Salam Damai Kristus,

Sebuah kontribusi para mantan frater, pastor, suster, bruder, dll bagi pembangunan kehidupan bersama yang lebih baik. Kirimkan artikel apa saja yang mau ditampilkan pada blog ini ke email: mantan.frater09@gmail.com Atas kunjungannya, terima kasih.

Rabu, 06 Mei 2009

UNGKAPAN HATI MANTAN FRATER, MASIH DIPANDANG SEBAGAI ASET GEREJA?

Ketika saya sudah menjadi mantan frater, saya bertemu dengan teman-teman yang menjadi mantan room/ frater/ suster di ibukota, Jakarta. Pada umumnya mereka merasa “dibuang” atau dipandang sebelah mata oleh teman yang menjadi bagian dari hidup mereka ketika dulu masih bersama di dalam biara/ rumah. Saya terkejut dan prihatin, apakah mereke/ kami masih diakui eksistensi kami di Gereja? Bukankah kami bisa menjadi aset Gereja ketika berkarya di tengah masyarakat?

Tidak sedikit para mantan keluar dari rumah pendidikan atau biara secara baik-baik. Artinya mereka mengundurkan diri secara sopan. Dengan kata lain ‘permisi’ kepada pimpinannya, sebelum meninggalan “keromoannya, kefraterannya, kebruderannya, atau kesusterannya”.

Kami/ mereka seringkali dipandang sebelah mata ketika bertemu dengan para romo/ suster di paroki mereka berada. Kalau romonya sudah memandang dengan sebelah mata, biasanya umat juga memandang sebelah mata.Lain lagi, kasus seorang teman yang sudah dua tahun menjadi mantan frater, dia mengaku tidak dianggap orang ketika ingin temu kangen dengan para teman seangkatan ketika masih di Seminari Tinggi. Malahan teman yang sudah menjadi romo, mengernyitkan kening/ dahi didatangi mantan temannya.

MEMANG, tidak semua teman, kongregasi, ordo, tareka yang memandang sebelah mata para “saudara” mereka yang sudah menjadi mantan. Ada satu tarekat sejauh saya tahu, yang measih memperhatikan atau masih menganggap anggotanya sebagai “saudara”. Tarekat tersebut, memberikan tawaran pekerjaan atau sutdi karena memiliki daya intelektual yang cukup, meskipun diketahui seseorang itu akan keluar dari tareka.

Perhatian tersebut menjadi kekuatan baru untuk bisa mengabdi Gereja dengan kembali menjadi “awam” di tengah umat. Mereka yang diperhatikan tersebut bisa berkarya dengan menjadi garam dan terang dunia, serta menjadi tokoh awam penting yang disegani dan dibutuhkan umat. Barangkali sebagai contah tak usah disebut di sini.

Para mantan/ kami di luar tareka tersebut, memang tidak meminta untuk dicarikan pekerjaan/ atau distudikan, mungkin karena memiliki kemampuan intelektual. Kami hanya mau dipandang sebagai orang, atau bagian dari Gereja. Sekurang-kurangnya dianggap sebagai orang yang masih bisa mengabdi Gereja dengan cara berbeda.

Barangkali, citra para mantan identik dengan skandal, kasus negatif, pembangkang dan parasit yang mengelabui mata para atau cara pandang para teman kami yang masih dalam biara atau di dalam hirarki terhadap semua mantan. Tetapi apakah semua para mantan menjadi mantan karena citra negatif tersebut? TIDAK. Kebanyakan para mantan mengaku bahwa ke-keluar-an mereka dari biara adalah karena sudah menemukan jalan yang tepat dan berdaasar atas suka rela dan bebas, dan tidak mau memaksa diri di dalam. Mereka tidak mau tertekan batin di dalam rumah lama mereka.Setelah di luar, para mantan memang merasakan beratnya perjuangan memulai hidup baru. Ada yang luntang-lantung ke sana ke mari mencari pekerjaan. Bahkan ada yang diperlakukan tidak manusiawi ketika mencoba melamar pekerjaan. Namun, yang lebih pahit adalah ketika mereka ditolak oleh para “saudara” yang makan dan minum semeja dan tidur se rumah.

Perjalanan pahit tersebut menjadi cambuk dan menguatkan iman untuk mengabdi Gereja di tengah masyarakat. Namun, mereka sering kali mereka tidak dianggap lagi atau dipandang sebelah mata. Sebenarnya, bukankah para mantan bisa menjadi aset/ tokoh Gereja yang menjadi garam dan terang dunia dengan bekal pendidikan filsafat dan teologi serta pendidikan kepribadian yang diperolehnya?

Tulisan seorang mantan frater.

3 komentar:

  1. inilah hidup karena hidup ini indah...
    kebanyakan manusia hanya akan menganggap bahwa orang yang berhasil dan sukses itu hanya orang-orang yang selalu mendapat kedudukan, kehormatan dan jabatan,padahal itu semua hanya kebahagiaan semu. Mungkin sebelum kita di lahirkan kedunia Tuhan telah merencanakan skenario yang indah untuk kita pada saat kita di beri kesempatan untuk menikmati udara yang segar di dunia ini.
    Menjawab panggilan hidup kita tidak harus menjadi seorang imam,frater,bruder,atau seorang suster akan tetapi panggilan hidup yang sejati kita mau mendengarkan suara hati dan mengenali diri kita yang sejati.
    Yesus telah memberi kita teladan dengan rela di kucilkan,diolok-olok dan menderita sengsara hingga wafat di salib.
    Berbahagialah orang yang kecilkan karena melakukan perbuatan Kasih dengan tulus dan tanpa tendensi duniawi sebenarnya ia empunya kerajaan Allah.
    Kita gambarkan manusia seperti tanah basah yang mengandung kesuburan dan pertumbuhan,jiwa manusia mencari dalam kabut kesadarannya tentang jati dirinya mengapa kita dilahirkan ke dunia...

    BalasHapus
  2. Saudaraku, jangan berkecil hati bila hal itu terjadi, dan memang mungkin ada yang demikian. Tapi yakinlah, itu tidak semua. Sebagai contoh, diparoki yang saya gembalakan ada 6 mantan frater. Mereka semua tetap aktif dalam menggereja, menjadi pengurus gereja bahkan bagi paroki sungguh merupakan aset yang berharga dan justru mereka sungguh bisa memahami pastornya, menjadi rekan kerja yang handal, yang siap sedia selalu membantu pastor dalam pelayanan pastoral. Pandang dan yakinkan alam hatimu, bahwa Tuhan memintamu berkarya sebagai umat Tuhan, di tengah masyarakat. Maka saudaraku, bangkit dan berkarya terus bagi Gereja, kamu juga bisa berbuat banyak bagi Gereja bahkan menjangkau pelayanan yang tidak bisa dilakukan oleh para hirarki.

    BalasHapus
  3. aku seorang seminaris yang di sumatera kerap desamakan dengan frater. terus terang aku sangat salut dengan para saudaraku yang dengan berani dan mantap memilih keluar dari jalan khusus ini. jadi, tidak pernah terpikirkan olehku untuk merendahkan mereka. Aku justru banyak belajar dari mereka. Bahkan kadang kadang teman yang keluar itu sendiri yang langsung inder dan menjauh. So, saudaraku yakinlah banyak orang yang masih mengharagai mantan.

    BalasHapus

Silahkan memberikan komentar