentu kita tidak bisa memberikan jawaban pasti," tandas Uskup Agung Semarang ini.

Demikianlah sedikit klarifikasi yang diberikan Sekjen KWI Mgr. Johannes Pujasumarta berkaitan dengan berita di atas.

Sumber: http://www.mirifica.net/2014/11/14/wacana-sri-paus-ke-indonesia-ini-klarifikasi-kwi/
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 15 November 2014

Indonesian Youth Day 2016

Berkenan dengan perayaan Hari Orang Muda Se-Indonesia atau Indonesian Youth Day 2016 nanti, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) berencana mengundang Paus Fransiskus untuk berkunjung ke Indonesia. Rencana ini disampaikan Ketua KWI, Mgr.Ignatius Suharyo  setelah mengikuti  penutupan Sidang Tahunan KWI, Kamis (13/11/2014).

Indonesian Youth Day 2016 nanti akan diselenggarakan di Manado, Sulawesi Utara, dan dipastikan peristiwa akbar ini bakal melibatkan  orang-orang muda dari berbagai wilayah keusukupan di seluruh Indonesia.

"Dengan mempertimbangkan banyaknya orang muda yang akan mengikuti peristiwa sukacita tersebut, pada waktu itu kalau memungkinkan Paus akan diundang untuk hadir dalam perayaan tersebut," kata Mgr.Suharyo.

Mgr.Suharyo menyatakan kekagumannya terhadap sosok Paus Fransiskus yang  dalam berbagai kesempatan selalu berbicara mengenai gereja yang mesti pergi ke pinggiran dan menjadi seperti rumah sakit di medan perang, gereja yang peduli dengan penderita HIV/AIDS, dengan orang-orang lemah dan cacat, serta orang-orang muda yang seringkali menjadi korban dari tatanan modern saat ini.

"Diharapkan kehadiran Paus dapat memberikan pesan sukacita kepada orang-orang muda," lanjut Mgr.Suharyo.

Sekretaris Jenderal KWI, Mgr. Johannes Pujasumarta membenarkan adanya rencana tersebut. Ia mengatakan, jika tidak ada halangan yang berarti Paus akan diundang ke Indonesia untuk menghadiri perayaan tersebut.

"Ada banyak hal yang akan dipertimbangkan terkait rencana mengundang Paus ke Indonesian Youth Day 2016 nanti. Sebab pada tahun 2017, Indonesia juga akan menjadi tuan rumah  Hari Orang Muda Asia atau Asian Youth Day,"katanya.

Sumber: http://www.mirifica.net/2014/11/14/indonesian-youth-day-2016/
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Senin, 10 November 2014

Pengertian Kafir (perspektif Kristiani)

Kafir - pagans - Terjemahan kata Latin 'paganus' yang digunakan untuk menyebut orang-orang yang tinggal di desa-desa pelosok dalam kekaisaran Romawi. Mereka ini menerima pewartaan Injil dan kemudian menjadi Kristiani sesudah orang-orang kota. Dalam Perjanjian Lama (PL) dipakai kata 'goyim' (Ibrani: bangsa-bangsa) untuk menyebut orang-orang yang tidak mengenal Allah yang benar (Ul 7:1; Mzm 147:20). PL menolak penyembahan berhala yang dilakukan oleh orang-orang ini, sekaligus menyatakan bahwa karya penyelamatan Allah juga menyangkut orang-orang ini (Yes 2:1-4; 49:6; 60:1-3; Am 9:7, Yun). Abraham dipanggil untuk menyampaikan berkat ilahi kepada seluruh umat manusia (Kej 12:1-3). PL juga memperkenalkan tokoh-tokoh "kafir" yang suci seperti Melkisedek, Ratu Syeba, Ayub, dan Ruth. Santo Paulus menyatakan bahwa Allah berkenan membenarkan baik orang Yahudi maupun bangsa-bangsa lain (Rm 3:29; 9:24; 15:8-12; lih. Luk 2:29-32). Penganut agama-agama lain sering kali disebut "kafir" dalam arti yang tidak baik. Takhayul dan praktek-praktek keagamaan asli yang dilakukan oleh orang-orang yang sudah menjadi Kristiani juga disebut kafir. Konsili Vatikan II menghindari penggunaan kata "orang kafir" dan lebih memilih istilah "bangsa-bangsal (Latin, gentes) yang masih perlu menerima pewartaan injil.

Sumber: Sumber: Gerard O'Collins, SJ dan Edward G. Farrugia, SJ dalam Kamus Teologi, Kanisius: Yogyakarta 1996
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Definisi Agama

Agama

Religion - (Latin. 'diikat'). Pada dasarnya agama adalah sikap dasar manusia yang seharusnya kepada Allah, Pencipta, dan Penebusnya. Agama mengungkapkan diri dalam sembah dan bakti sepenuh hati kepada Allah yang mencintai manusia. Karl Barth (1886-1968) melawankan iman (yang didasarkan pada Sabda Allah dan tergantung pada rahmat ilahi) dengan 'agama' yang ia sebut melulu sebagai hasil usaha manusia yang tidak ada gunanya.

Agama-agama

Religion - sistem kepercayaan kepada Yang Ilahi dan tanggapan manusia kepada-Nya, termasuk kitab-kitab yang suci, ritus kultis, praktik etis para penganutnya. Orang-orang Kristiani pada umumnya dan orang-orang Katolik pada khususnya diharapkan dapat hidup dalam tegangan antara tugas evagelisasi dan dialog, yang masing-masing dikemukakan dalam Dekrit Ad Gentes (tentang kegiatan misioner Gereja) dan Nostra Aetate (tentang hubungan Gereja dengan agama-agama bukan kristiani) dari Konsili Vatikan II.

Agama-agama Dunia

World Religions - agama-agama besar yang disebut demikian karena usia, jumlah penganut, dan ajarannya. Setiap daftar mengenai agama-agama ini selalu dapat dipermasalahkan, namun sekurang-kurangnya dapa disebutkan: agama Kristiani, Yahudi, Islam, Budhisme, Hinduisme, dan Taoisme.

Sumber: Gerard O'Collins, SJ dan Edward G. Farrugia, SJ dalam Kamus Teologi, Kanisius: Yogyakarta 1996
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 06 November 2014

Gereja Katolik (di) Indonesia



ilustrasi: Gereja Katolik
Oleh Justinus Prastowo, Alumnus magister STF Driyarkara Jakarta

Meski telah lebih  dari tiga abad iman Kristen diperkenalkan dan ditabur di bumi Nusantara, proses kontekstualisasi tak selamanya mudah dan mulus. Bahkan, tak jarang sentimen yang mengaitkan keyakinan Kristen dengan budaya Barat, mentalitas penjajah, dan superioritas kerap terdengar. Alih-alih sebagai oase menyejukkan, Gereja kadang dianggap sebagai ancaman. Tanpa berpretensi menuntaskan, pergumulan identitas Gereja Katolik Indonesia patut direfleksikan.

Persoalan Identitas

Benarkah Gereja identik dengan Barat? Hal yang tak mudah dijawab. Bukan lantaran ada babak sejarah yang dibelokkan, melainkan karena kristianitas adalah muara  silang budaya yangkhas. Ia lahir dari rahim budaya Timor Tengah, diasuh oleh budaya Yunani, lalu besar dan dalam kultur Barat. Kristianitas membentuk budaya Barat dan identik dengannya. Sejarah Barat jelas tak mungkin dipisahkan dari kristianitas. Namun kristianitas melampauai budaya Barat. Sejarah mencatat, iman kristen sejak awal  tumbuh subur dan terawat baik di Asia dan Afrika Utara. John O’Malley, SJ – ahli sejarah Gereja – bahkan menyebut, jantung dan hakekat kristianitas berada di antara Yerusalem dan Athena, dua pusat kekristenan penting.

Namun di akhir abad XX, populasi umat Kristen di benua non Eropa semakin dominan. Kristianitas pun menghadapai tantangan yang tak mudah, antara mempertahankan warisan budaya dan tradisi Barat sebagai identitas  dengan tantangan membuka diri dan melebur dengan budaya setempat. Gereja juga bergumul dengan persoalan konkret yang sama sekali berbeda dan bukan menjadi persoalan Barat. Perjuangan melawan diskriminasi, intoleransi, menghadapi keragaman keyakinan, kemiskinan ekstrim, kesenjangan yang menganga, perang, wabah penyakit dan sebagainya. Di satu sisi, Gereja disuguhi ladang pengabdian untuk bersaksi nyata bersama sesama umat beriman. Namun di sisi lain, secara sosio-politik dominasi Barat dalam ekonomi politik tak jarang menempatkan Gereja dalamposisi serba salah untuk mengambil jarak. Pada titik ini, Gereja ditantang untuk meneliti perjalanan sejarahnya: apakah telah melebur dan bersenyawa dengan elemen masyarakat dan budaya lain ataukah masih berada dalam bayang-bayang budaya Barat yang menjadikannya terus berjarak dengan situasi konkret?

Konteks Indonesia

Dilema di atas dapat diringkas dalam pertanyaan reflektif: adakah Gereja Katolik setempat? Atau dalam konteks kita, adakah Gereja Katolik Indonesia? Apakah Gereja yang lahir dan tumbuh di bumi nusantara ini masih merupakah perpanjangan tangan mentalitas Barat yang ingin memberadabkan sesama, mengulurkan bantuan demi proselitisme, mengimani Yesus yang sama sekali berbeda dengan Nabi Isa, dan mengagungkan simbol ritual sebagai representasi superioritas terhadap budaya setempat?

Sejarah pula yang menyediakan semesta jawaban. Kita dapat bercermin pada dua komunitas Gereja yang tahun ini tetap kokoh mengarungi waktu. Gereja Katolik Sumba dan Gereja Katolik Kampung Sawah Bekasi memperingati 125 tahun dan 118 tahun pergumulan mereka dengan budaya setempat. Apa yang khas dari dua komunitas ini adalah kuatnya warna budaya setempat tanpa melunturkan ekspresi imanKatolik. Di kedua tempat ini, Yesus hadir membaur dengan denyut nasib masyarakat setempat. Iman Katolik tidak menjadi tata nilai eksklusif dan dominan, melainkan justru menjadi inspirasi bagi keyakinan lain untuk semakin menghayati kebenaran iman dan merawat keluhuran nilai-nilai bersama.

Kedua komunitas tradisional ini menjadi contoh terbaik bagi pergumulan identitas Gereja Katolik. Kontekstualisasi tidak menggerus ciri khas kekatolikan, sebaliknya justru memberi legitimasi bagi pewartaan dan kesaksian iman. Apakah Gereja sekadar akan menjadi Gereja Katolik di Indonesia atau menjadi Gereja Katolik Indonesia? Pertanyaan yang jawabannya hanya akan ditemukan dalam kesungguhan kita menggoreskan babak sejarah baru, melahirkan semakin banyak Sumba dan Kampung Sawah di bumi Nusantara.

Sumber: Majalah Hidup Nomor 45 Tahun ke-68, 09 November 2014, Hlm. 14

Jumat, 31 Oktober 2014

Pengertian Indulgensi (Teologi)

Indulgences - pembebasan dari hukuman sementara yang disebabkan oleh dosa, yang sudah disesali dan diampuni. Penghapusan hukuman ini diberikan berkat jasa Kristus yang tanpa batas dan keikutsertaan orang-orang kudus dalam sengsara dan kemuliaanNya. Dalam sejarah Gereja zaman dulu, doa orang-orang yang menantikan kematian sebagai martir dapat mengurangi hukuman keras yang dijatuhkan kepada para pendosa yang bertobat. Pada abad keenam belas, penyalahgunaan pemberian indulgensi menyulut api reformasi. Hak untuk memberikan indulgensi pada dasarnya dipegang oleh Takhta Suci. Indulgensi penuh menghapuskan seluruh hukuman, sejau syarat-syarat untuk penerimaannya dipenuhi. Baik indulgensi sebagian maupun penuh dapat diberikan kepada orang-orang yang sudah meninggal di api penyucian. Dalam Apostolik Indulgentiarum Doctrina (1967), Paulus VI membatasi indulgensi penuh dan menekankan pentingya pertobatan pribadi dalam hati (Lih. DS 1467; KHK 929-997)


Sumber: Gerard O'Collins, SJ dan Edward G. Farrugia, SJ dalam Kamus Teologi, Kanisius: Yogyakarta 1996
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 11 September 2014

PERNYATAAN SIKAP KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA Terhadap PP No. 61 / 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi

"Orang yang mempunyai hidup, berhak untuk hidup karena dia sudah hidup dan mempunyai hidup"
 
Hidup itu berharga dan bernilai, maka harus dijaga, dipelihara dan dibela. Sejak awal kehidupan, Allah sendirilah yang menciptakan manusia, "Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku" (Mazmur 139:13). Karena Allah sendiri yang menghendaki karya penciptaan ini, manusia tidak berhak untuk menghentikan Karya Agung Allah ini dengan menyingkirkannya. Apalagi, perintah Allah begitu tegas: Jangan membunuh! (Keluaran 2,30) yang tidak hanya berlaku bagi manusia yang sudah lahir namun juga mereka yang masih berada dalam kandungan.
Gereja mengakui bahwa hidup manusia dimulai sejak pembuahan dan hidup itu harus dibela dan dihormati. Segala bentuk tindakan yang mengancam sejak awal kehidupan ini secara langsung, tidak dibenarkan.
1.     Nilai hidup manusia adalah nilai intrinsik yang ada dalam dirinya, dia bernilai oleh karena dirinya sendiri tanpa ada relasinya dengan pihak lain. Kecacatan atau penyakit yang dialami seseorang tidak mengurangi nilai dan martabat manusia. Oleh karena itu, aborsi dengan alasan kecacatan atau penyakit, tidak bisa dibenarkan.
 
2.     Tindak pemerkosaan dapat menyebabkan trauma psikologis, spiritual dan sosial bagi korbannya. Yang diperlukan adalah sikap belarasa terhadap korban dan memberi bantuan dalam pelbagai hal agar yang bersangkutan bisa bangkit dari penderitaannya dan menghilangkan traumanya sehingga bisa kembali hidup bahagia. Namun keinginan untuk bahagia tidak memberikan hak kepadanya untuk membunuh orang lain. Melakukan aborsi demi mencapai kebahagiaan ibu yang mengandung akibat perkosaan sama artinya dengan menggunakan orang lain (janin) sebagai alat dan tidak menghormatinya sebagai subyek. Hal ini merupakan pelanggaran berat terhadap martabat manusia yang adalah Gambar dan Citra Allah.
 
 
 
3.     Janin adalah makluk yang "lemah,  tidak dapat membela diri, bahkan sampai tidak memiliki bentuk  minimal pembelaan, yakni dengan kekuatan tangis dan air mata bayi yang dimiliki oleh bayi yang baru lahir, yang menyentuh hati.." (Evangelium Vitae no. 58). Padahal Allah adalah pembela kehidupan, terutama mereka yang lemah, miskin dan tidak mempunyai pembela. Di sinilah muncul prinsip vulnerability, dimana orang yang kuat harus membela dan melindungi yang lemah. Selaras dengan hati Allah yang membela yang kecil, lemah dan tidak bisa membela dirinya, maka Gereja memilih untuk berpihak pada mereka dan menegaskan untuk membela kehidupan yang sudah diyakini ada sejak pembuahan.
 
4.     Dalam Kitab Hukum Kanonik / KHK (Codex Iuris Canonici - CIC) ditegaskan: "Bagi mereka yang menganjurkan, mendorong dan melakukan tindakan aborsi, sesuai dengan Hukum Gereja, mereka terkena ekskomunikasi latae sententiae" (KHK 1398). Ekskomunikasi langsung atau otomatis.
 
Demikianlah pernyataan sikap kami terhadap PP No. 61/2014 tentang Kesehatan Reproduksi yang dikeluarkan oleh Pemerintah. Kami menolak pemberlakuan pasal 31 dan 34 yang menguraikan tentang pengecualian aborsi yang diakibatkan oleh indikasi kedaruratan medis dan kehamilan akibat perkosaan.
 
Jakarta, 5 September 2014
P R E S I D I U M
Konferensi WALIGEREJA  INDONESIA,
 
 
Mgr. Ignatius Suharyo
K e t u a
Mgr. Johannes Pujasumarta
Sekretaris Jenderal
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 06 September 2014

Sekilas Sejarah BULAN KITAB SUCI NASIONAL

Bulan September biasanya, Gereja Katolik Indonesia memasuki Bulan Kitab Suci Nasional. Pimpinan Gereja menganjurkan umat Katolik menjadi lebih akrab dengan Kitab Suci dengan berbagai cara, sehingga dengan demikian umat semakin tangguh dan mendalam imannya daam menghadapi kerumitan dan kesulitan hidup dewasa ini.

*Selintas Sejarah*

Pada bulan September telah dikhususkan oleh Gereja Katolik Indonesa sebagai
Bulan Kitab Suci Nasional. Di setiap keuskupan dilakukan berbagai kegiatan
untuk mengisi bulan ini, mulai di lingkungan, wilayah, paroki, biara,
maupun di kelompok-kelompok kategorial. Misalnya, lomba baca KS, pendalaman
KS di lingkungan, pameran buku, dan sebagainya. Terutama pada hari Minggu
pertama bulan itu, kita merayakan hari Minggu Kitab Suci Nasional. Perayaan
Ekaristi berlangsung secara meriah, diadakan perarakan khusus untuk KS, dan
KS ditempatkan di tempat yang istimewa. Sejak kapan tradisi Bulan Kitab
Suci Nasional ini berawal? Untuk apa?

Untuk mengetahui latar belakang diadakannya BKSN ini kita perlu menengok
kembali Konsili Vatikan II. Salah satu dokumen yang dihasilkan oleh KV II
yang berbicara mengenai KS adalah Dei Verbum. Dalam Dei Verbum para bapa
Konsili menganjurkan agar jalan masuk menuju Kitab Suci dibuka lebar-lebar
bagi kaum beriman (DV 22). Konsili juga mengajak seluruh umat beriman untuk
tekun membaca KS. Bagaimana jalan masuk itu dibuka? Pertama-tama, dengan
menerjemahkan KS ke dalam bahasa setempat, dalam hal ini Bahasa Indonesia.
Usaha ini sebenarnya telah dimulai sebelum KV II dan Gereja Katolik telah
selesai menerjemahkan seluruh KS, baik PL maupun PB. Namun, KV II
menganjurkan agar diusahakan terjemahan KS ekumenis, yakni terjemahan
bersama oleh Gereja Katolik dan Gereja Protestan. Mengikuti anjuran KV II
ini, Gereja Katolik Indonesia mulai "meninggalkan" terjemahan PL dan PB
yang merupakan hasil kerja keras para ahli Katolik, dan memulai kerja sama
dengan Lembaga Alkitab Indonesia. Dengan demikian, mulailah pemakaian KS
terjemahan bersama, yang merupakan terjemahan resmi yang diakui baik oleh
Gereja Katolik maupun Gereja-gereja Protestan di Indonesia. Yang membedakan
hanyalah Kitab-Kitab Deuterokanonika yang diakui termasuk dalam KS oleh
Gereja Katolik namun tidak diakui oleh Gereja-gereja Protestan.

Kitab Suci telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, namun umat
Katolik Indonesia belum mengenalnya, dan belum mulai membacanya. Mengingat
hal itu, Lembaga Biblika Indonesia, yang merupakan Lembaga dari KWI untuk
kerasulan Kitab Suci, mengadakan sejumlah usaha untuk memperkenalkan KS
kepada umat dan sekaligus mengajak umat untuk mulai membaca KS. Hal ini
dilakukan antara lain dengan mengemukakan gagasan sekaligus mengambil
prakarsa untuk mengadakan Hari Minggu Kitab Suci secara nasional. LBI
mengusulkan dan mendorong agar keuskupan-keuskupan dan paroki-paroki
seluruh Indonesia mengadakan ibadat khusus dan kegiatan-kegiatan sekitar KS
pada Hari Minggu tertentu.

LBI telah dua kali mencobanya. Pada tahun 1975 dalam rangka menyambut
terbitnya Alkitab lengkap ekumenis, LBI menyarankan agar setiap paroki
mengadakan Misa Syukur pada bulan Agustus. Bahan-bahan liturgi dan
saran-saran kegiatan yang dapat dilakukan beberapa bulan sebelumnya
dikirimkan ke keuskupan-keuskupan. Percobaan kedua dilakukan pada tahun
1976. Akhir Mei 1976 dikirimkan bahan-bahan langsung kepada pastor-pastor
paroki untuk Hari Minggu Kitab Suci tanggal 24/25 Juli 1976, ditambah
lampiran contoh pendalaman, leaflet, tawaran bahan diskusi, dan lain-lain.

Walaupun dua kali percobaan itu tidak menghasilkan buah melimpah seperti
yang diharapkan, LBI toh meyakini bahwa HMKS harus diteruskan dan
diusahakan, dengan tujuan sebagai berikut:

*1. Untuk mendekatkan dan memperkenalkan umat dengan sabda Allah. KS juga
diperuntukkan bagi umat biasa, tidak hanya untuk kelompok tertentu dalam
Gereja. Mereka dipersilahkan melihatnya dari dekat, mengenalnya lebih akrab
sebagai sumber dari kehidupan iman mereka. *
*2. Untuk mendorong agar umat memiliki dan menggunakannya. Melihat dan
mengagumi saja belum cukup. Umat perlu didorong untuk memilikinya paling
sedikit setiap keluarga mempunyai satu kitab suci di rumahnya. Dengan
demikian, umat dapat membacanya sendiri untuk memperdalam iman
kepercayaannya sendiri. *

Dalam sidang MAWI 1977 para uskup menetapkan agar satu Hari Minggu tertentu
dalam tahun gerejani ditetapkan sebagai Hari Minggu Kitab Suci Nasional.
Hari Minggu yang dimaksudkan adalah Hari Minggu Pertama September. Dalam
perkembangan selanjutnya keinginan umat untuk membaca dan mendalami KS
semakin berkembang. Satu Minggu dirasa tidak cukup lagi untuk mengadakan
kegiatan-kegiatan seputar Kitab Suci. Maka, kegiatan-kegiatan ini
berlangsung sepanjang Bulan September dan bulan ke-9 ini sampai sekarang
menjadi Bulan Kitab Suci Nasional

YM Seto Marsunu
Sekretaris Lembaga Biblika Indonesia (LBI)

Sumber :
http://indonesia.ucanews.com/2014/09/02/sekilas-sejarah-bulan-kitab-suci-nasional
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 03 Juli 2014

Kondisi Jakarta kian Menegangkan

Untuk kalangan sendiri


Berita dari Indonesia:

Kondisi Jakarta kian menegangkan, dan kondisi lapangan semakin kacau dengan teror, banjir uang suap bagi pembelian suara, dan aneka manipulasi kubu Prabowo. Di beberapa daerah Bogor, misalnya, tarif yang ditawarkan kubu Prabowo kepada seorang pemilih bahkan mencapai 1 juta rupiah.

Banyak saksi-saksi tentang berbagai bentuk manipulasi itu mau bicara ke
para wartawan dan berbagai manipulasi itu akan terus-menerus diledakkan secara publik. Juga banyak para resi dan penatua negeri ini yang
kemarahannya sudah mencapai ubun-ubun karena kelicikan dan ketidakjujuran kubu Prabowo, seperti Rm Magnis S.J., Goenawan Mohamad, Buya Syafii Maarif, dll.

Mengingat pilihan berdasarkan prinsip Ajaran Gereja sudah sedemikian jelas
(yaitu mencegah Prabowo), maka para uskup akan memandu dengan lebih
eksplisit ke mana pilihan umat mesti diarahkan, meskipun tanpa harus
menyebut nama, dalam tahap genting ini.

Dari kondisi dan assessment lapangan, wilayah2 yang sangat memprihatinkan
(karena umat masih bingung) mencakup juga wilayah Toraja dan Manado. Jawa Barat juga sangat kritis, karena Gubernur yang orang PKS (golongan Islam fundamentalis/garis keras) mengerahkan seluruh bupati, camat dan lurah.

Sementara itu dulu kabar dari Jakarta. Mohon doa selalu bagi kami dan
teman2 yang terus-menerus berjuang mencegah ketidakwarasan meremuk
tanah-air penjelmaan ini. Terimakasih.

In Christo,
B. Herry-Priyono, SJ.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 01 Juli 2014

Kok Prabowo Sekarang Sepertinya Menjadi Tumpuan Pihak Islam Garis Keras (RM.Magnis Suseno SJ)

From: RM.Magnis Suseno SJ :Pilpres
Jakarta, 29 Juni 2014
Franz Magnis-Suseno SJ

Saudara-saudari, pertama, saya mohon maaf kalau kiriman ini yang jelas
berpihak, tidak berkenan, apalagi di masa puasa. Namun beberapa hari
sebelum pilpres saya merasa terdorong sharing kekhawatiran saya. Saya
mau menjelaskan dengan terus terang mengapa saya tidak mungkin memberi
suara saya kepada Bapak Prabowo Subiyanto.

Masalah saya bukan dalam program Prabowo. Saya tidak meragukan bahwa
Pak Prabowo, sama seperti Pak Joko Widodo, mau menyelamatkan bangsa
Indonesia. Saya tidak meragukan bahwa ia mau mendasarkan diri pada
Pancasila. Saya tidak menuduh Beliau antipluralis. Saya tidak
meragukan iktikat baik Prabowo sendiri.

Yang bikin saya khawatir adalah lingkungannya. Kok Prabowo sekarang
sepertinya menjadi tumpuan pihak Islam garis keras. Seakan-akan apa
yang sampai sekarang tidak berhasil mereka peroleh mereka harapkan
bisa berhasil diperoleh andaikata saja Prabowo menjadi presiden?
Adalah Amien Rais yang membuat jelas yang dirasakan oleh garis keras
itu: Ia secara eksplisit menempatkan kontes Prabowo - Jokowi dalam
konteks perang Badar, yang tak lain adalah perang suci Nabi Muhammad
melawan kafir dari Makkah yang menyerang ke Madinah mau menghancurkan umat Islam yang masih kecil! Itulah bukan slip of the tongue Amien Rais, memang itulah bagaimana mereka melihat pemilihan presiden mendatang. Mereka melihat Prabowo sebagai panglima dalam perang melawan kafir. Entah Prabowo sendiri menghendakinya atau tidak.
Dilaporkan ada masjid-masjid di mana dikhotbahkan bahwa coblos Jokowi
adalah haram. Bukan hanya PKS dan PPP yang merangkul Prabowo, FPI saja
merangkul. Mengapa?

Saya bertanya: Kalau Prabowo nanti menjadi presiden karena dukungan
pihak-pihak garis keras itu: Bukankah akan tiba pay-back-time,
bukankah akan tiba saatnya di mana ia harus bayar kembali hutang itu?
Bukankah rangkulan itu berarti bahwa Prabowo sudah tersandera oleh
kelompok-kelompok garis keras itu?

Lalu kalimat gawat dalam Manifesto Perjuangan Gerindra: "Negara
dituntut untuk menjamin kemurnian ajaran agama yang diakui dari segala
bentuk penistaan dan penyelewengan dari ajaran agama". Kalimat itu
jelas pertentangan dengan Pancasila karena membenarkan penindasan
terhadap Achmadiyah, kaum Syia, Taman Eden dan kelompok-kelompok
kepercayaan. Sesudah diprotes Dr. Andreas Yewangoe, Ketua PGI, Pak
Hashim, adik Prabowo, sowan pada Pak Yewangoe dan mengaku bahwa
kalimat itu memang keliru, bahwa Prabowo 2009 sudah mengatakan harus
diperbaiki dan sekarang sudah dihilangkan. Akan tetapi sampai tanggal
25 Juni lalu kalimat itu tetap ada di Manifesto itu di website resmi
Gerindra. Bukankah itu berarti bahwa Hashim tidak punya pengaruh nyata
atas Gerindra maupun Prabowo?

Terus terang, saya merasa ngeri kalau negara kita dikuasai oleh orang
yang begitu semangat dirangkul dan diharapkan oleh, serta berhutang
budi kepada, kelompok-kelompok ekstremis yang sekarang saja sudah
semakin menakutkan.

Lagi pula, sekarang para mantan yang mau membuka aib Prabowo dikritik.
Tetapi yang perlu dikritik adalah bahwa kok baru saja sekarang orang
bicara. Bukankah kita berhak mengetahui latar belakang para calon
pemimpin kita? Prabowo sendiri tak pernah menyangkal bahwa penculikan
dan penyiksaan sembilan aktivis yang kemudian muncul kembali, yang
menjadi alasan ia diberhentikan dari militer, memang tanggungjawabnya.
Prabowo itu melakukannya atas inisiatifnya sendiri. Saya bertanya: Apa
kita betul-betul mau menyerahkan negara ini ke tangan orang yang kalau
ia menganggapnya perlu, tak ragu melanggar hak asasi orang-orang yang
dianggapnya berbahaya? Apa jaminan bahwa Prabowo akan taat
undang-undang dasar dan undang-undang kalau dulu ia merasa tak terikat oleh ketaatan di militer?

Aneh juga, Gerindra menganggap bicara tentang hak-hak asasi manusia
sebagai barang usang. Padahal sesudah reformasi hak-hak asasi manusia justru diakarkan ke dalam undang-undang dasar kita agar kita tidak kembali ke masa di mana orang dapat dibunuh begitu saja, ditangkap dan ditahan tanpa proses hukum.

Jakarta, 25 Juni 2014

Franz Magnis-Suseno SJ
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 18 Juni 2014

Pemilu dan Perjuangan bagi Kebaikan-Bersama (Panduan Memilih dalam Pemilihan Umum 9 Juli 2014)

A.    Mengapa Keterlibatan dalam Pemilu bagian Perjuangan Iman Kristiani?

1.  Kita beriman kepada Tuhan yang menjelma. Tuhan yang menjelma dalam diri Jesus Kristus itulah yang kita ikuti. Dialah Tuhan yang tinggal di antara kita dan terlibat memperjuangkan kondisi dunia bagi kebaikan-bersama, apapun suku, ras, agama, dan golongan.

2. Kondisi Indonesia dengan segala masalahnya dewasa ini adalah "tanah-air penjelmaan" kita. Di tanah-air penjelmaan inilah kita dipanggil untuk memperjuangkan kebaikan-bersama. Kita mengungkapkan iman dengan doa, novena, adorasi, dsb, sedangkan kita mewujudkan iman melalui aksi konkret memperbaiki kondisi kehidupan-bersama di Indonesia.

3.  Memilih presiden/wakil-presiden yang tepat adalah bagian integral aksi konkret perwujudan iman kita dalam memperbaiki kondisi kehidupan-bersama di Indonesia.

 

B.     Apa Prinsip Ajaran Gereja yang Memandu Pilihan Kita?

1.  Gereja minta kita memilih berdasarkan prinsip kebaikan-bersama (the common good), yaitu "Keseluruhan kondisi sosial yang memberdayakan dan memungkinkan semua warga, entah sebagai kelompok atau pribadi, mencapai kepenuhan hidup yang optimal dan secara optimal" (Gaudium et Spes #26). Maka, Ibu Gereja meminta kita memilih calon presiden dan wakil-presiden yang paling mendekati cita-cita perwujudan kebaikan-bersama itu.

2.  Kalau 'kebaikan-bersama' sulit dipahami, kita dapat memahami melalui kebalikannya, yaitu 'keburukan-bersama'. Keburukan-bersama adalah kondisi masyarakat yang ditandai keluasan korupsi, kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia, penyingkiran kaum miskin dan kaum minoritas, perusakan lingkungan, penculikan, intoleransi agama, perampokan sumber alam, militerisme dan kediktatoran, dsb.

3.  Gereja minta kita untuk tidak memilih calon presiden dan wakil-presiden yang berpotensi menciptakan keburukan-bersama itu. Mana di antara 2 calon presiden yang layak kita pilih?

 

C.    Siapa yang harus Kita Pilih dalam Pemilu 9 Juli 2014?

1.  Adalah kebodohan mencoblos berdasar penampilan, sebab penampilan hanyalah kesan sesaat. Sama bodohnya memilih karena diberi uang. Kita tidak seharusnya mencoblos karena percaya janji kampanye, sebab janji-janji kampanye mudah lenyap setelah kampanye usai. Rumusan visi & misi calon presiden/wakil-presiden juga bukan dasar yang meyakinkan untuk memilih, sebab rumusan visi & misi mudah dipesan dan berubah setelah Pemilu. Memilih berdasarkan hasil debat capres/cawapres juga bukan cara bijak untuk memilih, sebab cara tampil dalam debat merupakan hasil polesan sejenak (make-up) dan berisi deretan janji serta slogan.

2.  Cara paling bijak untuk memilih adalah berdasarkan bukti habitus kepemimpinan. Habitus kepemimpinan adalah kebiasaan perilaku memimpin. Mana di antara 2 calon yang selama ini telah terbukti punya kebiasaan memimpin dengan perhatian pada kesejahteraan/kemaslatan rakyat biasa? Cukuplah habitus kepemimpinan itu terbukti pada lingkup kota. Sebab, dia yang setia dalam hal kecil juga akan setia dalam perkara besar – dia yang telah teruji dan terbukti setia pada lingkup kepemimpinan kota juga lebih mungkin setia dalam urusan sebesar negara.

3. Bukti habitus kepemimpinan itulah kunci kita dalam memilih. Kebiasaan perilaku manusia tak mudah berubah! Dia yang dulu punya kebiasaan otoriter, melanggar hak asasi, menculik, korup dan menipu juga akan memerintah dengan otoriter, melanggar hak asasi, menculik, korup, dsb. Sebaliknya, dia yang telah terbukti punya kebiasaan memimpin dengan dedikasi pada rakyat, demokratis dan tidak korup juga akan memimpin Indonesia dengan habitus yang sama. Ingat, dia yang telah setia memimpin dengan habitus luhur atas sebuah kota juga akan setia memimpin sebuah negara. Sosok itulah yang harus kita pilih dalam Pemilu 9 Juli 2014.

Milis: apik
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 12 Juni 2014

Paus Fransiskus: Sepak Bola Ajarkan Tiga Hal Penting

Paus Fransiskus, dikenal sebagai seorang penggila sepak bola dan dia juga pernah menjadi pesepak bola amatir masa mudanya di Argentina.

Sehingga, tak heran jika pada Kamis (12/6/2014), Paus Fransiskus menggunakan momen pembukaan Piala Dunia 2014 di Brasil untuk menyampaikan pesannya.

"Saya berharap semua orang menikmati Piala Dunia yang indah dan dimainkan dalam semangat persahabatan sejati," kata Paus lewat akun Twitter-nya.

Paus juga membuat pesan video dalam bahasa Portugis yang kemudian ditayangkan stasiun televisi Brasil, Rete Globo. Dalam pesan video itu Paus berharap Piala Dunia menjadi ajang solidaritas antarmanusia.

"Saya berharap Piala Dunia akan menjadi ajang solidaritas antarmanusia yang menyadari diri mereka adalah bagian dari keluarga manusia yang unik," tambah Paus.

Paus menambahkan dia juga berharap turnamen ini akan tetap menjadi sebuah ajang pertandingan, kesempatan dialog, sarana untuk saling memahami dan memperkaya kehidupan.

Lebih lanjut Paus menambahkan, sepak bola mengajarkan tiga hal yang bisa mendorong terciptanya perdamaian dan solidaritas.

Ketiga hal penting itu, menurut Paus adalah perlunya latihan dan kerja keras untuk mencapai tujuan, pentingnya fair play dan kerja sama serta keharusan untuk menghormati lawan.

"Untuk menang, seseorang harus mengatasi inidividualisme, egoisme, sebuah bentuk rasisme, intoleransi dan manipulasi manusia," kata Paus.

Kerakusan, kata Paus, dalam sepak bola dan kehidupan sehari-hari menjadi sebuah penghalang terbesar.

"Jangan biarkan siapapun meninggalkan masyarakat dan merasa terbuang. Katakan tidak terhadap pemisahan! Katakan tidak terhadap rasisme!"

Sumber: http://internasional.kompas.com/read/2014/06/12/1736329/Paus.Fransiskus.Sepak.Bola.Ajarkan.Tiga.Hal.Penting
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 07 Juni 2014

Untuk Kali Pertama, Pembacaan Al Quran Berkumandang di Vatikan

Untuk pertama kalinya dalam sejarah ibadah shalat dan pembacaan kitab suci Al Quran akan berkumandang dari Vatikan, Minggu (8/6/2014), sebagai bagian dari langkah Paus Fransiskus untuk mempercepat proses perdamaian antara Israel dan Palestina.

Pejabat Tahta Suci Vatikan mengatakan ibadah shalat yang akan digelar itu merupakan sebuah "jeda politik". Pejabat itu menegaskan tak ada motif apapun di balik langkah ini selain keinginan untuk mendamaikan Israel dan Palestina baik di level politik maupun rakyat.

Saat mengunjungi Timur Tengah pekan lalu, Paus Fransiskus sudah melayangkan undangan untuk Presiden Israel Shimon Peres dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas untuk berkunjung ke Vatikan.

Di Vatikan, Mahmoud Abbas, Shimon Peres dan Paus Fransiskus akan didampingi para tokoh agama Yahudi, Kristen dan Islam. Rencananya, Vatikan akan menyiarkan peristiwa ini secara langsung ke seluruh dunia.

"Doa bersama ini bukan sebuah mediasi damai atau pertemuan untuk mencari solusi. Kami hanya ingin bertemu lalu berdoa bersama, selanjutnya semua pulang ke rumah masing-masing," kata Paus Fransiskus usai meyampaikan undangan untuk mengunjungi Vatikan.

Paus Fransiskus dijadwalkan akan bertemu Presiden Shimon Peres dan Mahmoud Abbas secara terpisah di hotel Vatikan yang juga menjadi tempat tinggal Paus.

Dalam acara ini, Paus Fransiskus akan didampingi pemimpin spiritual Kristen Ortodoks dunia, Ecumenical Patriarch Bartolomeus, untuk menampilkan sebuah persatuan Kristen dalam ajang itu.

Selanjutnya keempat orang itu akan menuju sebuah lapangan di taman Vatikan untuk memulai gelar doa bersama yang akan dibagi dalam tiga bagian. Nantinya, perwakilan Yahudi, Kristen dan Islam akan membacakan ayat-ayat di kitab suci masing-masing dengan tema penciptaan, doa pengampunan dan doa mohon perdamaian.

Setelah gelar doa bersama Paus Fransiskus, Shimon Peres dan Mahmoud Abbas akan menyampaikan pidato. Rangkaian acara ini diakhiri dengan penananam pohon zaitun, sebagai lambang perdamaian.

Sumber: http://internasional.kompas.com/read/2014/06/08/0012428/Untuk.Kali.Pertama.Pembacaan.Al.Quran.Berkumandang.di.Vatikan
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 03 Juni 2014

Uskup Baru Keuskupan Bandung: Pastor Antonius Subianto Bunyamin OSC

Dengan penuh syukur, kami mengabarkan bahwa baru saja, tepat pukul 12.00 waktu Roma (17.00 WIB), Bapa Paus Fransiskus mengumumkan pengangkatan Pastor Antonius Subianto Bunyamin OSC, Provinsial Ordo Salib Suci, sebagai Uskup Keuskupan Bandung yang baru.
 
Bersama Bapak Uskup Ignatius Suharyo, kita semua menyambut kabar gembira ini dengan penuh syukur. Atas nama para imam dan segenap umat Keuskupan Bandung, kami mengucapkan terima kasih atas kesediaan Pastor Anton Subianto OSC menerima tugas penggembalaan ini. Doa dan dukungan kami senantiasa menyertai Pastor dalam tugas penggembalaan sebagai Uskup Bandung.
 
Selanjutnya, esok hari, Rabu 4 Juni 2014, Kuria  bersama dengan Dewan Konsultores Keuskupan Bandung akan bertemu untuk membicarakan rencana tahbisan dan hal-hal lain yang terkait dengan alih tugas penggembalaan dari Mgr Ignatius Suharyo kepada Mgr. Anton Subianto OSC.
 
salam penuh syukur,
 
Eddy Putranto OSC
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 28 Mei 2014

SURAT GEMBALA KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA MENYAMBUT PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 9 JULI 2014

PILIHLAH SECARA BERTANGGUNGJAWAB,
BERLANDASKAN SUARA HATI

Segenap Umat Katolik Indonesia yang terkasih,

Kita bersyukur karena salah satu tahap penting dalam Pemilihan Umum 2014 yaitu pemilihan anggota legislatif telah selesai dengan aman. Kita akan memasuki tahap berikutnya yang sangat penting dan menentukan perjalanan bangsa kita ke depan. Pada tanggal 9 Juli 2014 kita akan kembali memilih Presiden dan Wakil Presiden yang akan memimpin bangsa kita selama lima tahun ke depan. Marilah Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden ini kita jadikan kesempatan untuk memperkokoh bangunan demokrasi serta sarana bagi kita untuk ambil bagian dalam membangun dan mangembangkan negeri tercinta kita agar menjadi damai dan sejahtera sesuai dengan cita-cita kemerdekaan bangsa kita.

Ke depan bangsa kita akan menghadapi tantangan-tantangan berat yang harus diatasi di bawah kepemimpinan Presiden dan Wakil Presiden yang baru, misalnya masalah kemiskinan dan kesenjangan sosial, pendidikan, pengangguran, tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Masalah dan tantangan lain yang tidak kalah penting adalah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, kerusakan lingkungan hidup dan upaya untuk mengembangkan sikap toleran, inklusif dan plural demi terciptanya suasana rukun dan damai dalam masyarakat. Tantangan-tantangan yang berat ini harus diatasi dengan sekuat tenaga dan tanpa henti. Kita semua berharap semoga di bawah kepemimpinan Presiden dan Wakil Presiden yang akan terpilih, bangsa Indonesia mampu menghadapi, mengatasi dan menyelesaikan masalah-masalah itu.

Kami mendorong agar pada saat pemilihan mendatang umat memilih sosok yang mempunyai integritas moral. Kita perlu mengetahui rekam jejak para calon Presiden dan Wakil Presiden, khususnya mengamati apakah mereka sungguh-sungguh mempunyai watak pemimpin yang melayani dan yang memperjuangkan nilai-nilai sesuai dengan Ajaran Sosial Gereja : menghormati kehidupan dan martabat manusia, memperjuangkan kebaikan bersama, mendorong dan menghayati semangat solidaritas dan subsidiaritas serta memberi perhatian lebih kepada warga negara yang kurang beruntung. Kita sungguh mengharapkan pemimpin yang gigih memelihara, mempertahankan dan mengamalkan Pancasila. Oleh karena itu kenalilah sungguh-sungguh para calon sebelum menjatuhkan pilihan.

Agar pemilihan Presiden dan Wakil Presiden bisa berjalan dengan langsung, umum, bebas dan rahasia serta berkualitas, kita harus mau terlibat. Oleh karena itu kalau saudara dan saudari memiliki kesempatan dan kemampuan, sungguh mulia jika Anda bersedia ikut menjaga agar tidak terjadi kecurangan pada tahap-tahap pemilihan. Hal ini perlu kita lakukan melulu sebagai wujud tanggungjawab kita, bukan karena tidak percaya kepada kinerja penyelenggara Pemilu.

Kami juga menghimbau agar umat katolik yang terlibat dalam kampanye mengusahakan agar kampanye berjalan dengan santun dan beretika, tidak menggunakan kampanye hitam dan tidak menggunakan isu-isu SARA. Khususnya kami berharap agar media massa menjalankan jurnalisme damai dan berimbang. Pemberitaan media massa hendaknya mendukung terciptanya damai, kerukunan serta persaudaraan, mencerdaskan dan tidak melakukan penyesatan terhadap publik, sebaliknya menjadi corong kebenaran.

Marilah kita berupaya sungguh-sungguh untuk mempertimbangkan dan menentukan pilihan dengan hati dan pikiran yang jernih. Konferensi Waligereja Indonesia menyerukan agar saudara-saudari menggunakan hak untuk memilih dan jangan tidak ikut memilih. Hendaknya pilihan Anda tidak dipengaruhi oleh uang atau imbalan-imbalan lainnya. Sikap demikian merupakan perwujudan ajaran Gereja yang menyatakan, "Hendaknya semua warga negara menyadari hak maupun kewajibannya untuk secara bebas menggunakan hak suara mereka guna meningkatkan kesejahteraan umum" (Gaudium et Spes 75).

Pada akhirnya, marilah kita dukung dan kita berikan loyalitas kita kepada siapa pun yang akan terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2014 – 2019. Segala perbedaan pendapat dan pilihan politik, hendaknya berhenti saat Presiden dan Wakil Presiden terpilih dilantik pada bulan Oktober 2014. Kita menempatkan diri sebagai warga negara yang baik, menjadi seratus prosen Katolik dan seratus prosen Indonesia, karena kita adalah bagian sepenuhnya dari bangsa kita, yang ingin menyatu dalam kegembiraan dan harapan, dalam keprihatinan dan kecemasan bangsa kita (bdk GS 1).

Marilah kita mengiringi proses pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dengan memohon berkat dari Tuhan, agar semua berlangsung dengan damai dan berkualitas dan dengan demikian terpilihlah pemimpin yang tepat bagi bangsa Indonesia. Semoga Bunda Maria, Ibu segala bangsa, senantiasa melindungi bangsa dan negara kita dengan doa-doanya.


Jakarta, 26 Mei 2014


KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA


+ I. Suharyo + Y. Pujasumarta
Ketua Sekretaris Jendral



Powered by Telkomsel BlackBerry®

SURAT GEMBALA KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA MENYAMBUT PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 9 JULI 2014

PILIHLAH SECARA BERTANGGUNGJAWAB,
BERLANDASKAN SUARA HATI

Segenap Umat Katolik Indonesia yang terkasih,

Kita bersyukur karena salah satu tahap penting dalam Pemilihan Umum 2014 yaitu pemilihan anggota legislatif telah selesai dengan aman. Kita akan memasuki tahap berikutnya yang sangat penting dan menentukan perjalanan bangsa kita ke depan. Pada tanggal 9 Juli 2014 kita akan kembali memilih Presiden dan Wakil Presiden yang akan memimpin bangsa kita selama lima tahun ke depan. Marilah Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden ini kita jadikan kesempatan untuk memperkokoh bangunan demokrasi serta sarana bagi kita untuk ambil bagian dalam membangun dan mangembangkan negeri tercinta kita agar menjadi damai dan sejahtera sesuai dengan cita-cita kemerdekaan bangsa kita.

Ke depan bangsa kita akan menghadapi tantangan-tantangan berat yang harus diatasi di bawah kepemimpinan Presiden dan Wakil Presiden yang baru, misalnya masalah kemiskinan dan kesenjangan sosial, pendidikan, pengangguran, tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Masalah dan tantangan lain yang tidak kalah penting adalah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, kerusakan lingkungan hidup dan upaya untuk mengembangkan sikap toleran, inklusif dan plural demi terciptanya suasana rukun dan damai dalam masyarakat. Tantangan-tantangan yang berat ini harus diatasi dengan sekuat tenaga dan tanpa henti. Kita semua berharap semoga di bawah kepemimpinan Presiden dan Wakil Presiden yang akan terpilih, bangsa Indonesia mampu menghadapi, mengatasi dan menyelesaikan masalah-masalah itu.

Kami mendorong agar pada saat pemilihan mendatang umat memilih sosok yang mempunyai integritas moral. Kita perlu mengetahui rekam jejak para calon Presiden dan Wakil Presiden, khususnya mengamati apakah mereka sungguh-sungguh mempunyai watak pemimpin yang melayani dan yang memperjuangkan nilai-nilai sesuai dengan Ajaran Sosial Gereja : menghormati kehidupan dan martabat manusia, memperjuangkan kebaikan bersama, mendorong dan menghayati semangat solidaritas dan subsidiaritas serta memberi perhatian lebih kepada warga negara yang kurang beruntung. Kita sungguh mengharapkan pemimpin yang gigih memelihara, mempertahankan dan mengamalkan Pancasila. Oleh karena itu kenalilah sungguh-sungguh para calon sebelum menjatuhkan pilihan.

Agar pemilihan Presiden dan Wakil Presiden bisa berjalan dengan langsung, umum, bebas dan rahasia serta berkualitas, kita harus mau terlibat. Oleh karena itu kalau saudara dan saudari memiliki kesempatan dan kemampuan, sungguh mulia jika Anda bersedia ikut menjaga agar tidak terjadi kecurangan pada tahap-tahap pemilihan. Hal ini perlu kita lakukan melulu sebagai wujud tanggungjawab kita, bukan karena tidak percaya kepada kinerja penyelenggara Pemilu.

Kami juga menghimbau agar umat katolik yang terlibat dalam kampanye mengusahakan agar kampanye berjalan dengan santun dan beretika, tidak menggunakan kampanye hitam dan tidak menggunakan isu-isu SARA. Khususnya kami berharap agar media massa menjalankan jurnalisme damai dan berimbang. Pemberitaan media massa hendaknya mendukung terciptanya damai, kerukunan serta persaudaraan, mencerdaskan dan tidak melakukan penyesatan terhadap publik, sebaliknya menjadi corong kebenaran.

Marilah kita berupaya sungguh-sungguh untuk mempertimbangkan dan menentukan pilihan dengan hati dan pikiran yang jernih. Konferensi Waligereja Indonesia menyerukan agar saudara-saudari menggunakan hak untuk memilih dan jangan tidak ikut memilih. Hendaknya pilihan Anda tidak dipengaruhi oleh uang atau imbalan-imbalan lainnya. Sikap demikian merupakan perwujudan ajaran Gereja yang menyatakan, "Hendaknya semua warga negara menyadari hak maupun kewajibannya untuk secara bebas menggunakan hak suara mereka guna meningkatkan kesejahteraan umum" (Gaudium et Spes 75).

Pada akhirnya, marilah kita dukung dan kita berikan loyalitas kita kepada siapa pun yang akan terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2014 – 2019. Segala perbedaan pendapat dan pilihan politik, hendaknya berhenti saat Presiden dan Wakil Presiden terpilih dilantik pada bulan Oktober 2014. Kita menempatkan diri sebagai warga negara yang baik, menjadi seratus prosen Katolik dan seratus prosen Indonesia, karena kita adalah bagian sepenuhnya dari bangsa kita, yang ingin menyatu dalam kegembiraan dan harapan, dalam keprihatinan dan kecemasan bangsa kita (bdk GS 1).

Marilah kita mengiringi proses pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dengan memohon berkat dari Tuhan, agar semua berlangsung dengan damai dan berkualitas dan dengan demikian terpilihlah pemimpin yang tepat bagi bangsa Indonesia. Semoga Bunda Maria, Ibu segala bangsa, senantiasa melindungi bangsa dan negara kita dengan doa-doanya.


Jakarta, 26 Mei 2014


KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA


+ I. Suharyo + Y. Pujasumarta
Ketua Sekretaris Jendral



Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 02 Mei 2014

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 2 Mei 2014 : SAYA MENANGIS KARENA ORANG KRISTIANI MASIH DISALIBKAN SAAT INI

Dalam homilinya pada Misa harian Jumat pagi 2 Mei 2014 di Casa Santa Marta, Paus Fransiskus meratapi bahwa di dunia saat ini masih ada "para tuan atas hati nurani" dan di beberapa negara, Anda masih bisa dijebloskan ke penjara karena memiliki Injil atau mengenakan salib. Beliau juga mengakui kepada mereka yang hadir bahwa beliau telah menangisi berita bahwa beberapa orang Kristiani disalibkan, karena saat ini masih ada orang-orang yang membunuh orang-orang lain atas nama Allah.

Paus Fransiskus menarik homilinya dari Injil tentang penggandaan roti dan ikan (Yoh 6:1-15) dan bacaan dari Kisah Para Rasul, yang di dalamnya murid-murid Kristus disesah oleh Mahkamah Agama. Paus Fransiskus mengemukakan tiga ikon : ikon pertama adalah kasih Yesus bagi orang-orang, perhatian-Nya kepada masalah-masalah orang-orang. Beliau mengatakan bahwa Tuhan tidak peduli dengan berapa banyak orang mengikuti-Nya, Ia "bahkan tidak pernah berpikir melakukan cacah jiwa" untuk melihat apakah "Gereja telah berkembang ... tidak! Ia berbicara, berkhotbah, mengasihi, mendampingi, melakukan perjalanan dengan orang-orang, lemah lembut dan rendah hati". Ia berbicara dengan otoritas, yaitu, dengan "kekuatan kasih".

Ikon kedua adalah "kecemburuan" otoritas religius waktu itu : "Mereka tidak tahan fakta bahwa orang-orang mengikuti Yesus! Mereka tidak tahan. Mereka cemburu. Ini adalah sikap yang benar-benar buruk yang dimiliki. Kecemburuan dan iri hati, dan kita tahu bahwa bapa dari kedengkian adalah setan. Melalui kedengkiannya maka kejahatan datang ke dalam dunia". Paus Fransiskus melanjutkan : "Orang-orang ini tahu siapa Yesus : mereka tahu! Orang-orang ini sama dengan orang yang telah membayar penjaga untuk mengatakan bahwa para murid telah mencuri tubuh Kristus!".

"Mereka telah membayar untuk membungkam kebenaran. Orang-orang kadang-kadang dapat benar-benar jahat! Karena ketika kita membayar untuk menyembunyikan kebenaran, kita sedang melakukan sebuah kejahatan yang sangat besar. Dan itulah sebabnya orang-orang tahu siapa mereka. Mereka tidak akan mengikuti mereka, tetapi mereka harus mentolerir mereka karena mereka memiliki otoritas : otoritas kultus, otoritas disiplin gerejawi pada waktu itu, otoritas orang-orang ... dan orang-orang mengikuti. Yesus mengatakan bahwa mereka membebani orang-orang dengan beban yang menindas dan membuat mereka membawa beban itu di pundak mereka. Orang-orang ini tidak bisa mentolerir kelemahlembutan Yesus, mereka tidak bisa mentolerir kelemahlembutan Injil, mereka tidak bisa mentolerir kasih. Dan mereka membayarkan kedengkian, membayarkan kebencian".

Dalam pertemuan Mahkamah Agama itu ada "seorang bijak", Gamaliel, yang meminta para pemimpin agama untuk membebaskan para rasul. Dengan demikian, Paus menegaskan, ada dua ikon pertama : Yesus yang tergerak melihat orang-orang "tanpa gembala" dan otoritas agama ...

"Ini, dengan manuver politik mereka, dengan manuver gerejawi mereka terus menguasai orang-orang ... Jadi, mereka melahirkan para rasul, setelah orang bijak ini telah berbicara, mereka disebut para rasul dan telah menyesah mereka serta memerintahkan mereka untuk tidak berbicara dalam nama Yesus. Kemudian mereka membebaskan mereka. 'Kita harus melakukan sesuatu, kita akan membungkam mereka dan mengirim mereka di jalan mereka! Tidak adil! Tetapi mereka melakukannya. Mereka adalah para tuan atas hati nurani [polisi pikiran], dan merasa mereka memiliki kekuatan untuk melakukan hal demikian. Para tuan atas hati nurani ... Bahkan di dunia saat ini, ada begitu banyak".

Kemudian Paus Fransiskus mengakui : "Saya menangis ketika saya melihat laporan berita tentang orang-orang Kristiani yang disalibkan di negara tertentu, yang bukan Kristiani. Saat ini masih - beliau menunjukkan - ada orang-orang tersebut yang membunuh dan menganiaya, dalam nama Allah. Saat ini masih, "kita melihat banyak orang yang" seperti para rasul "bersukacita karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan dalam nama Kristus". Ini – beliau berkata - "adalah ikon ketiga hari ini. Sukacita bersaksi".

"Ikon pertama : Yesus dengan orang-orang, kasih-Nya, jalan yang telah Ia ajarkan kepada kita, yang kita harus ikuti. Ikon kedua : kemunafikan para pemimpin agama dari orang-orang ini, yang telah memenjarakan orang-orang dengan banyak perintah ini, dengan legalitas yang kaku, yang beku ini, dan yang juga membayar untuk menyembunyikan kebenaran. Ikon Ketiga : sukacita para martir Kristiani, sukacita begitu banyak saudara dan saudari kita yang telah merasakan sukacita ini dalam sejarah, sukacita ini sehingga mereka telah dianggap layak menderita untuk memuliakan nama Kristus. Dan saat ini masih ada begitu banyak! Cobalah berpikir bahwa di beberapa negara, Anda dapat dijebloskan ke penjara hanya karena membawa Injil. Anda tidak dapat memakai salib atau Anda akan didenda. Tetapi hati bersukacita. Tiga ikon : mari kita memandang mereka saat ini. Ini adalah bagian dari sejarah keselamatan kita".

(Peter Suriadi, 2 Mei 2014)

Sumber: (http://pope-at-mass.blogspot.com/2014/05/homili-paus-fransiskus-dalam-misa-2-mei.html)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Senin, 21 April 2014

Paus Fransiskus Bicara Soal Misteri 'Kain Kafan Yesus'

Sejumlah orang meyakini, kain kafan Turin atau Shroud of Turin diyakini sebagai pembungkus jasad Yesus pasca penyaliban. Di lembaran kain tua itu, tercetak citra samar dari darah yang mengering: seorang pria tinggi berambut panjang dan berjenggot. 

Noda darah tebal terlihat di pergelangan tangan dan pergelangan kaki-- sesuai dengan posisi Yesus ketika dipaku di tiang salib. 

Meski menganggapnya sebagai relik suci, sekian lama Gereja Katolik menghindar untuk mengeluarkan pernyataan soal keasliannya.  Namun, secara eksplisit Paus Fransiskus menyinggung keterkaitan kain kafan Turin itu dengan Yesus dalam rekaman pesan videonya terkait penayangan soal kain suci itu di televisi Italia. 

Paus asal Argentina itu mengatakan, "Pria dalam kafan itu  mengundang kita untuk merenungkan Yesus dari Nazaret."

"Wajah yang rusak itu, serupa dengan wajah pria dan wanita yang hancur oleh hidup yang tak menghormati martabat mereka, oleh perang dan kekerasan yang menimpa orang-orang lemah," kata Paus seperti dimuat Daily Mail, Minggu 31 Maret 2013.

Paus menambahkan, di saat bersamaan, wajah di kain kafan itu menunjukkan kedamaian yang agung. "Tubuh yang disiksa itu menunjukkan sebuah keagungan yang berdaulat".

Berbicara sebelum memimpin perayaan Paskah pertamanya di Basilika Santo Petrus Vatikan, Paus Fransiskus mengatakan, mata sosok di kain kafan itu terpejam. "Namun secara misterius Dia mengawasi kita, dan dalam keheningan Dia berbicara kepada kita."

Sementara, awal minggu ini, para peneliti  mengungkap, kain sepanjang 14 kaki atau 4,2 meter itu berasal dari masa 300 SM sampai 400 Masehi, bukan Abad Pertengahan seperti argumentasi ilmuwan sebelumnya. Membuktikan kain itu tidak palsu. Temuan ilmiah terbaru dituang dalam buku Il Mistero della Sindone (Misteri Kain Kafan) yang diterbitkan tepat pada hari Jumat Agung.

Kain kafan, yang merupakan salah satu peninggalan Katolik yang paling kontroversial, pernah dideskripsikan oleh Paus Yohanes Paulus II sebagai 'ikon penderitaan sepanjang zaman'.

Pernah Diincar Hilter

Sebelumnya, uji karbon pada 1988 menyatakan kain itu dibuat antara tahun 1260 sampai 1390. Jauh setelah kematian Yesus. 

Kemudian, ahli seni Italia,  Luciano Buso mengungkapkan, kain kafan yang kini disimpan di Katedral Turin adalah replika, bukan yang asli. Itu adalah hasil karya seniman abad pertengahan, Giotto.

Kesimpulan ini ia dapat setelah melakukan penelitian berbulan-bulan terhadap foto kain kafan tersebut. Ia tak bisa menyentuh langsung. Salah satu dasar teori Buso adalah adanya angka 15 yang terselubung di kain tersebut. Kata dia, itu adalah indikasikan Giotto membuat kain tiruan itu pada tahun  1315.

Buso bersikukuh, 700 tahun lalu adalah hal yang biasa bagi seniman untuk membubuhkan tanggal di karya mereka, untuk menjamin keaslian karyanya. Meski demikian, praktek ini hanya diketahui segelintir orang tertentu untuk menghindari pemalsuan.

"Ia tak bermaksud memalsukan apapun, ini terlihat jelas dari tanda tangannya "Giotto 15" untuk menandai karyanya yang ia buat tahun 1315. Kain itu bukan palsu, ia hanya diminta membuat tiruannya," kata Buso seperti dimuat Daily Mail, 8 Juni 2011. Boso berspekulasi, adalah pihak gereja yang meminta pada Giotto, mengingat kondisi kain asli yang memburuk dan akhirnya binasa selama berabad-abad.

Kain kafan Turin juga pernah jadi incaran Adolf Hitler. Ia membuat skrenario pencurian -- setelah kunjungannya ke Italia pada 1938. Untungnya aksinya itu digagalkan aksi berani beberapa rahib Benediktian. 

Meski antek-antek Hitler menemukan lokasi rahasia penyimpanan relik suci itu. Namun tangan mereka tak bisa menyentuh kain kafan Turin. Sebab, sekelompok biarawan mengelilingi altar tempat kain keramat tersebut tersimpan. Demikian dilaporkan kantor berita Italia, ANSA.

Pada 1943 ketika tentara Jerman mencarinya kafan itu di biara Montevergine, para biarawan di sana berpura-pura berdoa kusyuk di depan kain itu disimpan. Menghalangi aksi para kaki tangan Hitler. 

Kain kafan Turin selamat, dan tetap tersembunyi di biara tersebut sampai tahun 1946 -- ketika dikembalikan ke Katedral Santo Yohanes Baptist di Turin.  Kini ia tersimpan aman dalam kotak kaca antipeluru yang dilengkapi pengendali iklim. (Ein)

http://news.liputan6.com/read/549062/paus-fransiskus-bicara-soal-misteri-kain-kafan-yesus
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 18 April 2014

Puisi Jumat Agung dan Paskah

Karya: Ulil Absar Abdala (Cendekiawan Muslim)

=================

Ia yg rebah, di pangkuan perawan suci, bangkit setelah tiga hari, melawan mati.

Ia yg lemah, menghidupkan harapan yg nyaris punah.

Ia yang maha lemah, jasadnya menanggungkan derita kita.

Ia yang maha lemah, deritanya menaklukkan raja-raja dunia.
Ia yang jatuh cinta pada pagi, setelah dirajam nyeri.

Ia yang tengadah ke langit suci, terbalut kain merah
kirmizi: Cintailah aku!

Mereka bertengkar tentang siapa yang mati di palang kayu.

Aku tak tertarik pada debat ahli teologi.

Darah yang mengucur itu lebih menyentuhku.

Saat aku jumawa dengan imanku, tubuh nyeri yang tergeletak di kayu itu, terus mengingatkanku: Bahkan Ia pun menderita, bersama yang nista.

Muhammadku, Yesusmu, Krisnamu, Buddhamu, Konfuciusmu – mereka semua guru-guruku, yang mengajarku tentang Kehidupan.

Kalian mudah puas diri, pongah, jumawa, bagai burung Merak. Terbiasa Menghakimi.

Tubuh yang mengucur darah di kayu itu, bukan burung merak.

Ia mengajar kita, tentang cinta, untuk mereka yang disesatkan dan dinista.

Penderitaan kadang mengajarmu tentang iman yang rendah hati.

Huruf-huruf dalam kitab suci, kerap membuatmu merasa paling suci.

Ya, Jesusmu adalah juga Jesusku.

Ia telah menebusku dari iman yang tinggi hati.
Ia membuatku cinta pada yang dinista!
Semoga Semua Hidup Berbahagia dalam kasih Tuhan .
SELAMAT. HARI. RAYA. PASKAH. 2014.
[Puisi tersebut dibuat cendekiawan NU Ulil Abshara Abdala)


Powered by Telkomsel BlackBerry®

RENUNGAN PASKAH: Bangkit di Tengah Keterpurukan (H Datus Lega)

PERISTIWA Paskah alias kebangkitan Yesus dari Nazareth, yang dirayakan umat Kristiani pada Minggu, 20 April, dapat merefleksikan kebangkitan kita sebagai bangsa Indonesia.
Sekurangnya ada dua perspektif yang mengemuka. Pertama, dari sudut pandang paradigma baru kebudayaan. Peristiwa kebangkitan Yesus adalah kebangkitan manusia akan keluhuran martabat hidupnya. Hidup yang sebenarnya tidak berujung pada kematian fisik, tetapi sesungguhnya kekal abadi bersama Sang Khalik!

Kematian biologis semestinya dipandang hanya sebagai sarana untuk memperoleh kembali hidup yang abadi. Hidup bukan lagi "seakan-akan" luhur dalam kesejatiannya, melainkan memang "benar-benar" bermartabat dalam makna kerohaniannya.

 Kedua, dari perspektif perilaku keseharian manusia. Kebangkitan itu mengukir pesan teramat indah, yaitu yang selamanya harus menang hanyalah cinta dan kasih sayang!
Tiada lagi tempat bagi kedengkian dan dendam kesumat karena gelombang cinta yang dipancarluaskan dalam peristiwa Paskah bukan hanya menghalau kegelapan dosa, melainkan juga maut! Maka, lahirlah budaya baru: kasih sayang untuk melakukan kebaikan demi kebaikan!

Metahistoris 
Mencermati penuturan para penginjil, otentisitas peristiwa kebangkitan tidaklah terlalu dipentingkan sesuai fakta kejadiannya. Peristiwa itu harus juga dipandang sebagai "visualisasi pengalaman batin" sehingga bersifat metahistoris, artinya "lebih daripada sekadar catatan sejarah".

 A Heuken SJ menerangkan dalam Ensiklopedi Gereja (2005), peristiwa kebangkitan Yesus tidak disaksikan orang dan memang tidak mungkin disaksikan karena merupakan pengalihan dari dunia fana ke alam akhirat yang tidak terbuka pada pancaindra. Heuken mencatat, "Yang dialami dan disaksikan banyak orang secara sendiri-sendiri maupun bersama selama beberapa waktu adalah: Yesus yang sudah wafat masih mengerjakan sesuatu di dunia yang dialami dan disaksikan. Hal-hal seperti ini hanya mungkin, jika Yesus hidup lagi" (Ensiklopedi Gereja jilid 6, halaman 107).  Sekali  lagi, ciri metahistoris dan visualisasi pengalaman rohani perlu dalam mencermati peristiwa kebangkitan.

Tidaklah mengherankan bahwa peristiwa itu kemudian dipahami sebagai peristiwa iman. Mereka yang mengalami (dan merasakan) penampakan Yesus tidak bisa lain kecuali percaya bahwa Yesus sungguh bangkit! Menurut Heuken, "bukan iman 'menghasilkan' kebangkitan, melainkan  'Yang-telah-bangkit' menumbuhkan iman".

Iman bukan hanya wacana. Apalah artinya iman tanpa perbuatan. Memang beriman selalu aktual, lantaran harus diuji dalam tindakan-tindakan nyata. Sama seperti cinta dan kebaikan tidak bisa ditebar dalam kata- kata kosong nan gombal, beriman pun seharusnya mewujud dalam bentuk-bentuk konkret.

Beriman dengan sendirinya tidak membutuhkan slogan dalam ruang kampanye dengan janji-janji palsu. Iklan kampanye tentu saja bukan pesan iman sehingga sebuah baliho raksasa dengan kalimat "kami memberi bukti, bukan janji' telah dipelesetkan menjadi "kami memberi bukti korupsi, bukan lagi janji".

Mewujudkan iman
 Sungguh tidak mudah mewujudnyatakan pesona iman dalam tindak tanduk terpuji bahwa hanya kebaikanlah yang harus menang dan hanya kebaikan yang mampu mengalahkan kejahatan. Dalam zaman serba complicated dan instant, dengan aneka rupa vested interest, sebagai anak- anak sebuah bangsa, kita tertantang untuk memilih "bangkit" menjadi yang terbaik bagi sesama. Bangkit dalam konotasi "hidup" demi kebaikan sesama. Sudah amat kasatmata bahwa bangsa kita membutuhkan kebangkitan untuk memperbaiki keadaan dalam rasa ada-bersama sebagai makhluk bermartabat.

 Tidak perlu dibentangkan panjang lebar, semua menyadari bahwa ada seribu satu alasan untuk membangkitkan diri dari keterpurukan.  Dalam sosialisasi pemilu legislatif yang baru berlalu, ketika ajakan memilih didengungkan, selalu terdengar refrain "jadilah pemilih cerdas untuk pemilu berkualitas". Namun, kenyataannya adalah belenggu "serangan fajar" dalam money politics yang membodohkan para pemilih emosional.

Visi Indonesia Baru untuk membangun bangsa ini jelas menuntut manusia Indonesia bekerja dengan keunggulan karakter: berdisiplin dan berketerampilan. Namun, kita menyaksikan berita korupsi dan penyalahgunaan wewenang kekuasaan yang seakan tiada habisnya.

Kawula muda negeri ini hampir selalu dicekoki semboyan "kita ini bangsa yang besar" yang sudah tentu melandaskan diri pada peradaban terpuji, dengan tingkat kepekaan sosial yang menjamin hubungan harmonis, dalam jejak perilaku para pemimpin yang dapat diandalkan.

Namun, tengoklah, biar barang sejenak, janji-janji pemilu bukan hanya mengambang, melainkan juga hanya riuh gemuruh yang hilang bersama angin! Apakah cita-cita bangsa ini harus terkubur? Apakah mimpi- mimpi Indonesia Baru harus hilang ditelan bumi?

 Jawabannya tegas: tidak! Tampaknya kita tak pantas berputus asa meski kenyataan hidup tidak sesuai dengan apa yang kita yakini. Selalu masih ada bukan hanya optimisme, melainkan juga harapan orang-orang beriman. Berdasarkan perspektif ini, yakinlah bahwa manusia yang memiliki harapan mesti masih bisa melihat secercah terang di dalam kegelapan.

Lantaran ada seribu satu alasan untuk bangkit dari keterpurukan, barangkali kita perlu juga meyakinkan diri bahwa ada "lebih dari seribu satu" alasan untuk terus berharap akan hadirnya perubahan dan perbaikan dalam hidup berbangsa. Salah satunya terinspirasi dari peristiwa Paskah sebagai kemenangan kehidupan atas kematian.

Manusia Indonesia semestinya tidak melihat kemalangan dan keterpurukan bangsa ini sebagai malapetaka belaka, tetapi juga sebagai sumber inspirasi untuk perwujudan kasih sayang antar-sesama.

 Kasih sayang inilah wujud budaya baru dari manusia Indonesia untuk mengembangkan kebaikan lawan kejahatan. Inilah budaya terang melawan kegelapan. Inilah pula akhirnya keluhuran budaya kehidupan melawan kematian.

H Datus Lega, Uskup Manokwari-Sorong sejak 2003; Tinggal di Sorong, Papua

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000006082527
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Transformasi Kehidupan (I Suharyo)

PADA tahun ini umat Kristiani di Indonesia merayakan Paskah ketika bangsa Indonesia menjalani tahun politik. Kita semua berharap bahwa dengan terpilihnya para wakil rakyat yang baru dan pemimpin pemerintahan yang baru, bangsa Indonesia mampu masuk ke dalam dinamika baru transformasi kehidupan religius, sosial, budaya, politik, dan ekonomi menuju terwujudnya cita-cita bersama sebagai bangsa.

 Pesan Paskah adalah pesan pembaruan, transformasi seluruh segi kehidupan manusia. Demi transformasi itulah Yesus akhirnya dihukum mati. Pada zamannya ada ribuan orang yang dijatuhi hukuman mati di salib karena dituduh melawan pemerintahan penjajah.

Apakah itu berarti bahwa Yesus pun dituduh merencanakan pemberontakan melawan penjajah? Ada alasan yang bisa membuat orang berpikir seperti itu. Salah seorang muridnya yang bernama Simon disebut orang Zelot. Kaum Zelot dikenal sebagai kelompok yang, dengan alasan politik-keagamaan, terus melakukan perlawanan bersenjata untuk mengusir penjajah. Akan tetapi, rupanya bukanlah alasan ini yang membawa Yesus pada kematian.

Dalam pengadilan, Pilatus yang mewakili pemerintah penjajah menyatakan, seperti yang tersua dalam Injil Lukas, "Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada orang ini."

Kemerdekaan yang sejati
Sebagai bagian dari bangsanya yang sedang dijajah, Yesus mendambakan kemerdekaan yang sejati, yang jauh lebih utuh daripada kemerdekaan dari penjajahan. Kerinduan akan kemerdekaan itu diungkapkan dalam berbagai madah, sebagaimana yang dapat kita baca dalam Injil Lukas : kelepasan, pembebasan, keselamatan dari musuh dan orang yang membenci agar bebas dari tangan musuh dan dapat beribadah tanpa takut.

Untuk sampai pada kemerdekaan yang sejati itu, Ia mengajak masyarakatnya melihat dan membaca tanda-tanda zaman. Tanda-tanda zaman jelas menunjukkan bahwa bangsanya sedang menuju kehancuran: bait Allah akan dihancurkan, kota suci akan runtuh.

Dalam kegalauan melihat masa depan itu, Yesus berkata, "Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu."

Alasan dasar yang membuat sejarah bangsanya menuju kehancuran adalah karena kelompok-kelompok di dalam bangsanya menganut dan memaksakan agama yang tanpa belas kasih. Keyakinan keagamaan seperti itu menindas dan berdampak buruk pada seluruh segi kehidupan, sosial, politik, dan ekonomi.

Kelompok Zelot, karena merasa harus menjaga hukum Allah, sampai hati membunuh saudara-saudara sebangsanya yang mereka anggap tidak setia pada hukum. Mereka ingin mengikuti contoh Pinehas, seperti yang terungkap dalam Kitab Bilangan, yang setelah membunuh saudara sebangsanya dipuji karena semangat keagamaannya. Rasa benci kelompok Esseni terhadap orang yang bukan dari kelompoknya juga didorong rasa keagamaan.

Demikian juga kelompok Farisi menyebut saudara-saudara sebangsa terkutuk, sebagaimana yang tercatat dalam Injil Yohanes, karena fanatisme keagamaan. Dengan kata-kata dan tindakan-tindakannya, Yesus mempertanyakan serta menjungkirbalikkan pendapat dan pelaksanaan hidup beragama umum yang dianggap benar dan adil itu. Ia menyatakan bahwa agama seperti itu tidak menyatakan belas kasih Allah dan, oleh karena itu, bertentangan dengan hakikat agama itu sendiri. Itulah sebabnya Yesus sering bertengkar dengan para pemimpin agama pada waktu itu.

Dengan kata lain, alasan awal yang membawa Yesus pada kematian adalah kritiknya terhadap agama yang sudah menjadi beku tanpa belas kasih. Yesus ingin mentransformasi kehidupan dengan mencairkan kembali agama yang beku itu dengan mengembalikan belas kasih yang menjadi hakikatnya karena Allah adalah Kasih. Demi dan dalam kasih itulah ia rela mati di salib dan, dengan demikian, menyatakan Allah Sang Kasih.

Agama yang diperalat
Selama hidupnya di depan umum Yesus sering bertengkar dengan orang-orang Farisi dan para ahli Kitab. Namun, ternyata pada akhirnya yang paling depan menuntut kematiannya adalah para imam. Mewakili mereka, Kayafas mengatakan bahwa lebih berguna satu orang mati untuk seluruh bangsa. Mereka adalah kelompok keagamaan yang mempunyai tanggung jawab khusus di bait suci. Rupanya tugas suci itu pun dijadikan kesempatan mengeruk untung dengan monopoli dagang hewan korban dan penukaran uang di bait suci. Lagi-lagi agama yang suci direndahkan dan disalahgunakan menjadi alat dagang dengan memanipulasi kebaktian dan kesalehan orang.

Berhadapan dengan ini, untuk memulihkan kemuliaan agama Yesus tidak hanya berkata-kata, tetapi juga melakukan tindakan yang dianggap menyerang kepentingan mereka, yaitu menyucikan bait suci. Karena itulah, seperti tersua dalam Injil Matius, ia harus mati.

Menjelang pemilu legislatif, Konferensi Waligereja Indonesia mengeluarkan Surat Gembala menyambut Pemilu Legislatif 2014. Salah satu anjuran pokok yang disampaikan adalah agar para pemilih menjatuhkan pilihannya kepada calon atau partai yang jelas menjaga dan berjuang mengamalkan nilai-nilai Pancasila.

Sila pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan memilih orang serta partai yang jelas dan konsisten memperjuangkan nilai-nilai Pancasila, kita berharap agar pemimpin dan kekuatan politik yang terpilih memastikan bahwa keimanan kita akan Tuhan Yang Maha Esa menjadi daya transformatif bagi seluruh segi kehidupan yang dirumuskan dalam keempat sila yang lain. Kalau ini terjadi, dalam keyakinan iman Kristiani, inilah makna Paskah yang nyata dalam kehidupan bangsa. Selamat Paskah.

 I Suharyo, Uskup Keuskupan Agung Jakarta

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000005994705
Powered by Telkomsel BlackBerry®