Salam Damai Kristus,

Sebuah kontribusi para mantan frater, pastor, suster, bruder, dll bagi pembangunan kehidupan bersama yang lebih baik. Kirimkan artikel apa saja yang mau ditampilkan pada blog ini ke email: mantan.frater09@gmail.com Atas kunjungannya, terima kasih.

Kamis, 21 Maret 2013

Paus Ekumenis

"Tidak ada kelangsungkan hidup manusia di planet bumi ini, tanpa adanya perdamaian. Tidak ada perdamaian yang langgeng, tanpa kerukunan hidup umat beagama. Tidak ada kerukunan hidup umat beragama tanpa adanya saling pengertian dan saling menghormati. Tidak ada saling pengertian dan saling menghormati, tanpa adanya dialog." Maka dialog dan kerjasama antar umat beragama adalah mutlak perlu bagi perdamaian dunia. (Inilah gagasan dasar Proyek Etik Mondial dari Hans Küng).
 
Hari Rabu, 20 Maret 2013 kemarin Paus Fransiskus menerima puluhan perwakilan pelbagai Gereja Kristen dan agama-agama di dunia, yang hari sebelumnya hadir dalam misa inagurasi. Di antara mereka adalah Pemimpin Gereja Ortodox, Gereja Katolik Timur, Gereja Anglikan, pelbagai delegasi Protestan, termasuk Luteran, Baptis, Metodis; Perwakilan Yahudi dan Muslim, Hindu dan Buddha.
 
Paus menyapa mereka demikian:
 
Terimakasih kepada saudaraku Andreas Bartholomeus, Patriark Gereja Ortodox Timur, atas sambutannya: Terimakasih, Terimakasih. (Sapaan itu mengingatkan sapaan Paus Yohanes XXIII kepada para delegasi pengamat Protestan dalam Konsili Vatikan II: "Aku adalah Yosep saudaramu, jangan takut.") Dan Paus Fransiskus mengucapkan sapaan yang mirip dengan Paus Yohanes XXIII itu, masih dalam suasana Pesta Santo Yosep; untuk bersyukur juga atas pesta nama dari Josef  Ratzinger (Paus Benedictus XVI). Paus Fransiskus menghayati bahwa yang namanya "hermeneutic" (sebuah kata yang menjadi salah satu inti pesan Ratzinger 'hermeneutic of continuity" and hermeneutic of rapture terhadap tradisi Gereja) adalah "menafsirkan peristiwa historis yang akhir-akhir ini terjadi secara jelas mulai dari discernment Paus Benedictus XVI dalam doa yang panjang dan kemudian diambil keputusan untuk mengundurkan diri; berkumpulnya para Kardinal dan diadakannya konklave; akhirnya tanpa dihendakinya,  Kardinel Bergoglio, menjadi Paus Fransiskus, dan terus dalam peristiwa perjumpaan ekumenis yang semakin akrab, semakin saling mengerti dan menghormati, dan semakin damai, itu semua adalah "hermeneutic" iman atas tuntuan Roh Kudus. Menyadari, merasakan dan rela bekerjasama dengan tuntuan Roh Kudus itu adalah hemeneutic menurut Paus Fransiskus.
 
Dan inilah Sapaan Paus Ekumenis itu:
 
Saudara-saudariku yang terkasih.
 
Saya sungguh bahagia bertemu dengan anda semua, delegasi dari pelbagai Gereja dan pelbagai agama. Saya ingin mengucapkan terimakasih karena saudara-saudara berkenan hadir pada misa inagurasi kemarin. Di dalam diri anda saya merasakan kehadiran komunitas-komunitas yang anda wakili. Di dalam ungkapan iman ini saya merasa ambil bagian dalam suatu kemendesakan untuk berdoa bagi kesatuan seluruh umat beriman dalam Kristus, dan bersama-sama ingin menyaksikan kepenuhan realisasi kesatuan itu yang tergantung dari Tuhan dan dari kesetiaan kita dalam bekerjasama dengan-Nya.
 
Saya mengawali pelayanan kerasulan saya pada tahun ini yang sudah dicangankan oleh Pendahulu saya, Paus Benedictus XVI, sebagai Tahun Iman. Saya berkeinginan untuk melanjutkannya dan saya berharap tahun ini akan memberi inspirasi bagi perjalanan iman setiap orang. Tahun iman ini menandai ulang tahun Pembukaan Konsili Vatikan II, dan memberikan pedoman bagi peziarahan iman untuk setiap umat kristiani, yaitu: pembaruan personal relasi dengan Kristus, Putera Allah, yang wafat dan bangkit demi keselamatan kita. Inti pesan konsili ialah: mewartakan kebenaran iman abadi itu kepada umat manusia zaman ini.

Bersama anda semua, saya tidak akan melupakan betapa Konsili Vatikan II sangat bermakna bagi perjalanan ekumenis kita. Saya ingin mengungkapkan lagi kata-kata dari Beato Yonahes XXIII, ketika beliau mengatakan: Gereja Katolik menganggap sebagai kewajibannya untuk bekerja secara aktif supaya terwujudlah misteri besar kesatuan itu, yang dimohonkan oleh Yesus sendiri dalam doa-Nya kepada Bapa di sorga menjelang sengsara-Nya. Gereja merasakan sukacita dalam damai, karena tahu bahwa ia secara mesra disatukan di dalam doa Yesus itu."
 
Sungguh benarlah saudara-saudariku dalam Kristus, marilah kita menyatu secara mendalam pada doa Sang Penyelamat pada Perjamuan Akhir yang memohonkan: "Semoga mereka semua bersatu". Kita mohon bantuan Bapa penuh kasih untuk menghayati iman yang telah kita terima sejak baptisan ini; dan dapat menjadi saksi iman itu dengan bebas, gembira dan berani. Semakin kita setia kepada kehendak-Nya dalam pikiran, perkataan dan perbuatan kita, maka kita akan semakin mengarah kepada kesatuan itu secara benar dan substansial.
 
Dari pihak saya sendiri, seperti juga para pendahulu saya, saya menjanjikan kuatu tekad yang bulat untuk melanjutkan dialog ekumenis ini. Dan Saya berterimakasih kepada Komisi Kapausan bagi kesatuan umat kristiani, yang atas nama saya, akan terus melanjutkan tugas mulia itu. Saya memohon kepada saudara-saudara para delegasi, untuk menyampaikan salam hangat saya kepada komunitas-komuntas kristiani yang anda wakili. Dan saya mohon doa khusus untuk saya pribadi supaya saya dapat menjadi pastor (gembala) sesuai dengan hati Kristus.
 
Sekarang saya ingin menyapa para wakil terhormat dari masyarakat Yahudi yang dengannya kami terkait erat secara spiritual sejak semula sesuai rencana Allah di dalam iman para bapa bangsa, Musa dan para nabi (Nostra Aetate no. 4).
 
Saya juga ingin menyapa dengan hangat para sahabat terkasih dari pelbagai tradisi religius; pertama-tama umat Muslim, yang menyembah Allah yang hidup dan penuh kasih dan selalu memanjatkan doa-doa kepada-Nya. Saya sungguh mengapresiasi kehadiran anda sekalian, dan di sini saya melihat secara jelas kerinduan yang semakin kuat untuk kepercayaan timbal balik dan kerjasama demi kebaikan umum umat manusia.
 
Gereja Katolik menyadari pentingnya memajukan persaudaraan dan hormat di antara para pemeluk tradisi keagamaan; saya ulangi lagi: pentingnya memajukan persaudaraan dan hormat di antara para pemeluk pelbagai tradisi keagamaan.

Kita dapat berbuat banyak untuk mereka yang kurang beruntung, untuk mereka yang lemah dan menderita, untuk mengusahakan keadilan, memajukan rekonsiliasi dan membangun kedamaian.
 
Marilah kita bersama-sama mempertahankan di dalam kehidupan umat manusia di dunia ini suatu kehausan akan Dia yang Mutlak, dan tidak membiarkan visi tentang pribadi manusia yang direduksi dalam satu dimensi saja, yakni ke dalam apa yang ia produksi dan ia konsumsi. Inilah bahaya terbesar pada zaman kita. Kita tahu betapa banyak kejahatan telah dilakukan dalam sejarah umat manusia dengan cara menghapuskan dimensi spiritual dan Allah. Kita dipanggil untuk menjadi saksi dari keterbukaan asali manusia kepada yang Transenden itu tertanam di dalam sanubari manusia. Dalam semangat itu kita merasa dekat dengan semua orang yang berkehendak baik dan menghargai martabat manusia, membangun kehidupan bersama yang damai dan menjaga serta merawat alam ciptaan.
 
Dear friends, thank you for your presence. To all, I offer my cordial and fraternal greetings.
 
Pax et Bonum
Fransiscus
(Di-copas dari milis Mitra Hukum)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar