Salam Damai Kristus,

Sebuah kontribusi para mantan frater, pastor, suster, bruder, dll bagi pembangunan kehidupan bersama yang lebih baik. Kirimkan artikel apa saja yang mau ditampilkan pada blog ini ke email: mantan.frater09@gmail.com Atas kunjungannya, terima kasih.

Minggu, 17 Februari 2013

Misa & diskusi pasca-penemuan kerangka wanita dewasa & 2 bayi di Lela, Flores

Sudah tersiar luas di NTT dan berbagai daerah di Indonesia, dan bahkan sudah mendunia, berita ditemukannya kerangka Yosephine Keredok Payong (Ex Suster Mary Grace SSpS) dan kedua bayinya di Lela, Sikka, Flores di taman bunga depan tempat TOR (Tahun Orientasi Rohani) para novis projo yang akan melanjutkan ke Seminari Tinggi Ritapiret dan studi di STFK Ledalero, 10 km dari Maumere, Kabupaten Sikka, NTT pada hari Minggu 27 Januari yang lalu. Si tersangka adalah Romo Herman Jumat Pr yang di sekitar tahun 1998 - 2006 menjadi pembimbing rohani para frater. Menurut informasi, romo ini telah diberhentikan uskup Larantuka tahun lalu dalam tugasnya sebagai imam.
Mary Grace (teman-temannya di Ledalero tetap ingin menggunakan nama ini walaupun saat kejadian ia telah keluar dari tarekat SSpS) adalah sarjana filsafat tamatan STFK Ledalero setelah studi selama 4 tahun di kampus Ledalero. Setelah melepas tudung suster, ia bekerja di Rumah Sakit Lela, menjadi penyuluh rohani bagi pasien. Pada waktu ini terjalin hubungan khusus dengan Rm Herman Jumat (keduanya sama-sama berasal dari Kecamatan Ile Boleng, Adonara, Flores Timur). Tahun 1999 ia hamil dan melahirkan bayi di kamar romo tersebut. Bayi itu meninggal entah secara wajar atau dibunuh dan dikuburkan di lahan depan kamar romo itu. Awal tahun 2001 Mary Grace pindah bekerja pada Yayasan yang bergerak di bidang kesehatan di Larantuka yang dipimpin Rm Frans Amanue Pr. Hubungannya dengan Herman Jumat berlangsung terus. Desember 2001 ia minta berhenti bekerja pada yayasan itu dan pindah ke Lela. Sekitar Maret 2002 ia melahirkan bayi yang kedua dan ternyata bayi itu meninggal dan juga ibunya Mary Grace yang dikuburkan di tempat yang sama dengan tempat dikuburkannya bayi yang pertama.
Akhirnya misteri kehilangan Mary Grace selama 10 tahun terkuak. Kematian ini entah alamiah atau dibunuh sedang diselidiki polisi. Informasi yang beredar tahun 2010 tentang dikuburkannya Mary Grace dan kedua anaknya dari informan kunci akhirnya sampai ke telinga paman (om) Mary Grace bernama Pater Peter Payong SVD pada tahun 2011. Ia menjadi misionaris SVD perintis pertama alumnus Seminari Tinggi Ledalero ke Filipina yang pulang ke tanah air dan tinggal di Biara Simeon di Ledalero karena sakit.

Atas inisiatif Pater Peter Payong akhirnya keluarga melaporkan kasus ini kepada polisi di Kantor Polres Maumere. Berdasarkan informasi ini dan dituntun oleh informan kunci akhirnya ditemukan kerangka tiga anak manusia ini, satu wanita dewasa dan kedua bayinya. Wanita dewasa ini diyakini adalah Yosephine Keredok Payong (ex-suster Mary Grace) dari cincin yang dikenakan sebagai hadiah adiknya dan kawat gigi yang dipasang seorang suster SSpS bertahun silam. Tes DNA telah dilakukan. Kerangka telah diantar untuk dimakamkan secara terhormat di Ile Boleng, Adonara, Flores Timur. Setelah itu, Herman Jumat yang bekerja di sebuah perusahaan di Kalimantan datang ke Maumere menyerahkan diri kepada polisi.
Proses penyidikan polisi terus berjalan dan dalam waktu dekat akan dilakukan rekonstruksi kejadian dan selanjutnya sidang pengadilan. Peristiwa ini diperkirakan mungkin akan menimbulkan kehebohan besar bagi umat Katolik Indonesia umumnya dan umat Katolik NTT khususnya. Jika TVOne atau MetroTV meliput rekonstruksi misalnya bukan tidak mungkin berbagai kalangan non-Katolik, masyarakat Indonesia umumnya dapat saja menjelekkan gereja kita. Perbuatan oknum dalam gereja karena statusnya sebagai imam mungkin membuat jelek citra gereja kita. Nila setitik rusak susu sebelanga. Mungkin kita semua "salah", hirarki tertentu "salah" karena mendiamkan berbagai kasus dan umat tertentu juga mungkin "salah" karena membiarkan kasus-kasus seperti ini tidak dituntaskan karena tidak dilaporkan, tidak melakukan advokasi.

Mungkin ini momen penting bagi refleksi, introspeksi, dan perbaikan sistem pendidikan calon imam di seminari menengah dan seminari tinggi di NTT. Secara internal kami sedang berdiskusi tentang bagaimana mengevaluasi dan mengusulkan perbaikan sistem formasi di seminari-seminari di NTT.

Mungkin ini adalah momen penting bagi gereja NTT (baik hirarki maupun umat) untuk berefleksi, melakukan introspeksi, lalu pembenahan diri dan pemurnian gereja. "Biji sesawi itu harus mati dulu baru bertumbuh subur". Gereja sebagai tubuh mistik Kristus tetap kita imani. Gereja sebagai organisasi di NTT kin mungkin saatnya melakukan metanoia.
Untuk mengenang Mary Grace dan kedua anaknya direncanakan pada hari Minggu tanggal 24 Februari ini akan diadakan misa di Aula Sekolah Marsudirini, Matraman (Suster OSF), Jakarta Pukul 08.30 pagi (dekat Gereja St Yosef Matraman). Selanjutnya akan diadakan diskusi dengan tema "Tragedi Lela, Membongkar Budaya Bisu". Disediakan snack dan makan siang sederhana. Hasil diskusi berupa rekomendasi akan dituangkan dalam sebuah petisi yang akan dikirimkan kepada berbagai pihak seperti uskup Larantuka, Maumere, dan Ende, Praeses Seminari Tinggi Ritapiret, uskup-uskup lain di NTT, KWI, dan pihak-pihak yang relevan. Tim kecil yang dipimpin Robert Bala yang beranggotakan Paul Rahmat, Gerard Bibang, Fidel Harjo, dan kami sendiri akan mengirim surat undangan resmi untuk acara misa dan diskusi ini.
Kami tidak bermaksud berwacana tentang kasus ini di milis kita ini. Mungkin dengan email ini, para sahabat yang belum tahu menjadi tahu. Lebih baik kita tahu duluan dari kalangan masyarakat non-Katolik. Harapan kami adalah mungkin ada anggota milis ini yang merasa amat concerned  terhadap tragedi ini dan ingin berpartisipasi sudi meluangkan waktu untuk mengikuti misa mengenang Mary Grace dan kedua anaknya dan berperan serta dalam diskusi dengan tema tersebut. Direncanakan akan dilakukan misa konselebrasi yang dipimpin oleh Pater Peter Payong SVD, om Mary Grace. Bagi anggota milis yang imam dapat menjadi konselebran dan dapat menghubungi kami pada No. HP 0813 1653 xxxx. Tampaknya ini adalah masalah kejahatan terhadap kemanusiaan, khususnya kejahatan terhadap kaum perempuan dan anak-anak.
Terima kasih atas perhatian para sahabat.
Salam kami,
S Belen
(Sumber: milis pendidikan Katolik)
Powered by Telkomsel BlackBerry®












Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar