Salam Damai Kristus,

Sebuah kontribusi para mantan frater, pastor, suster, bruder, dll bagi pembangunan kehidupan bersama yang lebih baik. Kirimkan artikel apa saja yang mau ditampilkan pada blog ini ke email: mantan.frater09@gmail.com Atas kunjungannya, terima kasih.

Rabu, 03 Mei 2017

TUJUH GODAAN BAGI KAUM RELIGIUS

‎Judul lengkapnya:

PESAN PAUS FRANSISKUS KEPADA PARA KLERUS, PELAKU HIDUP BAKTI DAN SEMINARIS PADA SAAT KUNJUNGAN PASTORALNYA KE MESIR (KAIRO, 29 April 2017) : TUJUH GODAAN BAGI KAUM RELIGIUS

Yang Berbahagia,
Saudara dan saudari terkasih,

Assalamu'alaikum! Damai selalu besertamu!

"Inilah hari yang telah dijadikan Tuhan, marilah kita bersukacita karena Dia! Kristus selamanya menang atas kematian, marilah kita bersukacita di dalam Dia!"

Saya senang berada bersama kalian di rumah pembentukan untuk para imam ini, yang merupakan jantung Gereja Katolik di Mesir. Saya senang menyambut kalian, para imam dan para pelaku hidup bakti dari kawanan kecil umat Katolik di Mesir, sebagai "ragi" yang sedang dipersiapkan Allah untuk negeri yang terberkati ini, sehingga, bersama dengan saudara dan saudari Ortodoks kita, Kerajaan-Nya dapat meningkat di tempat ini (bdk. Mat 13:13).

Saya pertama-tama ingin mengucapkan terima kasih atas kesaksian kalian dan atas kebaikan yang kalian lakukan setiap hari di tengah banyak tantangan dan seringkali sedikit penghiburan. Saya ingin mendorong kalian! Jangan takut dengan beban pelayanan harian kalian dan keadaan yang sulit yang harus dihadapi beberapa orang dari kalian. Kita memuliakan Salib Suci, alat dan tanda keselamatan kita. Ketika kita melarikan diri dari Salib, kita melarikan diri dari kebangkitan!

Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu" (Luk 12:32).

"Hal ini, kemudian, menuntut untuk percaya, memberi kesaksian terhadap kebenaran, menabur dan membudidayakan tanpa menunggu panen. Sebenarnya, kita menuai hasil dari begitu banyak orang lain, entah yang menjalani hidup bakti atau tidak, yang telah bekerja dengan murah hati di kebun anggur Tuhan. Sejarah kalian dipenuhi dengan orang-orang seperti itu!

Meskipun ada banyak alasan untuk berkecil hati, di tengah banyak nabi penghancuran dan penghukuman, dan begitu banyak suara negatif dan putus asa, semoga kalian menjadi kekuatan yang positif, garam dan terang bagi masyarakat ini. Seperti mesin kereta api, semoga kalian menjadi gaya yang menggerakkan yang menuntun semua orang menuju tempat tujuan mereka. Semoga kalian menjadi para penabur pengharapan, para pembangun jembatan dan para perantara dialog dan keselarasan.

Hal ini mungkin terjadi jika para pelaku hidup bakti tidak menyerah pada godaan yang mereka hadapi setiap hari. Saya ingin menyoroti beberapa godaan terbesar ini. [...]

1. Godaan membiarkan diri kita dipimpin, bukan memimpin. Gembala yang Baik memiliki tanggung jawab untuk membimbing domba-domba (bdk. Yoh 10:3-4), membawa mereka ke padang rumput yang segar dan sumber air yang mengalir (bdk..Mzm 23). Ia tidak bisa membiarkan dirinya terseret oleh kekecewaan dan pesimisme : "Apa yang bisa aku lakukan?" Ia selalu penuh dengan prakarsa dan daya cipta, seperti sebuah mata air yang mengalir bahkan di tengah kekeringan. Ia selalu berbagi belaian penghiburan bahkan saat ia patah hati. Ia adalah seorang ayah ketika anak-anaknya menunjukkan rasa syukur kepadanya, tetapi terutama jika mereka terbukti tidak bersyukur (bdk. Luk 15:11-32). Kesetiaan kita kepada Tuhan tidak boleh bergantung pada rasa syukur manusiawi : "Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu" (Mat 6:4,6,18).

2. Godaan terus-menerus mengeluh. Mudah sekali selalu mengeluh tentang orang lain, tentang kekurangan atasan, tentang keadaan Gereja dan masyarakat, tentang tidak adanya kemungkinan ... Tetapi para pelaku hidup bakti, kendati pengurapan Roh Kudus, adalah orang-orang yang mengubah setiap hambatan menjadi sebuah kesempatan, dan bukannya setiap kesulitan menjadi alasan! Orang yang selalu mengeluh sebenarnya adalah seseorang yang tidak mau bekerja. Karena alasan inilah Tuhan berkata kepada para gembala : "Kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah" (Ibr 12:12; bdk. 35:3).

3. Godaan bergunjing dan rasa dengki. Ini adalah bahaya yang besar ketika para pelaku hidup bakti, alih-alih membantu anak-anak kecil bertumbuh dan bersukacita atas keberhasilan saudara dan saudari mereka, membiarkan diri mereka dikuasai oleh rasa dengki dan menyakiti orang lain melalui pergunjingan. Bila, alih-alih berjuang untuk bertumbuh, mereka mulai menghancurkan orang-orang yang sedang bertumbuh; bukannya mengikuti teladan mereka yang baik, mereka menghakimi orang-orang tersebut dan meremehkan nilai orang-orang tersebut. Rasa dengki adalah kanker yang menghancurkan tubuh dalam waktu yang singkat : "Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan" (Mrk 3:24-25). Sesungguhnya, "karena dengki setan maka maut masuk ke dunia" (Keb 2:24). Pergunjingan adalah sarana dan senjatanya.

4. Godaan membandingkan diri kita dengan orang lain. Pengayaan ditemukan dalam keragaman dan keunikan kita masing-masing. Membandingkan diri kita lebih baik daripada orang-orang sering menyebabkan iri hati; membandingkan diri kita lebih buruk daripada orang-orang sering menyebabkan keangkuhan dan kemalasan. Mereka yang selalu membandingkan diri mereka dengan orang lain akhirnya melumpuhkan. Semoga kita belajar dari Santo Petrus dan Paulus untuk mengalami keragaman mutu, karisma dan pendapat melalui kemauan untuk mendengarkan dan taat kepada Roh Kudus.

5. Godaan menjadi seperti Firaun, yaitu mengeraskan hati kita serta menutupnya terhadap Tuhan dan saudara dan saudari kita. Di sinilah godaannya adalah berpikir bahwa kita lebih baik daripada orang lain, dan menguasai mereka karena keangkuhan; menyalahgunakan untuk dilayani bukan melayani. Godaan itu, sejak sangat permulaan, hadir di antara para murid, yang - seperti yang dikatakan Injil - "di tengah jalan mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka" (Mrk 9:34). Penangkal terhadap racun ini adalah : "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya" (Mrk 9:35).

6. Godaan terhadap individualisme. Seperti yang dikatakan oleh pepatah orang Mesir yang terkenal : "Aku, dan setelah aku, air bah!" Inilah godaan orang-orang yang egois : di sepanjang jalan, mereka kehilangan pandangan akan tujuan dan, daripada memikirkan orang lain, mereka tidak malu-malu hanya memikirkan diri mereka sendiri, atau bahkan lebih buruk lagi, membenarkan diri mereka sendiri. Gereja adalah komunitas umat beriman, Tubuh Kristus, di mana keselamatan satu anggota dikaitkan dengan kekudusan semua anggota (bdk. 1 Kor 12:12-27; Lumen Gentium, 7). Seorang individualis adalah penyebab skandal dan perseteruan.

7. Godaan terus berjalan tanpa arah atau tujuan. Para pelaku hidup bakti dapat kehilangan jatidiri mereka dan mulai menjadi "bukan ikan maupun unggas". Mereka bisa hidup dengan hati di antara Allah dan keduniawian. Mereka bisa melupakan kasih pertama mereka (bdk. Wahyu 2:4). Memang, ketika mereka kehilangan jatidiri yang jelas dan padu, para pelaku hidup bakti akhirnya berjalan tanpa tujuan; alih-alih menuntun orang lain, mereka menceraiberaikan orang lain tersebut. Jatidiri kalian sebagai putra dan putri Gereja adalah orang-orang Koptik - yang berakar pada asal-usul kalian yang mulia dan kuno - dan menjadi orang-orang Katolik - bagian dari Gereja sejagat dan satu, seperti sebuah pohon, yang semakin dalam berakar di bumi, semakin tinggi sampai ke langit!

Sahabat-sahabat para pelaku hidup bakti yang terkasih, menolak godaan-godaan ini tidaklah mudah, tetapi mungkin saja jika kita tercangkok pada Yesus : "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku" (Yoh 15:4). Semakin kita berakar pada Kristus, semakin kita hidup dan berbuah! Dengan cara ini sajalah kita bisa melestarikan keajaiban dan semangat perjumpaan pertama kita dengan Allah, dan mengalami kegembiraan dan rasa syukur yang diperbarui dalam kehidupan kita dengan Allah dan dalam perutusan kita. Mutu pengabdian kita bergantung pada mutu kehidupan rohani kita.

Mesir telah memperkaya Gereja melalui nilai kehidupan monastik yang tak ternilai harganya. Oleh karena itu, saya mendesak kalian untuk berpegang pada teladan Santo Paulus si Pertapa, Santo Antonius, Bapa Gurun Suci, dan para biarawan dan biarawati yang tak terhitung jumlahnya yang dengan kehidupan dan keteladanan mereka membuka gerbang surga bagi begitu banyak saudara dan saudari kita. Kalian juga bisa menjadi garam dan terang, dan dengan demikian merupakan sebuah kesempatan keselamatan bagi diri kalian sendiri dan bagi semua orang lain, orang-orang beriman dan orang-orang yang tidak beriman, dan terutama bagi mereka yang miskin, mereka yang membutuhkan, ditinggalkan dan terlantar.

Semoga Keluarga Kudus melindungi dan memberkati kalian semua, negara kalian dan seluruh rakyatnya. Dengan dengan sepenuh hati, saya memohonkan berkat Tuhan kepada kalian, dan melalui kalian, saya menyapa umat beriman yang telah dipercayakan Tuhan kepada pemeliharaan kalian. Semoga Ia menganugerahi kalian buah-buah Roh Kudus-Nya : "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan" (Gal 5:22).

Kalian selalu berada dalam hati dan dalam doa saya. Teguhkan hati dan teruslah berjalan maju dengan bantuan Roh Kudus! "Inilah hari yang telah dijadikan Tuhan, marilah kita bersukacita di dalam Dia!" Dan tolong, jangan lupa mendoakan saya!
____

(Peter Suriadi - Bogor, 29 April 2017)

Sumber:

(http://katekesekatolik.blogspot.co.id/2017/04/pesan-paus-fransiskus-kepada-para.html

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar