Salam Damai Kristus,

Sebuah kontribusi para mantan frater, pastor, suster, bruder, dll bagi pembangunan kehidupan bersama yang lebih baik. Kirimkan artikel apa saja yang mau ditampilkan pada blog ini ke email: mantan.frater09@gmail.com Atas kunjungannya, terima kasih.

Selasa, 26 Januari 2016

PESAN PAUS FRANSISKUS UNTUK MASA PRAPASKAH 2016

"Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan" (Mat 9:13). Karya-karya kerahiman pada jalan Yubileum

1. Maria, Citra Gereja Yang Berevangelisasi Karena Ia Terevangelisasi

Dalam Bulla Indiksi Yubileum Luar Biasa Kerahiman, saya memohon agar "masa Prapaskah dalam Tahun Yubileum ini dihayati secara lebih intens sebagai momen istimewa untuk merayakan dan mengalami kerahiman Allah" (Misericordiae Vultus, 17). Dengan menyerukan untuk mendengarkan dengan penuh perhatian sabda Allah dan mendorong prakarsa "24 Jam Bagi Tuhan", saya berusaha menekankan keutamaan mendengarkan penuh doa terhadap sabda Allah, terutama sabda kenabian-Nya. Kerahiman Allah adalah sebuah pemberitaan yang dibuat bagi dunia, sebuah pemberitaan yang mana setiap orang Kristiani dipanggil untuk mengalaminya secara langsung. Karena alasan ini, selama masa Prapaskah saya akan mengutus para Misionaris Kerahiman sebagai sebuah tanda nyata bagi semua orang kedekatan dan pengampunan Allah.

Setelah menerima Kabar Baik yang dikatakan kepadanya oleh malaikat Gabriel, Maria, dalam Magnificat-nya, secara kenabian melantungkan kerahiman Allah yang dengan jalan tersebut Allah memilih dia. Perawan Nazaret, yang bertunangan dengan Yosef, oleh karena itu menjadi ikon sempurna Gereja yang berevangelisasi, karena ia, dan terus, terevangelisasi oleh Roh Kudus, yang membuat rahimnya yang perawan berbuah. Dalam tradisi kenabian, kerahiman semata-mata terkait - bahkan pada taraf etimologis - dengan rahim keibuan (rahamim) dan kebaikan yang berlimpah, setia dan penuh kasih sayang (hesed) yang ditampilkan di dalam hubungan pernikahan dan keluarga.

2. Perjanjian Allah Dengan Umat Manusia : Sebuah Sejarah Kerahiman

Misteri kerahiman ilahi terungkap dalam sejarah perjanjian antara Allah dan Israel umat-Nya. Allah menunjukkan diri-Nya sesungguhnya kaya dalam kerahiman, sesungguhnya siap memperlakukan umat-Nya dengan kelembutan dan kasih sayang yang mendalam, terutama pada saat-saat tragis tersebut ketika perselingkuhan memutuskan ikatan perjanjian, yang kemudian perlu disahkan dengan lebih tegas dalam keadilan dan kebenaran. Di sinilah kisah kasih sejati, yang di dalamnya Allah memerankan ayah dan suami yang dikhianati, sementara Israel memerankan anak dan mempelai yang tidak setia. Gambaran-gambaran rumah tangga ini - seperti dalam kasus Hosea (bdk. Hos 1-2) - menunjukkan sejauh mana Allah ingin mengikatkan diri-Nya kepada umat-Nya.

Kisah kasih ini memuncak dalam penjelmaaan Putra Allah. Dalam Kristus, Bapa mencurahkan keluar kerahiman-Nya yang tak terbatas bahkan menjadikan-Nya "kerahiman yang menjelma" (Misericordiae Vultus, 8) Sebagai seorang manusia, Yesus dari Nazaret adalah seorang putra Israel yang sejati; Ia mewujudkan pendengaran sempurna itu yang dibutuhkan setiap orang Yahudi dengan Shema, yang hari ini juga merupakan jantung perjanjian Allah dengan Israel : "Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu" (Ul 6:4-5). Sebagai Putra Allah, Ia adalah Sang Mempelai Laki-laki yang melakukan segalanya untuk memenangkan kasih mempelai perempuan-Nya, yang kepadanya Ia terikat oleh kasih tanpa syarat yang menjadi kelihatan dalam pesta pernikahan yang kekal.

Inilah jantung sesungguhnya kerygma apostolik, yang di dalamnya kerahiman ilahi memegang tempat sentral dan fundamental. Ia adalah "keindahan kasih Allah yang menyelamatkan yang terwujud dalam Yesus Kristus yang telah wafat dan bangkit dari antara orang mati" (Evangelii Gaudium, 36), pemberitaan pertama itu yang "kita harus dengar lagi dan lagi dengan cara yang berbeda, pemberitaan yang kita harus wartakan dengan satu atau lain cara sepanjang proses katekese, pada setiap tingkat dan saat" (Evangelii Gaudium, 164). Kerahiman "mengungkapkan cara Allah menjangkau orang berdosa, menawarkan kepadanya sebuah kesempatan baru memandang diri-Nya, bertobat, dan percaya" (Misericordiae Vultus, 21), dengan demikian memulihkan hubungannya dengan Dia. Dalam Yesus yang disalibkan, Allah menunjukkan keinginan-Nya untuk mendekat kepada orang-orang berdosa, meskipun mereka mungkin jauh telah menyimpang daripada-Nya. Dengan cara ini Ia berharap untuk melunakkan hati mempelai perempuan-Nya yang keras.

3. Karya-karya Kerahiman

Kerahiman Allah mengubah hati manusia; ia memungkinkan kita, melalui pengalaman kasih yang setia, menjadi penuh kerahiman pada gilirannya. Dalam sebuah mukjizat yang sesungguhnya baru, kerahiman ilahi bersinar keluar dalam kehidupan kita, mengilhami kita masing-masing untuk mengasihi sesama kita dan untuk mengabdikan diri kita terhadap apa yang disebut tradisi Gereja karya-karya kerahiman rohani dan jasmani. Karya-karya ini mengingatkan kita bahwa iman menemukan ungkapan dalam tindakan-tindakan nyata sehari-hari yang dimaksudkan untuk membantu sesama kita dalam tubuh dan jiwa : dengan memberi makan, mengunjungi, menghibur dan memberi mereka petunjuk. Pada hal-hal tersebut kita akan hakimi. Karena alasan ini, saya mengungkapkan harapan saya agar "umat Kristiani sudi merenungkan karya-karya kerahiman jasmani dan rohani, ini akan menjadi suatu cara untuk membangunkan kembali hati nurani kita, yang terlalu sering tumbuh membosankan dalam rupa kemiskinan, dan masuk lebih dalam ke jantung Injil di mana orang miskin memiliki pengalaman khusus akan kerahiman Allah" (Misericordiae Vultus, 15). Karena dalam orang miskin, daging Kristus "menjadi kelihatan dalam daging orang-orang yang tersiksa, orang-orang yang remuk redam, orang-orang yang terhukum, orang-orang yang kurang gizi, dan orang-orang yang terasing ... untuk diakui, dijamah, dan dirawat oleh kita" (Misericordiae Vultus, 15). Ia adalah misteri yang belum pernah terjadi sebelumnya dan menyebabkan skandal dari perluasan waktu penderitaan Anak Domba yang tak berdosa, semak terbakar dari kasih yang cuma-cuma. Di hadapan kasih ini, kita bisa, seperti Musa, melepas kasut kita (bdk. Kel 3:5), terutama ketika orang-orang miskin adalah saudara atau saudari kita di dalam Kristus yang sedang menderita karena iman mereka.

Dalam terang kasih ini, yang sekuat kematian (bdk. Kid 8:6), orang-orang miskin yang sebenarnya terungkap sebagai orang-orang yang menolak untuk melihat diri mereka seperti itu. Mereka menganggap diri mereka kaya, namun mereka sebenarnya orang-orang yang paling miskin dari antara orang-orang miskin. Hal ini karena mereka adalah budak-budak dosa, yang membawa mereka menggunakan kekayaan dan kekuasaan bukan untuk melayani Allah dan orang lain, tetapi menahan di dalam hati mereka rasa yang mendalam bahwa mereka juga hanya para pengemis yang miskin. Semakin besar kekuasaan dan kekayaan mereka, kebutaan dan penipuan ini semakin bisa bertumbuh. Ia bahkan bisa mencapai titik menjadi buta terhadap Lazarus yang mengemis di depan pintu mereka (bdk. Luk 16:20-21). Lazarus, orang miskin tersebut, adalah sosok Kristus, yang melalui orang-orang miskin sangat memohon pertobatan kita. Dengan demikian, ia mewakili kemungkinan pertobatan yang Allah tawarkan kepada kita dan yang mungkin kita gagal melihat orang-orang miskin.

Kebutaan seperti itu sering disertai dengan khayalan yang membanggakan kemahakuasaan kita sendiri, yang mencerminkan dengan cara yang jahat "kamu akan menjadi seperti Allah" yang bersifat iblis (Kej 3:5) yang merupakan akar dari segala dosa. Khayalan ini dapat juga mengambil bentuk-bentuk sosial dan politik, seperti yang ditunjukkan oleh sistem totaliter abad kedua puluh, dan, di zaman kita sendiri, oleh ideologi pemikiran yang memonopoli dan teknosains, yang akan membuat Allah tidak relevan dan mengecilkan manusia menjadi bahan baku untuk dieksploitasi. Khayalan ini juga dapat terlihat dalam tatanan-tatanan penuh dosa yang terkait dengan sebuah model pembangunan palsu yang berdasarkan berhala uang, yang mengarah kepada kurangnya perhatian terhadap nasib orang-orang miskin pada pihak pribadi-pribadi dan masyarakat-masyarakat kaya, mereka menutup pintu-pintu mereka, bahkan menolak melihat orang-orang miskin.

Bagi kita semua, kemudian, masa Prapaskah dalam Tahun Yubileum ini adalah waktu yang menguntungkan untuk mengatasi keterasingan keberadaan kita dengan mendengarkan sabda Allah dan dengan mengamalkan karya-karya kerahiman. Dalam karya-karya kerahiman jasmani kita menjamah daging Kristus dalam saudara dan saudari kita yang perlu diberi makan, diberi pakaian, dilindung, dikunjungi; dalam karya-karya kerahiman rohani - nasehat, petunjuk, pengampunan, teguran dan doa - kita menjamah secara lebih langsung kedosaan kita sendiri. Karya-karya kerahiman jasmani maupun rohani harus tidak pernah terpisah. Dengan menjamah daging Yesus yang disalibkan dalam orang-orang yang sedang menderita, orang-orang berdosa dapat menerima karunia menyadari bahwa mereka juga miskin dan membutuhkan. Dengan mengambil jalan ini, "orang-orang angkuh", "orang-orang berkuasa" dan "orang-orang kaya" yang dibicarakan dalam Magnificat juga dapat dipeluk dan dengan tidak pantas dikasihi oleh Tuhan yang disalibkan yang telah mati dan bangkit untuk mereka. Kasih ini sendiri adalah jawaban terhadap kerinduan untuk kebahagiaan dan kasih yang tak terbatas itu yang kita pikir kita dapat puaskan dengan berhala pengetahuan, kekuasaan dan kekayaan. Namun bahaya selalu tinggal sehingga dengan penolakan terus menerus untuk membuka pintu hati mereka bagi Kristus yang mengetuk mereka dalam orang-orang miskin, orang-orang angkuh, kaya dan berkuasa akhirnya akan mengutuk diri mereka sendiri dan terjun ke dalam jurang kesendirian kekal yang adalah neraka. Kata-kata tajam Abraham berlaku untuk mereka dan untuk kita semua : "Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu" (Luk 16:29). Mendengarkan penuh perhatian seperti itu akan dengan paling baik mempersiapkan kita untuk merayakan kemenangan akhir atas dosa dan kematian dari Sang Mempelai Laki-laki, yang sekarang telah bangkit, yang ingin memurnikan Tunangan-Nya dalam pengharapan akan kedatangan-Nya.

Marilah kita tidak memboroskan masa Prapaskah ini, sehingga menguntungkan sebuah waktu untuk pertobatan! Kita memohon hal ini melalui perantaraan keibuan Perawan Maria, yang, di hadapan kebesaran kerahiman Allah yang dianugerahkan secara cuma-cuma atasnya, adalah orang pertama yang mengakui kerendahan dirinya (bdk. Luk 1:48) dan menyebut dirinya hamba Tuhan (bdk. Luk 1:38).

Dari Vatikan, 4 Oktober 2015
Pesta Santo Fransiskus Asisi

FRANSISKUS

*******

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Buku Baru Paus Fransis, Soal Perkawinan, Homoseksual dan korupsi

Paus Fransiskus pada Selasa 12 Januari 2016 lalu merilis buku barunya yang membahas tentang perkawinan dan seksualitas. Berbicara tentang bukunya yang berjudul "The Name of God Is Mercy" tersebut, Paus Fransiskus mengatakan bahwa dia sangat senang membahas tentang seksualitas, terutama homoseksual.


"Saya senang bahwa kita berbicara tentang 'homoseksual' karena diatas semuanya adalah tentang keutuhan dan martabat masing-masing individu.

"Dan orang-orang tidak harus mendefinisikan hanya dengan kecenderungan seksual mereka: janganlah kita lupa bahwa Allah mengasihi semua ciptaan-Nya dan kita ditakdirkan untuk menerima cintanya yang tak terbatas.

"Saya lebih suka bahwa homoseksual datang ke pengakuan, bahwa mereka tetap dekat dengan Tuhan, dan bahwa kita berdoa bersama-sama," kata Paus, seperti yang dilansir Priemer Christian Radio pada 11 Januari 2016.

Selain itu, Paus juga berbicara soal perkawinan, dimana dia mengajak orang untuk menghargai setiap keputusan dalam masing-masing rumah tangga. Terkhusus dia membahas tentang perceraian dalam gereja khatolik.

Pemimpin Gereja Katolik tersebut juga membahas korupsi , topik hangat dalam serangkaian skandal Vatikan baru-baru ini tentang dugaan salah urus keuangan Gereja.

"Orang korup marah karena dompetnya dicuri dan dia mengeluh tentang kurangnya keamanan di jalan-jalan, tapi kemudian dia adalah orang yang menipu negara dengan menghindari pajak, atau dia memecat karyawannya setiap tiga bulan sehingga dia tidak harus mempekerjakan mereka dengan kontrak permanen.

"Dan kemudian dia menawarkan kepada teman-temannya tentang cara-cara licik nya. Dia adalah orang yang pergi ke Misa setiap hari Minggu namun tidak memiliki masalah dengan menggunakan posisinya kuat untuk menuntut suap. ... Orang korup sering tidak menyadari kondisinya sendiri, kebanyakan mereka tidak menyadari bau mulutnya sendiri."

Buku ini dirilis pada Selasa, dalam rangka bertepatan dengan Tahun Yubileum Mercy, tahun di mana umat Katolik dipanggil untuk mencari pengampunan, serta memaafkan orang lain.

Link:


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Senin, 25 Januari 2016

PESAN BAPA SUCI PAUS FRANSISKUS UNTUK HARI ORANG SAKIT SEDUNIA KE-24 TAHUN. 2016


PESAN BAPA SUCI PAUS FRANSISKUS

UNTUK HARI ORANG SAKIT SEDUNIA KE-24

2016

 

Mempercayakan diri kepada Yesus yang berbelas kasih seperti Maria:

"Lakukanlah apa pun yang Dia katakan padamu" (Yoh 2:5)

 
Saudari-saudara terkasih,

Hari Orang Sakit Sedunia ke-24 memberi saya kesempatan khusus untuk mendekatkan diri kepada Anda, sahabat-sahabat terkasih yang sakit, dan kepada mereka yang merawat Anda.


Tahun ini, karena Hari Orang Sakit akan dirayakan dengan khidmat di Tanah Suci, saya ingin menawarkan sebuah renungan dari Injil tentang pesta perkawinan di Kana (Yoh 2:1-11), dimana Yesus melakukan mukjizat-Nya yang pertama melalui campur tangan Ibunda-Nya. Tema yang dipilih – Mempercayakan diri kepada Yesus yang berbelas kasih seperti Maria: "Lakukanlah apa pun yang Dia katakan padamu" (Yoh 2:5) – sungguh sesuai dengan semangat Yubileum Agung Kerahiman. Perayaan Ekaristi Hari Orang Sakit ini akan dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2016, pada peringatan liturgis Santa Perawan Maria dari Lourdes, di Nazaret, dimana "Sang Sabda telah menjadi daging dan tinggal di antara kita" (Yoh 1:14). Di Nazaret, Yesus memulai misi keselamatan-Nya, dengan menerapkan kepada diri-Nya kata-kata Nabi Yesaya, sebagaimana diceritakan Penginjil Lukas: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan bagi orang-orang tahanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan bahwa tahun rahmat Tuhan telah datang" (Luk 4:18-19).


Penyakit, di atas semuanya penyakit yang berat, selalu menempatkan keberadaan manusia dalam krisis dan membawa serta pertanyaan yang begitu dalam. Tanggapan pertama kita bisa jadi merupakan satu pemberontakan: Mengapa ini terjadi padaku? Kita dapat merasa putus asa, berpikir bahwa semuanya telah hilang, bahwa semua hal dalam hidup ini  tidak mempunyai arti lagi.


Dalam situasi-situasi ini, iman kepada Allah pada satu sisi diuji, namun pada waktu yang sama dapat menyatakan semua sumber daya positifnya. Bukan karena iman menyebabkan penyakit, rasa sakit, atau pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan, menghilang, tetapi karena iman menawarkan kunci yang membantu kita dapat menemukan makna terdalam dari apa yang sedang kita alami; sebuah kunci yang membantu kita melihat bagaimana penyakit dapat menjadi jalan untuk lebih mendekatkan diri kepada Yesus yang berjalan di sisi kita, yang dibebani oleh salib. Dan kunci ini diberikan kepada kita oleh Maria, Bunda kita, yang telah lebih dulu mengenal jalan ini.


Pada pesta perkawinan di Kana, Maria adalah perempuan bijaksana yang melihat masalah serius bagi kedua mempelai: anggur, simbol sukacita pesta, telah habis. Maria mengetahui adanya kesulitan, dalam beberapa hal menyelesaikan dengan caranya sendiri, dan bertindak dengan cepat dan hati-hati. Dia tidak sekedar menonton, dalam waktu singkat menemukan dimana letak masalahnya, tetapi lebih dari itu, dia berpaling kepada Yesus dan mengajukan kepada-Nya persoalan yang nyata: "Mereka kehabisan anggur" (Yoh 2:3). Dan ketika Yesus mengatakan padanya bahwa sekarang belum tiba waktunya bagi Dia untuk menyatakan diri-Nya (bdk. Ayat 4), Maria mengatakan kepada para pelayan: "Lakukanlah apa pun yang Dia katakan padamu" (ayat 5). Kemudian Yesus melakukan mukjizat, mengubah air menjadi anggur, anggur yang dengan seketika menjadi anggur yang terbaik dalam keseluruhan pesta. Pelajaran apa yang dapat kita tarik dari misteri pesta perkawinan di Kana ini bagi Hari Orang Sakit Sedunia?


Pesta perkawinan di Kana merupakan suatu gambaran Gereja: di pusatnya ada Yesus yang dalam belaskasih-Nya mengerjakan suatu  tanda; di sekitar Yesus ada para murid, buah-buah pertama dari komunitas yang baru; serta di samping Yesus dan para murid ada Maria, Ibu pemelihara dan pendoa. Maria ambil bagian dalam kegembiraan orang kebanyakan dan membantunya untuk tumbuh; dia menjadi perantara dengan Puteranya atas nama kedua mempelai dan semua tamu yang diundang. Yesus juga tidak menolak permintaan ibu-Nya. Betapa besar harapan yang ada dalam peristiwa itu bagi kita semua! Kita memiliki seorang Ibu yang lemah lembut dan yang selalu waspada, seperti Puteranya; sebuah hati yang penuh kasih keibuan, seperti Dia; tangan-tangan yang ingin membantu, seperti tangan-tangan Yesus yang memecah-mecah roti bagi mereka yang lapar, menjamah yang sakit dan menyembuhkan mereka. Semua ini memenuhi kita dengan kepercayaan dan membuka hati kita bagi rahmat dan belaskasih Kristus.


Kepengantaraan Maria membuat kita mengalami penghiburan yang membuat rasul Paulus memuliakan Allah: "Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah. Sebab sama seperti kami mendapat bagian berlimpah-limpah dalam kesengsaraan Kristus, demikian pula oleh Kristus kami menerima penghiburan berlimpah-limpah" (2Kor 1:3-5). Maria adalah Ibu "penghiburan" yang menghibur anak-anaknya.


Di Kana ciri khas Yesus dan misi-Nya terlihat dengan jelas: Dia datang untuk menolong mereka yang berada dalam kesulitan dan yang kekurangan. Memang, di medan pelayanan mesianis-Nya, Dia menyembuhkan banyak orang dari berbagai penyakit, kelemahan-kelemahan dan roh-roh jahat, memberi penglihatan pada yang buta, membuat orang yang lumpuh berjalan, memulihkan kesehatan dan martabat bagi mereka yang lepra, membangkitkan yang mati, dan mewartakan kabar baik kepada orang miskin (bdk. Luk 7:21-22). Permintaan Maria pada pesta perkawinan, yang didorong oleh Roh Kudus pada hati keibuannya, dengan jelas memperlihatkan bukan hanya kekuasaan Yesus sebagai Juru Selamat tetapi juga belas kasih-Nya.


Dalam keprihatinan Maria, kita menyaksikan pantulan kelembutan hati Allah. Kelembutan hati yang sama ini hadir di dalam hidup semua orang yang memberi perhatian kepada orang sakit dan memahami kebutuhan-kebutuhan mereka, bahkan kepada orang-orang yang paling tidak mendapat perhatian, karena mereka memandang orang-orang sakit dan yang tidak mendapat perhatian dengan mata yang penuh cinta. Sedemikian sering seorang ibu menunggui anaknya yang sakit di samping pembaringannya, atau seorang anak yang merawat orangtua yang sudah lanjut usia, atau seorang cucu yang prihatin terhadap kakek-neneknya, menyerahkan doa mereka ke dalam tangan Bunda kita! Untuk orang-orang yang kita cintai yang menderita karena suatu penyakit, kita pertama-tama memohon untuk kesehatan mereka. Yesus sendiri memperlihatkan kehadiran Kerajaan Allah secara khusus melalui penyembuhan-penyembuhan-Nya: "Pergi dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik" (Mat 11:4-5). Tetapi kasih yang dihidupi oleh iman membuat kita memohon bagi mereka sesuatu yang lebih besar daripada kesehatan jasmani: kita memohon kedamaian, ketentraman di dalam hidup yang datang dari hati dan merupakan rahmat Allah, buah dari Roh Kudus, rahmat dari Bapa yang tidak pernah menolak mereka yang memohon kepada-Nya dengan penuh kepercayaan.


Dalam adegan di Kana, selain Yesus dan Ibu-Nya, ada "pelayan-pelayan", yang kepada mereka Maria katakan: "Lakukanlah apa pun yang Dia katakan padamu" (Yoh 2:5). Tentu saja, mukjizat tersebut sebagai karya Kristus; bagaimanapun, Dia ingin menggunakan bantuan manusia dalam melakukan mukjizat ini. Dia dapat membuat anggur yang secara langsung ada di gentong-gentong. Namun Dia ingin mengandalkan  kerjasama manusia, karena itu Dia meminta pelayan-pelayan untuk mengisi gentong-gentong itu dengan air. Betapa indah dan menyenangkan Tuhan menjadi pelayan  bagi orang lain! Ini lebih daripada apa pun yang membuat kita seperti Yesus, yang "datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani" (Mrk 10:45). Orang-orang yang tak dikenal ini  di dalam Injil mengajarkan kepada kita suatu hal besar. Tidak sekedar memperlihatkan mereka taat, tetapi mereka taat dengan sepenuh hati: mereka mengisi gentong-gentong sampai penuh (bdk. Yoh 2:7). Mereka percaya pada bunda-Nya dan segera mengerjakannya dengan baik apa yang diminta untuk mereka kerjakan, tanpa mengeluh, tanpa berpikiran macam-macam.


Pada Hari Orang Sakit Sedunia ini marilah kita memohon kepada Yesus di dalam belas kasih-Nya, melalui perantaraan Maria, Ibunda-Nya dan Ibu kita, untuk melimpahkan kepada kita kesiapsediaan yang sama untuk melayani mereka yang membutuhkan, dan secara khusus, saudari-saudara kita yang lemah. Kadang-kadang pelayanan ini terasa melelahkan dan membebani, namun kita tentu yakin bahwa Tuhan pasti akan mengubah upaya-upaya manusiawi kita menjadi sesuatu yang ilahi. Kita juga dapat menjadi tangan, lengan dan hati yang membantu Allah untuk melakukan mukjizat-mukjizat-Nya, yang begitu sering tersembunyi. Kita juga, entah sehat atau sakit, dapat mempersembahkan beban hidup dan penderitaan-penderitaan kita seperti air yang memenuhi gentong-gentong pada pesta perkawinan di Kana dan diubah menjadi anggur terbaik. Dengan diam-diam membantu mereka yang menderita, seperti dalam penyakitnya sendiri, kita memikul salib harian kita di atas bahu kita dan mengikuti Sang Guru (bdk. Luk 9:23). Meskipun begitu pengalaman penderitaan akan selalu merupakan sebuah misteri, Yesus membantu kita untuk mengungkapkan maknanya.


Jika kita mampu belajar mentaati kata-kata Maria, yang mengatakan: "Lakukanlah apa pun yang Dia katakan padamu", Yesus akan selalu mengubah air kehidupan kita menjadi anggur yang berharga. Demikian Hari Orang Sakit Sedunia ini, yang dirayakan secara khidmat di Tanah Suci, akan membantu memenuhi harapan yang saya nyatakan dalam Bulla Tahun Yubileum Agung Kerahiman: 'Saya percaya bahwa Tahun Yubelium Agung yang merayakan kerahiman Allah ini akan membantu perkembangan perjumpaan dengan (Yudaisme dan Islam) dan dengan tradisi-tradisi mulia agama lain; semoga hal ini membuka kita pada dialog yang lebih sungguh-sungguh lagi sehingga kita saling mengenal dan mengerti satu sama lain dengan lebih baik; semoga hal ini mengikis setiap bentuk kepicikan pikiran dan sikap kurang hormat, serta menyingkirkan setiap bentuk kekerasan dan diskriminasi' (Misericordiae Vultus, 23). Setiap rumah sakit dan rumah perawatan dapat menjadi sebuah tanda yang kelihatan dan menjadi tempat untuk mempromosikan budaya perjumpaan dan perdamaian, di mana pengalaman sakit dan menderita, disertai dengan bantuan yang profesional dan semangat persaudaraan, membantu mengatasi setiap keterbatasan dan keterpecahan.


Untuk ini kita diberi teladan oleh dua orang suster religius yang dikanonisasi pada akhir Mei yang lalu: Santa Maria-Alphonsine Danil Ghattas dan Santa Maria dari Baouardy Yesus Tersalib, keduanya puteri dari Tanah Suci. Yang pertama adalah seorang saksi kesabaran/kelembutan dan kesatuan, yang memberi kesaksian yang jelas mengenai pentingnya tanggungjawab kepada satu sama lain, dengan hidup saling melayani. Yang kedua, seorang perempuan yang rendah hati dan buta huruf, yang patuh pada Roh Kudus dan menjadi sebuah sarana perjumpaan dengan dunia muslim.

Kepada semua yang membantu orang sakit dan menderita, saya menyatakan harapan yang saya yakini bahwa mereka akan mengambil inspirasi dari Maria, Bunda Kerahiman. "Semoga kemanisan ketenangannya menjaga kita di dalam Tahun Suci ini, sehingga kita semua dapat menemukan kembali sukacita dari kelembutan hati Allah (ibid, 24), mengijinkannya tinggal di dalam hati kita dan menyatakannya dalam tindakan-tindakan kita! Marilah kita mempercayakan pencobaan-pencobaan dan kesengsaraan-kesengsaraan kita kepada Perawan Maria, bersama dengan sukacita dan penghiburan kita. Marilah memohon kepadanya untuk mengalihkan mata belaskasihnya ke arah kita, khususnya di kala sakit, dan menjadikan kita pantas memandang, wajah kerahiman Yesus Puteranya, kini dan selamanya!

Teriring doa untuk Anda semua, saya melimpahkan Berkat Apostolik.

Dari Vatikan, 15 September 2015
Pada Peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita
 
FRANSISKUS

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Senin, 18 Januari 2016

PEKAN DOA SEDUNIA UNTUK KESATUAN UMAT KRISTIANI 18-25 Januari 2016 - PANGGILAN MEWARTAKAN PERBUATAN-PERBUATAN TUHAN YANG BESAR! (Bdk. 1 Petrus 2:9)‎


PEKAN DOA SEDUNIA UNTUK KESATUAN UMAT KRISTIANI
18-25 Januari 2016

PANGGILAN MEWARTAKAN PERBUATAN-PERBUATAN TUHAN YANG BESAR! (Bdk. 1 Petrus 2:9)

Pengantar:
Tema Pekan Doa Sedunia (PDS) untuk Kesatuan Umat Kristiani 2016 dikutip dan diolah dari Surat Pertama St. Petrus bab 2 ayat 9. Selengkapnya, teks itu berbunyi, "Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib" (1Ptr 2:9). Berangkat dan berpangkal dari teks tersebut, tema PDS untuk Kesatuan Umat Kristiani 2016 dirumuskan menjadi "Panggilan Mewartakan Perbuatan-Perbuatan Tuhan yang besar". Allah mengerjakan perbuatan-perbuatan-Nya yang besar bagi kita semua dan kita dipanggil untuk mewartakannya.

Dari bahan yang diterbitkan oleh kerjasama Dewan Kepausan untuk Kesatuan Umat Kristiani (Vatikan, Katolik Roma) dan Komisi Iman dan Hukum Dewan Gereja-Gereja Sedunia (Gereja-Gereja Protestan) dipersiapkan oleh Komunitas Umat Kristiani di Latvia, terutama oleh Pusat Orang Muda Katolik Keuskupan Agung Riga, yang timbul dari pengalaman mereka menyelenggarakan Jalan Salib Ekumenis. Pengalaman Umat beriman di negeri bekas Uni Soviet yang sebelumnya dikuasai komunisme itu membantu kita dalam menghayati pedihnya perpecahan dan penting indahnya persatuan. Sejarah kelam saat Latvia diduduki oleh Uni Soviet masih menghantui banyak sekali orang di Negara ini. Masih ada dukacita mendalam dan kepedihan. Itu mengakibatkan luka batin yang membuat orang menjadi sulit mengampuni. Semuanya ini bagaikan batu besar yang menutupi pintu kubur Yesus.

Akan tetapi dalam iman, harapan, dan kasih kepada Tuhan Yesus Kristus, yang telah berdoa bagi kawanan domba-Nya agar bersatu; tiada yang mustahil untuk diubah dan diwujudkan. Persatuan dan kesatuan Umat Kristiani dapat dibaca dalam terang pengalaman konkret tersebut. Tumpuannya hanya satu yakni iman, harapan dan kasih kepada Kristus yang sejak awal mula merindukan bahkan mendoakan kita semua agar bersatu dan memberikan kesaksaian tentang hidup bersama yang ditandai dengan kerukunan dan persaudaraan yang sejati dengan siapa saja di mana saja dan kapan saja.

Tema yang kita renungkan selama PDS 2016 ini selaras dengan Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang (RIKAS), yang sejak tahun 2016 ini mengajak kita semua untuk membangun peradaban kasih dalam kehidupan yang sejahtera dalam semangat inklusif dan transformatif. Semoga kian hari, kita kian membangun peradaban kasih di antara umat Kristiani dan kemudian meluas mengakar di antara semua umat manusia dalam kehidupan yang rukun, bersatu dan bahagia.

Selamat mewartakan perbuatan-perbuatan besar yang telah dikerjakan Tuhan dalam dan melalui kehidupan kita yang rapuh ini, namun kita dipanggil dan diutus untuk mewartakan belas kasih-Nya dalam kehidupan kita bersama. Tuhan memberkati. Berkah Dalem.

Ungaran, 26/11/2015

Aloys Budi Purnomo, Pr
Delegatus Komisi HAK KAS

***

BACAAN ALKITAB
PANGGILAN MEWARTAKAN PERBUATAN-PERBUATAN TUHAN YANG BESAR! (1Ptr 2:9)

"Tetapi kamulah bangsa yang terpilih,
imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihiani, tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan."

***

TEMA, DOA DAN REFLEKSI ALKITABIAH SELAMA SATU PEKAN

HARI 1: Biarkanlah batu itu terguling

Yehezkiel 37:12-14: "Aku membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu, hai umat-Ku, dari dalamnya."

Mazmur 71:18b-23: "Keperkasaan-Mu dan keadilan-Mu, ya Allah, sampai ke langit."

Roma 8:15-21: "Jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia."

Matius 28:1-10: "Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya."

Setiap orang mempunyai sejarah kelam penderitaan. Itu bagaikan batu besar yang menutupi pintu kubur Yesus. Namun, jika penderitaan yang kita alami, kita satukan dengan penderitaan-Nya, maka kisah kita tidak akan berakhir dengan mengurung diri dalam kubur. Gempa bumi karena kebangkitan Tuhan adalah kejadian yang menggoncang dunia yang membuka kubur kita dan membebaskan kita dari penderitaan dan kepedihan yang selama ini membuat kita mengasingkan diri dari orang lain. Inilah karya agung Tuhan: kasih-Nya, yang menggoncang dunia, yang menggulingkan batu kubur, yng membebaskan kita, dan yang memanggil kita keluar untuk memasuki suatu pagi hari yang baru. Saat inilah, saat fajar baru kita dipersatukan kembali dengan saudara-saudari kita yang dulu juga terkurung dan terluka. Seperti Maria Magdalena kita harus "pergi cepat-cepat" dari momen penuh sukacita ini untuk mewartakan kepada orang lain mengenai apa yang telah Tuhan lakukan dalam hidup kita.

Refleksi: Permasalahan apa yang pernah kita alami yang membuat kita mengurung diri kita sendiri dalam kubur dukacita, kesedihan, kekhawatiran, kegelisahan dan keputusasaan? Apa yang menghalangi kita untuk menerima janji dan sukacita dari kebangkitan Kristus? Seberapa siapkah kita membagikan pengalaman bersama Kristus kepada orang-orang yang kita jumpai?

Doa: Tuhan Yesus, Engkau selalu mengasihi kami sejak semula, dan menunjukkan betapa dalam kasih-Mu melalui wafat-Mu di salib untuk menebus dosa kami, menanggung penderitaan dna luka kami. Saat ini, kami serahkan semua penghalang yang menjauhkan kami dari-Mu di bawah kaki salib-Mu. Gulingkanlah batu kubur yang memenjarakan kami. Bangkitkanlah kami menyongsong fajar baru. Semoga kami bisa mewartakan Engkau kepada saudara-saudari kami yang terpisah dari-Mu, kini dan selamanya. Amin

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Selasa, 05 Januari 2016

RESOLUSI UTAMA PAUS FRANSISKUS THN. 2016


RESOLUSI UTAMA PAUS FRANSISKUS THN. 2016

Paus Fransiskus menyampaikan Resolusi Utama untuk Tahun Baru 2016 kepada kaum Awam.

– "Take care of your spiritual life, your relationship with GOD, because this is the backbone of everything we do and everything we are." 
("Jagalah kehidupan rohani Anda dan hubungan Anda dengan TUHAN, karena ini merupakan kekuatan dasar dari semua yang kita lakukan dan segala bentuk kehadiran kita ")

– "Take care of your family life, giving your children and loved ones not just money, but most of all your time, attention and love." 
( "Jagalah kehidupan keluarga Anda, tidak hanya dengan memberikan uang kepada anak-anak Anda dan orang-orang yang Anda cintai, melainkan dengan memberikan seluruh waktu, perhatian dan cinta Anda kepada mereka ")

– "Take care of your relationships with others, transforming your faith into life and your words into good works, especially on behalf of the needy." 
("Jagalah hubungan Anda dengan orang lain, dengan mewujudkan iman Anda ke dalam hidup dan mewujudkan perkataan ke dalam karya kebaikan, terutama demi mereka yang membutuhkan ")

– "Be careful how you speak, purify your tongue of offensive words, vulgarity and worldly decadence." 
( "Berhati-hatilah ketika Anda berbicara, bersihkanlah lidah Anda dari segala perkataan yang menyakitkan hati, yang kasar, dan yang memerosotkan kehidupan duniawi " )

– "Heal wounds of the heart with the oil of forgiveness, forgiving those who have hurt us and medicating the wounds we have caused others." 
( "Sembuhkanlah luka-luka hati dengan minyak pengampunan, dengan memaafkan mereka yang telah melukai kita dan dengan mengobati luka-luka orang lain sebagai akibat dari perbuatan kita " )

– "Look after your work, doing it with enthusiasm, humility, competence, passion and with a spirit that knows how to thank the LORD ." 
("Tekunilah pekerjaan Anda, lakukanlah dengan penuh semangat, kerendahan hati, kesanggupan, dengan segenap hati dan dengan penghayatan penuh syukur kepada ALLAH " )

– "Be careful of envy, lust, hatred and negative feelings that devour our interior peace and transform us into destroyed and destructive people." 
( "Berhati-hatilah terhadap kedengkian, nafsu, kebencian dan perasaan-perasaan negatif yang menggerogoti kedamaian terdalam kita dan mengubah kita menjadi orang-orang yang merusak dan menghancurkan" )

– "Watch out for anger that can lead to vengeance; for laziness that leads to existential euthanasia; for pointing the finger at others, which leads to pride; and for complaining continually, which leads to desperation". ("Waspadalah terhadap kemarahan yang menuntun kepada pembalasan, terhadap kemalasan yang menuntun kepada kematian eksistensial, terhadap sikap menyalahkan orang lain yang menuntun kepada kesombongan, dan terhadap sikap yang senantiasa mengeluh yang menuntun kepada keputusasaan " )

– "Take care of brothers and sisters who are weaker, the elderly, the sick, the hungry, the homeless and strangers, because we will be judged on this." 
( "Rawatlah Saudara-Saudari yang lemah, orang lanjut usia, orang sakit, orang lapar, orang asing dan yang tak punya rumah, karena kita akan dinilai berdasarkan semua ini ")..

Hepi New Year - New Hope - New Spirit..‎
Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.